NovelToon NovelToon
Twelves Trials Of Fate (Myth Vs Human)

Twelves Trials Of Fate (Myth Vs Human)

Status: sedang berlangsung
Genre:Kultivasi Modern / Akademi Sihir / Perperangan / Action / Mengubah sejarah / Iblis
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: See You Soon

Pada tahun 2086, umat manusia berdiri di puncak kejayaan teknologi. Negara-negara besar bersatu di bawah Proyek Helios. Yaitu percobaan menciptakan sumber energi tak terbatas dengan memanipulasi ruang dan materi gelap.

Namun pada malam ketika Helios Reactor diaktifkan untuk pertama kalinya, sesuatu terjadi. Langit di atas Samudra Pasifik retak seperti kaca yang dilempar batu. Membentuk celah raksasa bercahaya ungu, berdenyut seperti nadi dunia yang terluka.

Seekor makhluk bersisik emas, bersayap seperti petir, mengaum di atas laut. Lalu menyusul bayangan-bayangan lainnya. Raksasa dari batu, wanita bersayap burung gagak, bahkan binatang bertanduk dari legenda kuno.

Nuklir ditembakkan, senjata diluncurkan. Sebuah kedatangan para makhluk mitologi yang mengancam ras manusia.

Hingga terbentuklah 12 pertandingan untuk menghentikan peperangan akbar itu. Panah melawan mesiu, otot melawan baja, sihir melawan sains.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon See You Soon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertandingan Keempat : Petarung Jalanan vs Centaur

“Bagaimana ini, Johan? Apakah kita yakin akan menyerahkan pertandingan berikutnya pada orang itu?” suara Presiden terdengar pelan, tapi nadanya penuh kegelisahan.

Johan menatap Tiago yang masih berdiri di tengah arena, tubuhnya santai, kepala sedikit miring, seolah sedang menikmati sorakan ejekan dari dua dunia.

“Aku juga bimbang, Pak,” jawab Johan dengan nada berat, “Tapi entah mengapa… aku sedikit yakin pada kemampuannya.”

Presiden hanya menghela napas panjang, lalu menepuk pundak Johan dengan ragu.

Ia kemudian berdiri dan berjalan perlahan menuju singgasana tengah tempat Sang Libra duduk, diapit oleh singgasana Presiden dan The Ancient One. Johan mengikutinya dari belakang.

Namun belum sempat mereka membuka mulut, The Ancient One sudah lebih dulu bicara.

Suara beratnya menggema di seluruh Colosseum Langit, mengiris keheningan yang mulai terbentuk.

“Untuk arena berikutnya… apa yang kalian inginkan, Manusia?” katanya dengan nada pura-pura ramah.

“Dan untuk senjata, apa yang akan kalian gunakan? Kapak? Pedang? Atau… hanya otot kosong itu?”

Nada itu jelas menyindir. Ia tahu, jika diberi kesempatan memilih arena, Johan pasti akan merancang tempat yang menguntungkan pihak manusia. Maka ia menekan percakapan sejak awal, memaksa kendali kembali ke tangannya.

Johan terkejut, namun segera berusaha menenangkan diri.

“Aku ingin arenanya—” belum sempat ia melanjutkan, The Ancient One memotong dengan tawa kecil.

“Hei, hei. Aku bicara padanya, bukan padamu.”

“Atau… apakah kau ingin menggantikannya, Manusia?” lanjutnya dengan nada licik, matanya memicing penuh ejekan, “ahh, iya. Kau punya nama, bukan? Johan.”

Johan mengepal tangannya, rahangnya mengeras.

Semua rencana yang telah ia susun dengan hati-hati terasa runtuh seketika. Hancur oleh permainan licik satu kalimat.

Sementara itu, Tiago mengangkat kepalanya dari tengah arena, suaranya menggema tanpa mikrofon, penuh keyakinan dan sedikit nada menantang.

“Aku ingin arenanya…” ia berhenti sebentar, lalu tersenyum sinis.

“Seperti ini saja. Polos. Tanpa batu, tanpa benda, tanpa sihir apa pun.”

Seisi arena terdiam, sebelum akhirnya pecah oleh tawa besar The Ancient One.

“Hahaha! Hebat! Aku sungguh terkesan dengan keberanianmu, Manusia. Atau mungkin… kebodohanmu.”

Sang Libra hanya memejamkan mata sebentar, seolah menimbang keseimbangan antara keberanian dan kebodohan itu. Sementara Presiden menatap ke bawah, napasnya berat. Ia tidak tahu apakah harus bangga atau khawatir pada wakil rasnya yang tampak lebih seperti petarung bar daripada pahlawan.

