Dijodohkan Dengan Cowok Manja

Risa pun akhirnya tidur dengan posisi tengkurap karena pinggangnya masih sakit akibat jatuh semalam.

Seperti biasanya alarm sudah berbunyi pertanda sudah adzan subuh. Mereka lalu sholat berjamaah. Lalu akhirnya terlelap kembali.

"Mataku benar-benar masih ngantuk akibat kurang tidur semalam," ucap Rey.

"Ya sudah tidur lagi aja Rey, aku juga masih ngantuk," ucapnya sambil menguap lalu membenarkan selimutnya.

Merekapun lalu tertidur kembali. Kantuknya belum hilang karena semalam mereka begadang.

Jam menunjukkan pukul 07:26 wib. Sepasang suami istri itu sudah siap di meja makan.

"Mereka kok belum turun ya Pi?" ucapnya bertanya.

"Gak tau Mi, tapi gak biasanya Rey masih tidur sampai jam segini belum bangun," ucapnya.

"Apa mereka terlalu kelelahan ya Mi karena kegiatan semalam," ucapnya kembali.

"Mungkin Pi, Coba Mami cek dulu ke kamarnya," ucapnya seraya meninggalkan ruang makan.

Mami Ana pun perlahan membuka pintu kamar Rey. Mami Ana pun langsung terkejut melihat pemandangan nyata yang berada didepan matanya. Ia melihat Rey dan Risa yang masih tertidur dengan pulas, apalagi Rey terlihat kecapekan. Mereka pun tertidur dengan sama-sama saling berpelukan.

"Ah sepertinya aku kesini bukanlah waktu yang tepat" ucap Mami Ana sambil menutup pintu kamar Rey perlahan agar tak menggangu keduanya yang masih tertidur pulas, lalu berjalan menuju ke ruang makan.

"Mereka masih tidur Pi, dan Papi tau gak tadi apa yang Mami lihat?"

Papi Aldi pun bingung dengan pertanyaan istrinya.

"Emang apa yang Mami lihat?"

"Tadi kamarnya gak di kunci, Mami lihat Risa dan Rey tidurnya saling berpelukan Pi, sesuatu yang menakjubkan bukan?" ucapnya sambil tersenyum senang.

"Ah anak itu tidak tahu sitkon (situasi dan kondisi), ya sudah Mi kita makan duluan aja. Percuma nungguin mereka, kalau merekanya saja masih tertidur dengan pulas," ucap Papi Aldi.

Papi Aldi dan Mami Ana pun akhirnya makan pagi bersama. Tidak menunggu anak dan menantunya yang masih tertidur pulas.

*****

DI TEMPAT LAIN

Seorang perempuan turun dari ranjangnya ketika merasakan sesuatu yang bergejolak didalam perutnya dan ia ingin segera memuntahkan isinya. Ia pun langsung berlari menuju wastafel.

"Hoekkk... Hoekkk... Hoekkk.. " cairan bening pun keluar dari mulutnya. Seketika kepalanya pusing dan badannya pun terasa lemas. Lalu ia kembali berbaring back board tempat tidurnya.

Ia pun bergegas menyambar benda yang berada di sebelahnya. Ia pun terkaget saat melihat kalender mejanya yang telah ia pegang. Iya selalu menandai kalendernya ketika ia tengah datang bulan. Dan bulan ini ia belum memberikan tanda di kalender mejanya tersebut yang artinya ia terlambat datang bulan. Seketika ia memijit kepalanya yang masih terasa pusing. Lalu ia pun kemudian berfikir karena ia tadi mual dan muntah.

"Apa aku hamil?" ucapnya sambil mengelus perutnya yang masih rata.

"Bagaimana kalau sampai papa tahu dengan keadaanku, kalau aku benar-benar hamil? Apa yang harus aku katakan sama papa?" ucapnya sambil terbayang wajah papanya yang sedang dinas keluar kota tersebut.

Perempuan yang sedang membayangkan papanya tersebut tak lain adalah Luna Hernandez pacar Evan Pratama. Putri tunggal Alvin Hernandez, Istrinya meninggal saat Luna masih berusia 5 tahun.

