NovelToon NovelToon
Perjalanan Hadi

Perjalanan Hadi

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Yatim Piatu / Romansa Fantasi / Pemain Terhebat / Epik Petualangan / Anak Lelaki/Pria Miskin / Harem
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: bang deni

perjalanan seorang anak yatim menggapai cita cita nya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bang deni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SDSB

Saat sampai rumah, bang Ginting sudah menunggunya

" Baru pulang kau Hadi," Tanya bang Ginting saat melihat Hadi datang.

" Iya bang, narik kita siang ini?" Tanya Hadi sambil duduk di teras kamar bang Ginting.

" Malam saja kita narik, abang ada jam kuliah jam 2 nanti" Sahut bang Ginting.

" Ok bang, kalau begitu aku mau ke perumahan Way Halim Permai bang" Ucap Hadi

" Mau ngapain kau?" Tanya bang Ginting heran. Biasanya Hadi tak pernah main selain bekerja

" Belajar bersama bang " Sahut Hadi sambil tersenyum

" Ha ha ha, senyum kau mencurigakan, jangan jangan kau mau pacaran?" Goda bang Ginting yang curiga melihat senyum Hadi.

" Ga lah bang, boro boro mau mikirin pacaran, mikirin sekolah mau lanjut kemana saja masih bingung " Sahut Hadi.

" Kalau saran aku, kau baiknya masuk sekolah kejuruan saja, lulus dari sekolah kejuruan kau punya keahlian, seandainya kau tak bisa kuliah kau sudah bisa bekerja atau membuat usaha sendiri" ucap bang Ginting memberi saran

" iya bang nanti aku pikirkan" sahut Hadi, memang dia ingin meneruskan ke sekolah menengah kejuruan, namun ia ingin masuk jurusan Elektronika, dan itu hanya ada di STM Unila, STM Bhakti Utama dan STM An-nur.

" ya kau pikirlah masak masak, aku mau bersiap kuliah dulu" ucap bang Ginting

"Ya bang aku juga mau siap siap ke Way halim Permai" sahut Hadi sambil melangkah menuju kamarnya

sampai di rumah Hadi memasak nasi terlebih dahulu dengan kompor minyak tanah yang harus di nyalakan dulu seluruh sumbunya dengan lidi agar cepat merata, Hadi hanya masak sehari satu kali, jadi minyak tanah satu liter bisa kepake selama dua minggu, walau makan hanya dengan tempe yang di bumbui garam dan bawang putih, itu sudah cukup baginya. gizi urusan ke sekian yang penting kenyang baginya.

tepat jam dua Hadi berangkat ke rumah rini,kalau dari rumahnya dia harus naik angkot dua kali, mau pakai sepeda lumayan jauh apalagi kalau sampai Jadi ke Gramedia yang ada di Enggal, bisa gempor paha dan betis,

Rumah Rini tergolong besar dengan pohon rambutan dan mangga di bagian depan

" assalamualaikum" Hadi mengucap salam sambil mengetuk gerbang

" waalaikum salam" dari dalam rumah terdengar suara khas manja Rini, tak lama rini keluar memakai celana pendek , yang memamerkan paha mulusnya, dengan kaos you can see

"Eh, Hadi tunggu sebentar" Rini kaget melihat yang datang ternyata Hadi, ia bukannya membukakan pintu tetapi malah berlari masuk kembali ke dalam. membuat Hadi mengernyitkan dahi

tak lama Rini datang lagi dan membukakan pintu gerbang rumahnya ternyata dia mengganti bajunya, dengan celana panjang dan kaos yang agak ketat tapi tertutup tak seperti tadi yang seperti memakai kaos dalam saja

"ayo masuk, maaf yah agak lama" ucap Rini sambil menarik tangan Hadi

"kok sepi pada kemana?" tanya Hadi saat melihat rumah Rini tak ada siapa siapa

" Ayah kerja, ibu lagi arisan keluarga, kamu mau minum apa?" tanya Rini

" Kopi aja kalau ada, " ucap Hadi

" ada sih, tapi aku ga pernah buat, he he he" Rini tertawa kecil , ia memang tak pernah membuat minuman, karena anak semata wayang ia selalu di manja

" ya udah air putih saja" ucap Hadi

" ok tunggu sebentar" Rini bergegas masuk kembali ke dapur untuk mengambilkan air

Hadi melihat lihat sekeliling ruang tamu itu, ada berbagai hiasan yang ada di sana tapi lebih banyak foto Rini yang di bingkai terpajang,