The Ancient One berhenti tertawa, lalu mengangkat tangannya perlahan.

Matanya menyapu seluruh tribun makhluk mitologi, menelusuri barisan naga, iblis, elf, hingga raksasa hutan. Ia mengangguk kecil, seolah menemukan sesuatu yang memuaskan.

“Dan untuk perwakilan kami…” katanya dengan nada yang lebih berat, “kupikir aku sudah menemukan kandidat yang cocok.”

Langit Colosseum mendadak bergemuruh. Cahaya dari pilar timur membentuk pusaran emas yang berputar cepat. Dari dalam pusaran itu, langkah-langkah berat terdengar. Menghentak tanah seperti genderang perang.

Lalu muncullah sosok centaur.

Tubuh bagian bawahnya seperti kuda hitam berotot, sedangkan bagian atasnya seorang pria berkulit perunggu dengan rambut panjang terurai, membawa busur besar dari tulang naga di punggungnya. Setiap langkahnya membuat lantai marmer retak halus.

The Ancient One tersenyum puas.

“Perkenalkan,” katanya. “Dialah Asterion, penjaga gerbang rimba langit. Pemanah yang mampu menembus bintang dan mematahkan sayap malaikat.”

Sorakan dari kubu mitologi menggema bagai badai.

Sementara Tiago hanya menatapnya dari bawah, bibirnya melengkung membentuk senyum miring.

“Kuda atau manusia, sama saja. Keduanya tetap bisa jatuh kalau kena lutut.”

Sang Libra berdiri perlahan dari singgasananya.

Rambut ungu panjangnya berayun lembut, memantulkan cahaya bintang dari tiara kecil di rambutnya. Ia mengangkat timbangan emas mungil di tangan kirinya, lalu dengan gerakan anggun menurunkan sisi kanan timbangan itu sebagai tanda bahwa pertandingan telah dimulai.

Tiba-tiba, seluruh Colosseum Langit sunyi.

Hembusan angin berhenti. Burung-burung dari langit kristal berdiam di udara, dan cahaya matahari seakan menunduk memberi penghormatan.

Di tengah keheningan itu, suara lembut Sang Libra bergema di seluruh penjuru arena:

“Pertandingan keempat... dimulai.”

Getaran halus terasa di bawah kaki para penonton. Lantai marmer berubah warna, bukan karena sihir, melainkan pantulan aura dua petarung yang saling menatap tanpa gentar.

“Manusia kecil,” suara berat Asterion, sang Centaur, menggema. Tubuhnya kekar, dada lapang, dan otot-otot perutnya sekeras baja, "senjata apa yang akan kau gunakan?”

Tiago tersenyum kecil, seolah pertanyaan itu hanya lelucon murahan. Ia mengepalkan tangannya, memperlihatkan lengan yang penuh otot dan balutan perban.

“Ini saja.”

Asterion menatap, lalu tersenyum singkat, " itu saja? Aku merasa terkesan. Kalau begitu, aku juga akan bertarung dengan tangan kosong.”

Ia menurunkan busur panjang di punggungnya, lalu memberikan panah emasnya pada seorang peri seukuran anak laki-laki di tepi arena, Peterpan, penjaga hutan cahaya.

“Hei? Kau tak membawa busurmu?” Tiago melangkah maju, menepuk bahunya dengan santai, "aku bawa senjata, loh. Yaitu ini, " Ia kembali menepuk lengannya, senyum miring di wajahnya menantang.

Asterion mengangguk pelan, "aku seorang penjaga hutan kedamaian. Dan aku akan bertarung secara adil denganmu, Manusia.”

“Ohh?” Tiago menunduk sedikit, mata tajamnya berkilat seperti bara, " adil, ya? Mari lihat seberapa adil dunia memperlakukan kita.”

Keheningan kembali merambat, tapi kali ini lebih berat sseperti awan gelap sebelum badai.

Dari tribun manusia, beberapa wajah tampak tegang.

Para ilmuwan dan prajurit elit menatap tanpa berkedip. Beberapa mengusap keringat, khawatir lelaki yang tak berpengalaman itu hanya akan mempermalukan umat manusia.

Namun sebagian lainnya… justru tersenyum kecil. Mereka melihat sesuatu di balik mata Tiago. Bukan kesombongan, tapi keyakinan yang tak bisa diajarkan oleh latihan manapun.

Sementara di kubu mitologi, suasananya jauh berbeda.

Minotaur tertawa terbahak-bahak hingga tanah bergetar.

