Menikahi Pria terpopuler dan Pewaris DW Entertainment adalah hal paling tidak masuk akal yang pernah terjadi di hidupnya. Hanya karena sebuah pertolongan yang memang hampir merenggut nyawanya yang tak berharga ini.
Namun kesalahpahaman terus terjadi di antara mereka, sehingga seminggu setelah pernikahannya, Annalia Selvana di ceraikan oleh Suaminya yang ia sangat cintai, Lucian Elscant Dewata. Bukan hanya di benci Lucian, ia bahkan di tuduh melakukan percobaan pembunuhan terhadap kekasih masa lalunya oleh keluarga Dewata yang membenci dirinya.
Ia pikir penderitaannya sudah cukup sampai disitu, namun takdir berkata lain. Saat dirinya berada diambang keputusasaan, sebuah janin hadir di dalam perutnya.
Cedric Luciano, Putranya dari lelaki yang ia cintai sekaligus lelaki yang menorehkan luka yang mendalam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quenni Lisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 29 - Kepanikan Anna
Tok!
Tok!
Tok!
Hening....
Juan terus mengetok kamar Lucian. Sebab, sejak pulang entah darimana kemarin. Pria itu terus mengurung dirinya. Sedangkan syuting akan segera dimulai.
'Ada apa lagi dengannya? Hah... Dasar labil,' batin Juan, merasa kesal.
Ia telah melarang Bos-nya itu bepergian. Karena takut akan di ketahui warga dan menjadi heboh. Namun, Bos-nya itu tetap ngeyel dan pergi. Lihatlah apa yang terjadi sekarang.
"Bos!"
"Hari ini ada pembacaan naskah! Tolong bersiaplah!" pekik Juan. Habis sudah kesabarannya.
Sedangkan di dalam sana. Lucian masih setia memeluk selimutnya. Tubuhnya terasa berat. Semalaman ia terus terbayang-bayang akan perkataan Raven, yang jelas belum terbukti benar. Namun, hatinya tetap merasa gelisah.
Di satu sisi ia merasa, bahwa itu wajar karena setelah bertahun-tahun ia berpisah dari Anna. Jadi, wajar jika gadis itu sudah memiliki Suami, apa lagi seorang anak.
Di sisi lainnya, ia merasa bahwa cinta itu masih ada untuknya. Tatapan hangat, perhatian kecil Anna dan kelembutannya padanya.
"Anna..." Nama Anna terus bergumam dari bibirnya. Sepanjang malam, tanpa lelah. Kadang, tanpa sadar, air matanya menetes tanpa permisi. Memikirkan betapa kejam dan jahat dirinya pada gadis sebaik Anna. Yang mencintainya dengan tulus.
"Jika aku adalah Anna. Aku mungkin tidak akan pernah memanfaat diriku," gumam Lucian. Lama ia memandangi langit-langit kamar. Mencoba menenangkan perasaannya yang campur aduk.
Lalu ia bangkit dari tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi. Tubuhnya lelah. Namun, ia harus paksakan karena pekerjaan.
...****************...
Rumah Anna.
Anna tengah menyiapkan sarapan untuk Cedric. Tangannya dengan lihai memasukan satu persatu bumbu. Kepalanya menunduk mendekati gumpalan asap di atas kuali, mencoba mencium aroma masakannya.
Hari ini, ia membuat nasi goreng kesukaan Cedric. Lalu, ia juga menyiapkan bekal Cedric dengan lauk yang berbeda. Tak lupa dengan kue coklat buatannya semalam, ia panaskan lagi.
"Wah... Enak nih, Bun. Makasih ya," jelas Cedric, matanya berbinar menatap sarapannya. Lalu, beralih pada Anna.
"Iya, sayang." Anna menatap Cedric yang makan dengan lahap. Ia tersenyum.
