NovelToon NovelToon
ANA - Terlanjur Salah Pilih

ANA - Terlanjur Salah Pilih

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / Poligami / Cinta Terlarang
Popularitas:562
Nilai: 5
Nama Author: Frans Lizzie

Ana yang baru masuk ke tempat kerja baru, terpikat dengan Aris, pemuda yang tampan, baik, rajin bekerja dan sopan. Sempat pacaran selama setahun sebelum mereka menikah.
Di tahun kedua pernikahan mereka, karakter Aris berubah dan semakin lama semakin buruk dan jahat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Frans Lizzie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19 - Ingin ke Tanjung Pinang

Suitttt…suit…

Yudi bersiul keras-keras. Lalu Yudi mulai berjoget-joget berkeliling seperti orang gila. 

“Jackpot…jackpot. Aku menang! Aku menang! Ayo traktir aku.”    

Aniek, istrinya langsung mengacungkan kedua jempolnya sambil berjingkrak-jingkrak.    

Ling Xie membelalakkan matanya dengan kedua tangan menutup mulutnya. “Woahhh!! Wahhh!! Wahhh!!”     

Yuni ikut-ikutan meloncat-loncat girang. “Hore, hore, hore. Jadian..jadian. Uhuy!”     

Tiur bertepuk tangan, “Ulang tahunku membawa berkah, kan.”     

Aris tertawa geli melihat kegilaan mereka. “Ah kalian ini.. sinting semua.”     

Sedangkan muka Ana memerah malu.  Menjadi pusat kehebohan seperti ini benar-benar membuatnya malu. Rasanya seperti ingin melarikan diri sejauh mungkin kemudian menyembunyikan kepalanya sampai keadaan kembali tenang.     

Ling Xie yang berhati paling peka di antara orang-orang sales bisa merasakan ketidak nyamanan Ana.     

“Ayo, ayo, kita minum air jahenya,” ajak Ling Xie sengaja mengalihkan perhatian. Dia  merasa kasihan melihat wajah Ana sudah memerah.   

“Aris, kowe kudu syukuran lho.. bareng anak sales…”     

Ling Xie menepuk tangan Yudi, dengan gerakan kepala menuju Ana sebagai bahasa isyarat, Ling Xie memberitahu ke semua orang kalau Ana mulai merasa tak nyaman.    

Paham dengan isyarat Ling Xie, Yudi pun langsung mengubah arah pembicaraan.     

“Mas, Mbak, Boru, Uni dan Cece, mari, mari,  kita nikmati jagung bakarnya dulu. Ayo silahkan, dipilih dipilih … Jagung bakar sudah siap disantap. Jagung yang warna merah rasanya pedas manis. Jagung yang berwarna coklat kekuningan rasanya asin gurih,” seru Yudi keras-keras.  

Aris mendekati Ana yang sedang duduk berdua dengan Ling Xie. Keduanya duduk agak menjauh dari teman-teman se departemen yang selalu riuh dan heboh itu.     

“Ana, mau jagung yang rasa apa? Biar aku ambilkan,” tanya Aris penuh perhatian.      

Ana agak terperangah. Dia selalu tersentak dengan perhatian Aris kepadanya. “Oh, eh, yang pedas, Mas. Terima kasih.”    

“Pedas? Oke.” 

Baru saja Aris mau menawarkan jasa jemput jagung bakarnya kepada Ling Xie, gadis Tionghoa itu sudah berdiri.       

“Aku mau ambil sendiri saja, mau aku kantong-in beberapa. Karena mau kubawa pulang.” Ling Xie berkata kepada Ana. “Ana tunggu saja di sini. Habis bungkus jagung, aku balik sini lagi. Mau minum jahe dulu sambil tunggu koko aku jemput.”     

Ana berdiri untuk mengisi gelas-gelas stainless steel dengan air jahe. “Guys… ini air jahenya ambil di sini ya.”   

Tak lama kemudian Ling Xie kembali sambil menenteng tas plastik kresek yang dilapisi kertas minyak coklat, berisi beberapa jagung bakar di dalamnya.              

Aris juga kembali dengan membawa 2 jagung bakar pedas manis dan satu jagung bakar asin.    

“Aku bawakan juga yang jagung asin,” kata Aris. “Biar Ana merasakan dua-duanya.”    

“Terima kasih, Mas.” Ana berusaha bersikap sewajar mungkin untuk menutupi perasaan gugupnya. Dia sungguh tidak terbiasa diperlakukan seperti ratu.”

“Ling Xie, Mas Aris….ini air jahenya. Semoga sudah tak terlalu panas.”    

Beberapa saat kemudian Tiur, Yuni, Aniek dan Yudi juga ikut duduk bergabung mengelilingi meja untuk menikmati jagung dan air jahenya.     

“Ehmm, jagung pedas manisnya ini benar-benar enak lho,” puji Yuni.     

