Setting Latar 1970
Demi menebus hutang ayahnya, Asha menikah dengan putra kedua Juragan Karto, Adam. Pria yang hanya pernah sekali dua kali dia lihat.
Ia berharap cinta bisa tumbuh setelah akad, tapi harapan itu hancur saat tahu hati Adam telah dimiliki Juwita — kakak iparnya sendiri.
Di rumah itu, cinta dalam hati bersembunyi di balik sopan santun keluarga.
Asha ingin mempertahankan pernikahannya, sementara Juwita tampak seperti ingin menjadi ratu satu-satunya dikediaman itu.
Saat cinta dan harga diri dipertaruhkan, siapa yang akan tersisa tanpa luka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dekat 29
Ughhh
"Sha, kamu sudah sadar Sha? Alhamdulillah ya Allah," tangis Adam pecah ketika melihat Asha melenguh. Hal itu menandakan bahwa Asha telah sadarkan diri.
"M-mas, k-kita dimana?" tanya Asha dengan suara terbata-bata.
"Aku juga tidak tahu kita dimana? Tapi ini seperti gubuk yang dibangun oleh warga,"sahut Adam.
Asha berusaha bangun, Adam dengan sigap membantunya. Asha lalu melihat ke sekeliling, mengamati tempat yang mereka gunakan sebagai tempat berlindung.
Gubuk tersebut kurang lebih hanya memiliki luas tiga kali empat meter. Namun di dalam sana ada sebuah dipan yang beralaskan tikar, tungku kayu, peralatan memasak dan makan sederhana. Di dalam gubuk itu juga ada alat-alat pertanian sepeti cangkul, sabit dan yang lainnya.
Bisa diambil kesimpulan bahwa gubuk itu mungkin dibangun untuk beristirahat oleh petani. Mungkin juga untuk menginap agar menghemat waktu karena tempat itu jauh dari pemukiman.
"Sha, minumlah ini dulu,"ucap Adam sambil menyodorkan segelas air putih hangat. Api yang ada di tungku dibiarkan tetap menyala untuk mengusir malam yang dingin.
"Terimakasih, Mas. Ughhh,"ucap Asha.
"Kenapa, dimana yang sakit? Aku tidak bisa menemukan obat atau semacamnya di sini. Aku cuma nemu daun pegagan sama daun sirih. Jadi aku memberikan itu pada luka yang terlihat. Dan maaf, tadi aku mengganti baju mu, Sha,"ucap Adam panjang.
"Terimakasih, Mas. Saat ini begini saja sudah cukup. Lalu bagaimana dengan mu? Apa ada luka yang parah? Di sisi lain, sungguh sangat bersyukur bahwa kita bisa selamat dari ledakan mobil itu,"sahut Asha.
Beberapa waktu sebelumnya.
Baik Adam maupun Asha sadar bahwa mereka tengah diincar. Terlebih ketika mobil mereka di dorong terus hingga ke tepi jurang. Adam langsung meminta Asha untuk melepas sabuk pengaman yang membelit tubuh.
"Sha, kita harus melompat!" pinta Adam ketika mobil mereka tengah meluncur.
"T-tapi Mas, a-aku takut,"sahut Asha, pupil matanya bergetar, suaranya nyaris hilang ditelan isakan.
"Harus Sha, kalau tidak melompat kita akan mati. Mobil ini mungkin akan meledak dan terbakar. Kita tidak boleh mati di sini. Hubungan kita baru saja terjalin, dan aku tidak ingin mati sekarang. Dalam hitungan ketiga, kita harus melompat bersama. Siap!"
Asha masih ragu, tapi saat Adam meneriakkan namanya, Asha pun menganggukkan kepalanya dengan penuh keyakinan.
"Percaya padaku, kita akan selamat jika kita melompat. Satu, dua, tiga, SEKARANG!!!"
klaak
Bluk
Pada hitungan ketiga, Adam dan Asha melompat keluar dari mobil. Mereka berguling-guling sampai bawah, yakni tepat di bibir sungai. Dan apa yang dikatakan oleh Adam benar adanya. Mobil mereka meledak terbakar.
Aaaaah!!
Asha berteriak ketakutan. Membayangkan bagaimana jika mereka masih ada di dalam, pasti sangat mengerikan.
"Sha, sha, kamu tidak apa-apa?" Adam sebisa mungkin bangkit dan menghampiri istrinya. Ternyata Asha pingsan, mungkin karena saking terkejutnya. Dengan tenaga yang masih tersisa, Adam menyusuri tepian sungai. Entah berapa lama dia berjalan, sampai menemukan gubuk yang mereka tempati saat ini.
Entah memang pertolongan dari Tuhan atau sebuah kebetulan, di gubuk tersebut ada banyak hal yang bisa digunakan mereka termasuk bahan makanan dan juga pakaian meski hanya sederhana.