Luna adalah teman masa kecilnya Rey dan Alvin adalah teman bisnis Papinya Rey. Mereka sangat akrab dan bekerja sama. Papinya Rey pun memiliki saham di perusahaan Hernandez sebesar 30%. Alvin berniat untuk menjodohkan Luna dengan Rey karena mereka sudah kenal sejak kecil jadi tidak ada salahnya Alvin berpikiran untuk menjodohkan anaknya dengan teman bisnisnya itu. Alvin pun tidak tahu kalau Rey sudah menikah secara agama dengan Risa. Alvin pun hanya tahu kalau Risa dan Rey bertunangan saja.

Sebelum janur kuning melengkung masih ada waktu untuk menikung. Itulah yang dipikirkan Alvin karena ingin Rey menjadi menantunya. Karena itu akan sangat menguntungkan untuk perusahaannya agar semakin berkembang pesat. Egonya semakin menggebu-gebu, ingin segera menjadikan Rey sebagai menantunya.

"Aku harus ke apotik sekarang, siapa tahu aja aku cuma masuk angin karena kecapekan kemarin hampir seharian pemotretan" ucapnya sambil berjalan keluar dari kamarnya.

Sampai di apotik Luna lalu mengeluarkan uangnya. "Mbak saya mau beli alat tes kehamilan 2 ya dengan merek yang berbeda" ucapnya.

"Ini mbak, loh kok sendirian aja mbak gak sama suaminya? Biasanya yang beli alat kehamilan itu selalu bersama suaminya. Atau ada juga suaminya yang membelikan istrinya alat tes kehamilan karena tidak dibolehkan keluar rumah takut kenapa-kenapa" ucap petugas apotik itu sambil mengambilkan apa yang dibeli Luna.

"Suami saya masih tidur mba, saya mau kasih surprise sama suami saya, jadi saya ke apotik sendirian" ucapnya beralasan karena bingung menjawab apa kalau dia belum punya suami bahkan belum menikah.

"Iya mba, semoga hasilnya positif ya mba. Biar suaminya makin sayang" ucapnya tersenyum.

Luna pun hanya tersenyum kecut mendengar perkataan petugas apotik itu yang sok akrab.

Lalu ia berjalan keluar apotik.

"Mba kembaliannya belum diambil" ucap petugas apotik itu sambil berteriak.

"Sudah buat mba aja" ucapnya lalu pergi.

Setelah sampai rumah ia pun langsung berjalan menuju kamar mandi.

Ia pun langsung mencelupkan kedua test pack tersebut di dalam wadah bersamaan. Lalu ia berjalan mondar-mandir di luar kamar mandi, perasaannya gelisah padahal belum melihat hasilnya.

Setelah 15 menit ia pun langsung kembali ke kamar mandinya dan melihat hasil wadah yang ia taruh di samping wastafel.

Ia mengangkat kedua test pack tersebut. Kemudian ia membulatkan matanya saat melihat garis dua yang ada di sana.

"Tidak, ini tidak mungkin. Aku gak mungkin hamil" sambil menggelengkan kepalanya.

"Aku harus cek sendiri ke dokter kandungan untuk memastikannya" lalu bergegas pergi menyambar kunci mobilnya.

Setelah sampai rumah sakit lalu ia pun sudah di panggil oleh perawat untuk masuk ke ruangan.

Luna di periksa oleh Dokter Muda Yudha Sanjaya.

Silahkan nona berbaring terlebih dahulu. Yudha lalu menaikkan baju Luna sedikit untuk mengoleskan gel ke perut Luna. "Selamat nona anda positif hamil, usia kandungan anda saat ini sudah berjalan 5 minggu. Bisa nona lihat dilayar itu janinnya" ucapnya lalu sambil menggerakkan alat yang ada di tangannya.

Luna pun tersenyum kecut melihat layar monitor. Iya pun melihatnya. "Anakku" ucapnya lirih.

"Dok kenapa saya hamilnya sudah 5 minggu? Padahal saya baru bulan ini belum menstruasi," ucapnya bingung.

"Begini nona, usia kehamilan itu dihitung berdasarkan terakhir anda mengalami menstruasi" ucapnya kembali.

"Sebaiknya nona kesini lagi nanti bersama suami nona, agar papanya tahu akan perkembangan anaknya. Sama satu lagi nona gak boleh terlalu kecapekan bekerja. Sampaikan hal ini pada suami nona pasti suami nona paham" ucapnya sambil menuliskan resep vitamin.

"Baik dok" ucapnya singkat.