“Air jahenya juga enak banget. Beda rasanya dari air jahe di warung-warung,” puji Aris juga. “Pakai kayu manis dan cengkeh ya.”     

“Iya, kok bisa tau. Wah, hebat kamu Aris,” kata Tiur takjub. “Bisa tau bahan apa aja yang masuk ke wedang jaheku, hanya dengan meminum-nya saja. Jangan-jangan kamu koki yang menyamar jadi engineering ya.”     

Aris tersenyum. “Ah, ada-ada aja Boru nih.”     

“Ana…, aku boleh nanya nggak,” tanya Yuni hati-hati. 

Yuni melirik ke arah Ling Xie. Dia agak segan karena dia tahu Ling Xie kurang bisa diajak ngerumpi. “Soal kamu sama Aris….”     

Yuni berhenti bicara saat melihat wajah Ling Xie yang mulai berubah. “Ihhh Ling Xie, jangan serem-serem lah wajah kau itu ke aku,” rengek Yuni sambil menggoyang-goyangkan bahunya. “Ana, bagi ceritamu dengan Aris dong. Beneran ini kalian jadian? Ayolah, cerita-cerita dong. Kita ini semua kan orang luar lho.”     

Ana menatap semua orang sambil tersenyum malu. “Aih, kalian ini heboh kali lah. Padahal aku dan Mas Aris juga baru dua kali  jalan bareng lho. Itu juga karena aku lagi butuh bantuan banget. Iya kan Mas?”   

Aris mengedipkan matanya sambil tersenyum. “Kapan pun Ana butuh, aku siap bantu. Tinggal telpon atau message. Okay?”   

Terlihat Aniek berbisik sesuatu kepada Yudi, suaminya. 

Yudi serius mendengarkan lalu memberi tanggapan, sayangnya bukan dengan suara bisik-bisik. “Iyo, saiki seh durung. Ning aku yakin Aris karo Ana bakalan dadi.”     

Aniek mencubit paha Yudi keras-keras.    

“Adoh!” seru Yudi kaget. “Ngopo..”     

Aniek segera mendekatkan bibirnya ke telinga Yudi. Ia berbisik-bisik lagi. Yudi balas berbisik ke arah telinga Aniek. Begitu berulang kali.     

Tiur mencibir ke arah pasangan suami-istri itu. 

“Kalian ini pamer kemesraan di sini, di depan kami para jomblowati. Mau adegan intim suami istri di rumah ajalah.”    

Yudi dan Aniek saling bertatap-tatapan. Entah apa isi bisik-bisik antar suami istri itu.     

Akhirnya Aniek mencoba berbicara, “Gini Ana, aku sama Mas Yudi tadi ngomongin soal keinginan kamu buat explore Batam. Tapi kamu kan belum punya kawan dekat yang bisa nemenin kamu. Jadi aku tadi usul ke Mas Yudi, gimana kalau team sales ini bareng-bareng jalan nemenin Ana jalan-jalan. Sabtu Minggu, mungkin? Biar persaudaraan kita makin erat gitu.”     

Mereka saling pandang. Saling mencari persetujuan satu sama lain.    

Ling Xie bereaksi terlebih dahulu. 

“Dua bulan ini mungkin aku tak bisa keluar lebih dua jaman selama weekend. Banyak keluarga dari Taiwan dan Singapore datang. Kurang etis gitu ada keluarga jauh datang malah ditinggal pergi. Jadi aku nggak bisa janji.”      

Ling Xie menatap Ana. “Sorry ya Ana.”     

“Tidak apa-apa Ling Xie. Aku tadi cuma cerita saja karena ditanya oleh Mbak Aniek. Jangan malah jadi beban seolah-olah aku ingin ditemani jalan-jalan. Jangan kuatir, aku tidak terburu-buru kok. Hanya karena aku pendatang baru di Batam ini, jadi aku tertarik ingin tahu lebih banyak tentang Batam.”    

“Hal yang menarik tentang Batam ya..,” sahut Yuni dengan antusias. 

“Harus lihat jembatan Barelang sih, beserta pantai-pantainya yang masih asli. Ada camp Vietnam juga di sana.’    

Aniek menambahkan, “Tadi Ana tertarik pergi ke Pulau Putri ya, karena harus menyeberang memakai kapal kecil.”    

“Iya,” jawab Ana antusias. “Aku belum pernah naik perahu kecil. Bahkan boleh dibilang aku belum pernah naik kapal sama sekali. Seumur-umur hanya kendaraan darat dan udara saja yang pernah kunaiki.”    

“Kalau gitu Ana harus ke Singapore, naik kapal Ferry,” sela Aniek antusias.     

“Oh, aku belum punya paspor,” kata Ana. “Tunggu ada waktu untuk urus paspornya dulu.”

“Ke Tanjungpinang juga bisa naik ferry. Naik lewat pelabuhan Punggur. Tak perlu punya paspor,” celetuk Aris.     