'Walaupun kamu tumbuh tanpa kasih sayang seorang Ayah. Kau tetap adalah anak yang hebat, Nak. Maafin Bunda...' Lagi-lagi Anna merasa bersalah pada Putranya. Hatinya sakit, tiap kali teringat akan omongan-omongan pedas tetangganya maupun teman-teman sekolah Putranya.
Selesai makan. Anna mengantar Cedric ke sekolah dengan sepeda motornya. Di sepanjang jalan, mereka berceloteh ringan.
Tanpa Anna sadari. Ia baru saja berpapasan dengan mobil mewah milik Lucian, dengan berlawanan arah.
Deg!
"An-Anna..." Lucian sontak menoleh, namun ia tak mendapati siapapun di belakang. Sebab Anna telah berbelok tepat sebelum Lucian menoleh.
...****************...
SD KASIH IBU.
Cedric dengan patuh turun dari motor dan mencium tangan Anna. "Bunda... Ceddy sekolah dulu, hati-hati bawa motornya," jelas Cedric, khawatir.
Anna tersenyum. "Iya, iya! Bund hati-hati kok. Sudah masuk sana," titah Anna.
Cedric berlari masuk dengan kepala yang terus menoleh ke belakang, menatap Anna. Entah kenapa ia tiba-tiba merasa sangat khawatir pada Bundanya.
Saat hendak menghidupkan motornya kembali. Tanpa sengaja Anna mendengar percakapan para Ibu-ibu yang sedang mengantar anak-anaknya.
"Beneran! Kemarin dia datang ke Desa Kembang... Eh, sudah di tunggu-tunggu yang nongol malah Asistennya," ujar seorang Ibu-ibu mengeluh.
"Ya sudahlah, Bu. Mungkin Lucian sedang cape. Nanti kita bisa lihat mereka pas lagi syuting," jawab seorang Ibu-ibu.
Deg!
"Iya, katanya besok syuting sudah di mulai. Kita kesana ya!" Mereka terlihat sangat bahagia.
Anna tak yakin dengan apa yang di dengarnya. Ia dengan panik menghampiri Ibu-ibu itu. "Bu... Ap-apa yang sedang kalian bicarakan?" tanya Anna dengan nada panik, wajahnya pias karena takut.
"Ap-apa sih!" Ibu-ibu itu saling menoleh heran.
"Tolong, Bu. Jawab saja pertanyaan saya, hiks..." Anna tanpa sadar mengeluarkan air matanya.
'Tidak... Tidak mungkin dia berada disini. Kenapa... Kenapa dia harus disini!' batin Anna.
"Kami se-sedang membicarakan Lucian! Aktor Terkenal itu akan syuting di Desa Kembang," jelas Ibu-ibu itu, dengan bingung. Apalagi setelah melihat air mata Anna.
Deg!
Seketika tubuh Anna luruh. Tubuhnya gemetar menahan tangisnya.
"Eh, Bu... Ada apa, Bu? Kenapa seperti ini?" tanya Ibu itu dengan panik, berusaha menenangkan Anna.
Setelah lama terduduk, dengan sejuta rasa takut akan kehilangan Cedric. Anna berdiri dan meminta maaf atas sikapnya. Lalu, ia dengan tangan yang masih bergetar mencoba menghidupkan motornya.
'Ak-aku harus menyembunyikan Cedric. Tapi kemana? Dia pasti akan bertanya-tanya...' Sepanjang perjalanan Anna tak bisa fokus sama sekali. Pikirannya terus pada bagaimana caranya ia harus menyembunyikan Cedric.
Ia tahu tak banyak kemungkinan untuk Cedric dan Lucian bertemu lagi. Namun, ia tetap saja takut. Mau bagaimana pun mereka bahkan telah bertemu tanpa sengaja.
Tiin!
Anna sontak kaget dan menegakkan pandangannya. "Arghhhhhh!" teriak Anna kaget.
Brak!
Semangat selalu
Cpt sembuh author