Lin Feng, "Tuan Muda Teoris" dari Klan Lin, adalah bahan tertawaan di Akademi Awan Hijau. Dia jenius strategi, tapi bakat bela dirinya nol besar.
Segalanya berubah drastis saat arwah kakek-kakek telanjang mesum merasuki mata kirinya, memberinya kekuatan cheat [Mata Penjiplak] yang bisa meniru dan menyempurnakan jurus apa pun seketika.
Berbekal otak licik, mata copy-paste super, dan panduan kakek mesum di kepalanya, Lin Feng kini siap mengacak-acak dunia Jianghu. Ini adalah kisah di mana dia mempermalukan para jenius, men- trol/ musuh-musuhnya, dan mengejar tujuan utamanya membangun harem terbesar dalam sejarah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ex, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 Dari tukang cuci jadi kurir kotoran
Lin Feng berjalan keluar dari Paviliun Medis dengan langkah santai seorang pemenang.
Jeritan kesakitan Zhang Yao yang baru saja meledak di belakangnya... terdengar seperti musik terindah di telinganya.
Dia bisa merasakan kantong sutra milik Zhang Yao di dalam jubahnya. Berat. Penuh dengan 2.500 tael perak.
Modal awalnya.
"BWAHAHAHA! KITA BERHASIL!" raung si Kakek di kepalanya, suaranya penuh kemenangan murni. "KITA MEMATAHKAN TANGANNYA, MENGHANCURKAN MENTALNYA, DAN KITA MENGAMBIL UANG JAJANNYA! KAU BENAR-BENAR BAJINGAN YANG SEMPURNA, NAK! KAKEK SANGAT TERHARU!"
"Ini hanya... kompensasi yang adil," batin Lin Feng, senyumnya tersembunyi.
"OKE! CUKUP MERAYAKAN!" Si Kakek kembali ke mode bisnis (cabul). "SEKARANG KITA KE KOTA! SEGERA! KITA HARUS BELI TUNGKU ALKIMIA BEKAS YANG PALING REYOT DAN SEMUA 'RUMPUT ULAR' DAN 'KOTORAN KELELAWAR' ITU! MALAM INI KITA MULAI PRODUKSI 'PIL KUDA JANTAN'!"
"Benar," batin Lin Feng.
Dia melangkah keluar ke bawah sinar matahari... dan dia berhenti.
Seluruh area di depan Paviliun Medis... kosong.
Semua murid yang tadi berbisik-bisik, yang sedang berjalan-jalan... mereka semua lari. Seolah-olah "Mata Iblis" itu menularkan wabah. Mereka bersembunyi di balik pohon dan pilar, menatapnya dengan ngeri.
"Hah," batin Lin Feng.
Lalu, sebuah masalah logistik yang baru muncul di kepalanya.
"Kek," batinnya.
"YA?! KITA KE GERBANG KOTA?!"
"Aku... Tuan Muda Lin Feng. 'Mata Iblis'. Bintang akademi."
"TENTU SAJA KAU... Oh." Si Kakek tiba-tiba mengerti.
"Aku tidak bisa," lanjut Lin Feng, kekesalan mulai merayapinya. "Aku tidak bisa, sebagai 'Mata Iblis', terlihat berjalan ke 'Distrik Pasar Gelap' dan menawar harga tungku bekas. Dan aku... pasti tidak bisa terlihat di 'Toko Herbal Aneh Nenek Li' sambil bertanya, 'Permisi, apa kotoran kelelawar Anda... masih segar?'"
"...Sialan," gerutu si Kakek. "Reputasi itu... benar-benar merepotkan! KAU TERLALU TERKENAL UNTUK MELAKUKAN PEKERJAAN KOTOR!"
"Tepat," kata Lin Feng. "Seorang Tuan Muda... tidak melakukan pekerjaan kotor."
Dia terdiam sejenak.
Sebuah senyum licik perlahan terkembang di wajahnya.
"Tapi..." batinnya. "Seorang Tuan Muda... punya orang untuk melakukan pekerjaan kotor itu untuknya."
Lin Feng menatap kerumunan murid yang ketakutan, yang bersembunyi di balik pilar-pilar Paviliun Medis.
"Hmph. Merepotkan," gumamnya.
Dia berbalik dan berjalan kembali ke paviliunnya, mengabaikan tatapan ngeri yang mengikutinya.
Setibanya di sana, Chun Hua sedang menunggunya dengan gugup. Jelas dia belum mendengar kabar tentang "penagihan utang" itu, tapi dia sudah mendengar tentang "Insiden Instruktur Li".
"T-Tuan Muda... A-Anda... kembali?" dia tergagap, tidak berani bertanya soal yang terjadi di kelas.
"Chun Hua," kata Lin Feng, duduk di kursinya seolah tidak terjadi apa-apa. "Aku ada tugas untukmu."
"A-Apa saja, Tuan Muda!"
"Pergi ke Asrama Sayap Utara. Cari... dia."
Wajah Chun Hua langsung berubah masam. "...'Dia'?"
"Si Tikus Kecil. Bai Qianqian," kata Lin Feng tidak sabar. "Bawa dia ke sini. Sekarang. Katakan padanya... 'tugas mencuci'-nya diperluas."