Siren menutup mulutnya, menahan tawa sinis.

Seekor naga bahkan menguap, menganggap ini akan jadi tontonan ringan sebelum makan malam.

Namun, hanya Yue (Sang Huli Jing) yang menatap berbeda. Senyumnya samar, matanya menyipit, seolah menyadari bahwa manusia itu menyimpan sesuatu yang belum terlihat.

Di singgasana, Presiden menunduk sedikit, menggenggam tongkat perak di tangannya. “Johan,” bisiknya pelan, “kita pertaruhkan terlalu banyak kali ini.”

Johan menjawab dengan lirih, tanpa mengalihkan pandangan dari arena, “Tapi jika dia benar-benar seperti yang saya kira, Pak… ini akan jadi pertandingan yang tak terlupakan.”

Tiago menurunkan posisinya sedikit, kaki terbuka lebar, tangannya menggantung bebas di sisi tubuhnya. Posisi yang tak dikenal dari aliran bela diri manapun.

Sementara Asterion mengencangkan otot-otot perutnya, kuku kakinya menghentak tanah, menciptakan debu marmer yang berputar di sekelilingnya.

Dua dunia. Akal dan mitos. Kembali bersiap untuk saling menghantam.

1
iqbal nasution
simbol beban...
iqbal nasution
ada manusia yb berani menantang langit
Irfan Sofyan
antara ada dan tiada😁
Irfan Sofyan
kalau tidak mudah kena ilusi begitu berarti dia punya senjutsu😁🙏
Vᴇᴇ
wah auto praktekin ke tetangga sebelah yg suka gunjing ah
Chimpanzini Banananini: woi woi astaghfirullahalazim/Skull//Skull/
total 1 replies
Vᴇᴇ
troll itu sejenis apa ya? dari dulu familiar sama nama ini cuma masih abu" sama wujudnya
Chimpanzini Banananini: troll itu mirip raksasa, tapi tubuhnya bungkuk
total 1 replies
☕︎⃝❥ᗰᗴᑎGᗩᖇᗴ(╯°□°)╯︵ ┻━┻
yeee, curang kok bangga 🗿
Chimpanzini Banananini: waduhh ketahuan cik😂
total 1 replies
☕︎⃝❥ᗰᗴᑎGᗩᖇᗴ(╯°□°)╯︵ ┻━┻
Curang/Curse//Curse/
☕︎⃝❥ᗰᗴᑎGᗩᖇᗴ(╯°□°)╯︵ ┻━┻
Weh, sampek tahu mode tembakannya 🗿
Chimpanzini Banananini: /Casual//Casual//Casual//Casual//Casual/
total 3 replies
☕︎⃝❥ᗰᗴᑎGᗩᖇᗴ(╯°□°)╯︵ ┻━┻
keren/Doge//Good//Doge/
☕︎⃝❥ᗰᗴᑎGᗩᖇᗴ(╯°□°)╯︵ ┻━┻
bisa-bisanya kepikiran nih authornya 🤣
☕︎⃝❥ᗰᗴᑎGᗩᖇᗴ(╯°□°)╯︵ ┻━┻
keren/Scream//Scream/
☕︎⃝❥ᗰᗴᑎGᗩᖇᗴ(╯°□°)╯︵ ┻━┻
Ini yang bikin susah nulis dialog karakter berkedudukan atas🤣 kaku semua. disuruh gak kaku juga susah
Chimpanzini Banananini: wkwk ya namanya juga profesional meng. masa pake bahasa gaul sksksk
total 1 replies
Wida_Ast Jcy
jadi naga pergi. kembali lagi gak🤔🤔🤔
Chimpanzini Banananini: gatau wkwk
total 1 replies
Wida_Ast Jcy
sama sama menyimpan dendam gak tuh
Chimpanzini Banananini: iya nih hiks
total 1 replies
ADI PRATAMA
hai, aku kila
Chimpanzini Banananini: lah jir lanang
total 1 replies
Mingyu gf😘
hmm selamat tinggal😭rest in pace🙏
Ani Suryani: orang dari negara matahari terbit mah orang China
total 2 replies
Hanik Andayani
bisa2nya makhluk mitologi menang
Chimpanzini Banananini: ya gimana lagi? truk pemadam nya hancur🥲🥲
total 1 replies
Vᴇᴇ
yang lemah akan kalah dgn yang kuat, sedangkan yang kuat akan kalah dgn yang cerdas
Chimpanzini Banananini: kelazz
total 1 replies
Irfan Sofyan
apakah di sini dia kena ilusi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!