" Hadi, ini minumnya, di minum dulu" Rini keluar dari dapur dan meletakan gelas yang di bawanya di meja yang ada di sana

" ini ayah kamu?" tanya Hadi melihat sebuah foto keluarga yang ada di sana

" iya , ini papi, mami dan aku" sahut Rini menunjuk satu persatu foto itu

" trus kita jadi ke Gramedia?" tanya Hadi,

" di luar panas, kita ngobrol di rumah aja yah, " ucap Rini sambil tersenyum

Hadi menggelengkan kepala mendengarnya tau akan begini ia mending di rumah, siapa tahu ada kerjaan yang menghasilkan uang, atau mancing di sungai milik pak irawan, kalau ga ada yang lihat tali pancing nya ia pindahkan ke kolam tapi joran masih menghadap ke sungai.

Maling, iya, tapi ia tak pernah berpikir ke arah sana yang penting dapat ikan untuk teman nasi buat makan.

Saat  hari sudah sore Hadi berpamitan, dan pulang karena malam nanti dia akan menemani bang Ginting narik angkot, mumpung lagi ada pasar malam dan pameran di way halim, tepatnya di Stadion Pemuda di Way Halim. di tangannya ada satu plastik ukuran sedang pemberian Rini entah apa .

Hadi harus naik angkot dua kali untuk pulang,

Saat sampai di rumah Hadi membuka bungkusan plastik dari Rini.

" Wah bolu, sama makanan kecil lainnya " Gumam Hadi saat melihat isi bungkusan plastik dari Rini.

Hadi memotong kueh bolu itu menjadi 5 bagian, ia menyisihkan  satu bagian untuknya sedangkan yang lain akan ia berikan untuk bang Ginting, bang Made, dan mas Bima, serta Om Siregar.  Ia hanya tahu nama aslinya mas Bima saja, sedangkan yang lain ia tak tahu, Siregar dan Ginting yang ia tahu nama marga, sedangkan Made, itu biasanya panggilan anak lelaki ke dua bagi orang bali kalau tidak salah. Berasal dari kata madya atau tengah, di antara anak pertama yang biasanya di panggil Wayan dan anak ketiga yang di panggil Nyoman.

" Wah, bawa apa kau Hadi?" Bang Ginting yang melihat Hadi membawa kotak kueh bertanya

" Ada yang ngasih kueh bolu bang, ini satu buat abang, yang ini buat mas Bima sama bang Made" Sahut Hadi sambil menyerahkan satu potongan kueh Bolu pada bang Ginting.

" Wah wah, makasih makasih" Ucap bang Ginting senang. Hadi membagikan semua kueh , namun saat samoai di kamar mas Bima ia di tahan,

" Nanti malem jangan kemana mana, kita bakar ayam di sini" Ucap mas Bima

" Nanti malam mau narik mas, ikut sama bang Ginting " Sahut Hadi.

" Ah, gampang itu, nanti mas yang ngomong sama dia, mas baru dapet SDSB, kita pesta nanti malam" Ucap mas Bima

" Wah, tembus berapa mas?" Tanya Hadi bersemangat . Dulu SDSB ( Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah) resmi dari pemerintah, di era Orde Baru, Pak Harto. Pada saat itu banyak kejadian lucu dan aneh kerena demam SDSB, ada yang nyari nomor ke kuburan, ada yang melihat kecelakaan bukannya menolong tapi mencatat plat nomor nya dulu, dan ada juga tukang Batagor yang tembus 6 angka, ia sangat senang dan menceburkan gerobak dagangnya ke kali karena akan mendapat uang sekitar Rp 500 juta , ia menjeburkan gerobaknya ke sungai Citarum, namun naas saat mau menukarkan ternyata kertas undiannya ada di laci gerobak yang di ceburkan.

" Cuma empat angka, tapi lumayan bisa bakar ayam kita." Sahut mas Bima.

"Siap deh mas, tapi aku bilang dulu sama bang Ginting, ga enak udah janji"  Ucap Hadi

" Ya bilang saja, dia juga ngikut kok nanti malam " Sahut mas Bima.

" Ya udah mas, siap kalau begitu, aku mau kasih ini satu lagi ke om siregar " Ucap Hadi sambil mengangkat kotak kueh untuk om Siregar.

1
Afifah Aliana
lanjut author
Afifah Aliana
lanjut
Yuliana Tunru
yuni x yg agresif ..hati2 besok2 bisa kebablasan ingat msh kecil ya
Yuliana Tunru
q mampir bang smoga up lancar dan byk pembaca x 💪💪
Blue Angel: Terima kasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!