"T-Tapi, Tuan Muda!" protes Chun Hua, rasa cemburu mengalahkan rasa takutnya sejenak. "D-Dia baru saja mengotori lantai Anda pagi tadi! D-Dan... dan..."
Lin Feng mengangkat satu alis. "Apa kau... punya masalah?"
"T-TIDAK, TUAN MUDA!" Chun Hua membungkuk panik. "S-Saya akan segera membawanya!"
Chun Hua praktis berlari keluar paviliun, menggerutu pelan tentang 'rubah kecil kotor yang merayu Tuan Muda'.
Lin Feng menunggu dengan sabar. Dia mengeluarkan kantong sutra milik Zhang Yao dan meletakkannya di atas meja.
KLANG.
Suara 2.500 tael perak menghantam kayu rosewood terdengar sangat... memuaskan.
Lima belas menit kemudian, terdengar suara langkah kaki panik di luar.
Tap-tap-tap-tap!
Pintu terbuka (Chun Hua yang membukanya dengan ekspresi jijik) dan Bai Qianqian terhuyung masuk.
Dia terlihat lebih bersih dari pagi tadi, tapi dia jelas berlari ke sini. Wajahnya memerah dan dia terengah-engah.
"T-TUAN MUDA!" serunya, membungkuk begitu dalam. "A-Anda... A-Anda memanggil saya?! A-Apa... apa ada jubah kotor lagi?! S-Saya siap untuk membersihkanya!"
Lin Feng menatapnya. Lalu dia menatap Chun Hua.
"Keluar, Chun Hua," katanya. "Tutup pintunya dari luar."
Wajah Chun Hua menegang. "T-Tapi Tuan Muda... sendirian... dengan..."
"Keluar."
"..."
"Baik, Tuan Muda." Chun Hua membungkuk kaku dan menutup pintu, meninggalkan mereka berdua sendirian.
Keheningan yang canggung memenuhi ruangan.
Bai Qianqian berdiri membeku, terlalu takut untuk bernapas.
Lin Feng tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya mengambil daftar resep "Pil Kuda Jantan" yang menjijikkan itu.
Dia melipatnya.
Lalu, dia mendorong dua benda ke seberang meja.
Daftar yang terlipat... dan kantong sutra milik Zhang Yao yang berat.
"Hah...?" Qianqian menatap kedua benda itu dengan bingung.
"Tugas pertamamu," kata Lin Feng, suaranya datar.
Qianqian, dengan tangan gemetar, mengambil daftar itu dulu. Dia membukanya.
Dia membaca baris pertama.
Wajahnya yang pucat... berubah menjadi sangat bingung.
"...T-Tuan Muda...?" cicitnya.
"Baca dengan keras," perintah Lin Feng.
"T-Tiga... ons... K-Kotoran... K-Kelelawar... G-Gua Es?"
Mata polosnya menatap Lin Feng dengan kebingungan total, seolah-olah dia baru saja diminta membaca bahasa iblis.
"Lanjutkan," kata Lin Feng.
"S-Satu... ikat... R-Rumput Ular... Sembilan Daun?"
Dia terlihat semakin bingung.
"Tugasmu," kata Lin Feng, "adalah pergi ke kota. Sekarang. Gunakan gerbang pelayan agar tidak ada yang melihat."
Dia menepuk kantong uang yang berat itu.
"Di dalam situ ada dua ribu lima ratus tael perak. ITU SUDAH CUKUP HARUSNYA."
Mata Bai Qianqian nyaris keluar dari rongganya. "D-DUA... R-RIBU...?!"
"Gunakan uang itu," lanjut Lin Feng, mengabaikan keterkejutannya. "Beli semua yang ada di daftar itu. Dan beli satu... tungku alkimia bekas. Yang paling murah, paling jelek, paling berkarat yang bisa kau temukan. Mengerti?"
Qianqian tidak bisa memproses ini. Tuan Muda... menyuruhnya membeli kotoran... dengan uang yang cukup untuk membeli rumah?
"T-Tapi... T-Tuan Muda... u-uang ini..."
"Apa kau," tanya Lin Feng pelan, "mempertanyakan perintahku?"
"T-TIDAK, TUAN MUDA!" serunya panik, langsung berdiri tegak.
"Bagus." Lin Feng menyandarkan punggungnya. "Kau punya dua jam. Selundupkan semua barang itu kembali ke akademi. Bawa ke gudang kebersihan tua di Asrama Utara, yang dekat toilet itu."
Dia mencondongkan tubuhnya ke depan, matanya menatap tajam ke mata Qianqian yang ketakutan.
"Dan, Tikus Kecil."
"Y-Ya, Tuan Muda?"
"Ini... adalah proyek rahasiaku. Jika ada... satu orang pun... yang tahu tentang ini... jika ada yang tahu kau membeli kotoran kelelawar... atau dari mana kau mendapatkan uang itu..."
Lin Feng tersenyum. Senyum yang sangat tidak ramah. "Aku akan... sangat, sangat kecewa."
"Paham?"
tapi overall, ini cukup bagus👍
untuk kalimat 'haaaah' ini seperti menghela napas kan? harusnya Hoamm, mungkin?🤭
maaf kak sok tau, tapi aku lebih nyaman begitu🙏