Kembali ke saat sekarang.
"Aku tidak apa-apa, ada luka tapi masih bisa ku tahan. Tadi aku juga sudah menumbuk daun pegangan juga untuk ditempelkan pada luka. Sha,sementara mungkin kita akan di sini dulu sampai tenaga kita pulih. Karena aku juga tidak tahu dimana ini. Semoga Bapak tahu dan mencari kita,"jawab Adam atas pertanyaan istrinya.
Asha mengangguk paham. Untuk bergerak sangat sulit rasanya, apalagi untuk berjalan jauh. Yang dia tahu ketika mobil menuruni jurang, lereng ini lumayan terjal dan kemiringannya juga lumayan. Sulit bagi mereka untuk berjalan dengan kondisi seperti ini.
Lagi pula, Adam pasti sangat lelah. Dia sudah menggendong Asha dari lokasi kejadian hingga gubuk ini. Mereka sungguh membutuhkan waktu untuk istirahat.
"Mas, tidurlah di sini. Aku yang akan gantian berjaga,"ucap Asha. Secara perlahan Asha beranjak dan meminta Adam untuk merebahkan tubuh.
"Kamu saja, aku tidak apa-apa," tolak Adam.
"Tidak Mas, kamu pasti lelah. Aku sudah cukup tidurnya dan kini giliran kamu untuk memejamkan mata meskipun hanya sejenak,"sahut Asha.
Adam mengambil nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan. Dia lalu mengangguk tanda setuju dengan apa yang disarankan oleh Asha.
"Oh iya hampir lupa, makanlah Sha. Tadi aku merebus singkong, ada beras sebenarnya tapi aku tidak bisa memasaknya. Aku sudah makan tadi, jadi sekarang kamu makanlah," Adam berkata demikian sambil menunjuk ke arah panci.
"Iya, aku akan makan. Sekarang Mas tidurlah. Sekarang gantian aku yang menjagamu,"sahut Asha.
Adam tersenyum simpul. Dia pun memejamkan matanya. Dan tidak berselang lama, pria itu akhirnya tidur juga.
Asha lalu memeriksa sekitar, mengintip dari celah dinding gubuk yang terbuat dari anyaman bambu, ia berdoa semoga tidak ada hewan buas di sekitar itu.
"Ya Allah aku berlindung pada Mu dari segala macam bahaya. Dan maafkan hamba karena tidak bisa menjalankan kewajiban sekarang ini."
Asha sungguh merasa berdosa, dia mencoba mencari kain untuk bisa digunakan menjalankan ibadah, namun tidak ditemukan sama sekali. Sedangkan bajunya yang lama, ternyata sudah robek.
Ia hanya berharap bisa dimaafkan dalam keadaannya yang seperti ini.
Eughhh
Asha mengerutkan alisnya ketika mendengar Adam melenguh. Sedetik kemudian, dia terkejut ketika melihat bahwa suaminya itu menggigil. Asha lalu memeriksa kening Adam dengan telapak tangannya, suhu tubuh Adam meningkat.
"Ya Allah, panas sekali,"pekiknya. Asha kemudian mencari kain, merobeknya menjadi potongan kecil dan mengambil sebuah panci. Ya Asha ingin mengompres Adam.
Tidak ada kain yang bisa digunakan untuk menyelimuti tubuh suaminya yang menggigil kedinginan.
"Mas, kamu dengar aku?" tanya Asha. Dia berharap agar Adam tidak hilang kesadaran.
"Ya Sha, aku mendengar mu,"sahut Adam. Dia bisa menjawab Asha, namun matanya tetap tertutup.
Asha bernafas lega, namun ternyata kelegaan itu tidak berlangsung lama. Entah sudah berapa lama Asha mengompres Adam, namu suhu tubuh suaminya itu sama sekali tidak ada penurunan.
"Apa yang harus aku lakukan?" ucapnya bingung. Asha berjalan mondar mandir di dalam gubuk yang tidak luas itu. Dia melihat ke seluruh ruangan mencoba mencari kira-kira apa yang bisa digunakan untuk membantu Adam. Namun nihil, tidak ada yang bisa digunakan.
"Aduuuh bagaimana ini. Sha mikiri Sha, ayo berpikir Sha. Gunakan otakmu yang katanya pintar itu,"gumamnya.
Aaah
Mata Asha menatap tajam ke arah Adam. Dia baru saja menemukan sebuah ide. Meski tidak tahu apakah itu bekerja atu tidak, tapi dia pernah melihat itu dalam sebuah film yang ditontonnya.
"Ya, itu. Aku harus melakukan itu agar suhu tubuh Mas Adam turun,"ucapnya lirih.
TBC
Tetap waspada dan peka dengan sekitar ya dam asha!