“Oohhh, kalau Tanjungpinang… Aku sudah ada rencana Jumat depan mau ke sana bareng Hendra,” sambung Ana.    

“Dengan Hendra?” Aris terlihat kaget. “Ana janjian dengan Hendra? Dengan siapa lagi perginya?”     

Tiur dan lainnya menunggu jawaban Ana.   

Tapi… suara dering hp mengusik suasana yang sedang seru itu.    

“Halo…,” jawab Ling Xie. Kepalanya mencari sebuah mobil berwarna silver yang berhenti agak jauh dari rumah Tiur. 

“Guyss, aku udah dijemput nih. Uhhmmm, padahal lagi seru nih.” Ling Xie berpura-pura kesal dengan mengerucutkan bibirnya. Wajahnya jadi terlihat imut dan lucu.   

Dia beranjak sambil mengambil tasnya. “Senin kalian ceritain kelanjutannya ke aku ya. Byeee… aku balik dulu.”   

“Thank you so much, Ling Xie,” seru Tiur.    

“Take care.”     

“Bye.”   

Ling Xie pergi menjauh bersama mobil silver yang menjemputnya.

Usai berdadah-dadah pada Ling Cie, Ana melangkah menghampiri ceret untuk menuangkan air jahe lagi ke gelasnya yang sudah kosong.    

Baru saja Ana mengalirkan air jahe ke kerongkongannya, Yuni sudah kembali mendesak. “Ana, itu tadi pertanyaannya belum terjawab lho. Kapan Ana janjian sama Hendra? Dan sama siapa saja Ana berangkat?”   

“Aku mengajak Dita sih. Tapi katanya dia tak bisa tukar jadwal. Ya sudah pergi sama Hendra saja. Dia sudah atur jadwalnya untuk ambil extra off. Jumat sales kerja cuma setengah hari kan. Jadi aku dan Hendra usahakan bisa kejar ferry jam 4.” Ana meminum air jahenya lagi. Di tangan kirinya, ia masih menghabiskan jagung bakar rasa asinnya.    

Ana merasakan jika teman-temannya jadi diam. Karena itu ia bertanya, “Kok kalian pada diam sih? Udah kekenyangan ya?”   

Aris berdeham beberapa kali untuk membersihkan kerongkongan. “Aku akan usahakan agar bisa menemanimu pas ke Tanjungpinang. Aku atur anak buahku dulu.”     

Ana jadi girang. “Beneran bisa? Oh, kukira Mas Aris sibuk sekali.”  

Aris tersenyum, “Bisa diatur. Aku akan temani Ana.”     

Ana bertepuk tangan kecil. “Asyik!!”    

Tiur berdiri sambil melakukan peregangan di pinggangnya. “Guys, mulai bersih-bersih yuk. Udah malam ini. Biar kita cepet bisa istirahat.”    

“Ayooo!!!”

Dan mereka pun mulai bersih-bersih.

1
strawberry 27
di tunggu kelanjutannya kak , bikin penasaran
strawberry 27
di tunggu keseruan selanjutnya author
strawberry 27
Klo Aris tidak ada niat buruk ke Ana, dan niat nya tulus nganterin Ana liat² Batam, tidur di rumah Hendra pasti mau, ini Aris sudah pertama ke Tanjung Pinang ,Ana yg bayar i , SPT nya gue tau niat busuk Aris apalagi KLO bukan pingin melancarkan aksi nya di hotel sama Ana
strawberry 27: salah paham sy dgn author nya, maksud sy bukan pertama x Aris ke Tanjung Pinang tapi ,dari awal yg Aris minta duit 200 ribu buat bayar PP itu lho hehehe,,,
total 2 replies
strawberry 27
Wah Aris ada mau nya sama Ana tu, sudah ke Tanjung Pinang minta di bayar i , e Hendra baik banget nawari bermalam di rumah nya di tolak, hati² Ana , si Aris ada niat busuk ke Ana, Aris pasti pingin nginep di hotel berdua an sama Ana, dah gitu x aja Ana yg di suruh bayari hotel bukan itu aja, Aris punya niat buruk ke Ana , Ana hati². sama Aris buaya darat
strawberry 27: iya bikin penasaran aja si Aris mau ngapain ke Ana 🤭🤭
total 3 replies
strawberry 27
waduh si Aris kok pelit ,nggak bayari Ana yg 200 ribu buat ke TP😠
strawberry 27: Aris ternyata cuma pingin menaklukkan Ana doank, habis itu ya sudah
total 4 replies
Frans Lizzie
Terima kasih buat dukungannya.😍😍
strawberry 27
lanjut kak,,,nunggu in nich
strawberry 27
wah ,,Tiur perlu bingit blajar basa Jawa thor biar makin seru KLO ngobrol bareng 😄
strawberry 27
di tunggu kelanjutannya kak, seru nich. bikin penasaran
strawberry 27: sama² kak 🙏
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!