Tak pernah terbayangkan dalam hidup Selena Arunika (28), jika pernikahan yang ia bangun dengan penuh cinta selama tiga tahun ini, akhirnya runtuh karena sebuah pengkhianatan.
Erlan Ardana (31), pria yang ia harapkan bisa menjadi sandaran hatinya ternyata tega bermain api dibelakangnya. Rasa sakit dan amarah, akhirnya membuat Selena memutuskan untuk mengakhiri pernikahan mereka dan memilih hidup sendiri.
Tapi, bagaimana jika Tuhan mempermainkan hidup Selena? Tepat disaat Selena sudah tak berminat lagi untuk menjalin hubungan dengan siapapun, tiba-tiba pria dari masalalu Selena datang kembali dan menawarkan sejuta pengobat lara dan ketenangan untuk Selena.
Akankah Selena tetap pada pendiriannya yaitu menutup hati pada siapapun? atau justru Selena kembali goyah ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna_Ama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 20
Saat Selena dan Lily tengah asyik mengobrol, tiba-tiba dari arah meja barista Rina berlari pelan mendekati mereka.
"Bu Selena.. Bu Lily..." panggil nya pelan, "Maaf menganggu waktunya".
Selena dan Lily sontak langsung menoleh menatap kearah Rani.
"Ya Ran ada apa ?" Bukan Selena yang bertanya melainkan Lily. Selena hanya diam memperhatikan raut wajah baristanya itu yang terlihat sedikit tegang.
Rani menelan ludah, kemudian berkata pelan, “Stok pastry dari toko kue habis, Bu. Tapi ada banyak pelanggan yang masih pesan. Mereka nunggu dan beberapa sampai bertanya-tanya kapan tersedia lagi.”
Selena menatap rak pastry yang hampir kosong, lalu menghela napas panjang. “Habis semua ya?” tanyanya pelan, matanya masih menatap rak.
Rani mengangguk. “Iya, Bu. Saya sempat hitung, ada beberapa pesanan yang belum terpenuhi.”
Lily menepuk pelan lengan Selena. "Coba kamu hubungi dulu Dina, Sel. Konfirmasi dulu apa pastry ditoko kue masih ada".
Selena mengangguk, merogoh tasnya dan menekan beberapa tombol. Tak lama, Dina, admin kepercayaannya di toko kue, mengangkat telepon.
"Halo Dina.. " Sapa Selena lebih dulu
"Bu Selena? Ada apa ya Bu ?" sapa balik Dina dari seberang telepon
"Pastry yang ada di cafe habis, apa ditoko kue masih ada ?" tanya Selena seraya menatap Lily dan Rani bergantian
"Pastry ya Bu? Kebetulan stok disini juga habis Bu. Kemarin banyak sekali pesanan untuk pastry. Tapi, untuk pastry jenis lain masih ada". Jawab Dina
Mendengar itu, Selena menghela nafas sejenak. "Ya sudah, aku kesana sebentar lagi Din".
"Baik Bu".
Setelah itu, sambungan telepon pun berakhir. Selena kembali memasukkan ponsel nya kedalam tas kecilnya. Lily dan Rani harap-harap cemas menunggu konfirmasi dari Selena.
"Gimana Sel? Pastry ditoko kue masih ada kan stok nya ?" tanya Lily
Selena menoleh menatap kearah Lily. "Stok nya juga habis Ly, tapi kata Dina ada stok pastry jenis lain. Makanya, aku mau kesana dulu lihat". Jawabnya
"Mau aku temenin ?" ujar Lily menawarkan diri
"Gak usah Ly, kamu disini aja bantuin Rani sama barista yang lain koordinasi sama pelanggan biar gak terlalu nunggu lama". Kata Selena
"Ya sudah kalau begitu, hati-hati dijalan Sel".
Selena mengangguk dan lekas bergegas melangkahkan kakinya keluar dari cafe menuju toko kue miliknya yang masih di jalan blok sama dengan cafe nya. Selena hanya cukup jalan kaki selama 15 menit, menyusuri trotoar yang ramai pejalan kaki, setelah itu ia berbelok dan menyebrang jalan barulah ia sampai di bangunan toko kue bercat putih bertuliskan 'Sweet&Sugar Cake'.
Selena mendorong pintu kacanya pelan, dan lonceng kecil di atas pintu berdenting pelan. Aroma manis gula, butter, dan kue yang baru dipanggang langsung menyambutnya.
Di balik meja, Dina sedang merapikan beberapa kotak kue. Begitu melihat Selena masuk, ia segera tersenyum dan melambaikan tangan.
“Bu Selena, akhirnya datang juga!” sapanya hangat.
Selena membalas senyum itu tipis, lalu melangkah mendekat. “Dina, aku mau cek stok pastry yang dikirim ke café. Masih ada banyak kan?” tanyanya sambil menatap rak display yang sebagian besar sudah kosong.
Dina menggeleng, wajahnya sedikit cemas. “Beberapa jenis masih ada, Bu, tapi beberapa yang paling laris sudah hampir habis. Dan… ada beberapa pesanan besar yang baru masuk juga.”
Selena menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. “Oke… kita harus atur ulang. Tolong hitung lagi jumlah yang siap dikirim ke café sekarang, Din. Kita nggak boleh mengecewakan pelanggan.”
Dina mengangguk, cepat-cepat mengambil catatan dan memeriksa stok yang ada. Selena berjalan perlahan ke rak pastry, menatap tumpukan kue yang tersisa.
“Sepertinya aku harus turun tangan sendiri, Din,” ucap Selena sambil mengangkat satu kotak kue. “Biar semua sesuai standar.”
Dina tersenyum, kemudian mengangguk mengerti maksud dari ucapan atasannya itu. “Siap, Bu. Kita bisa atur pengiriman sekarang juga.”
Selena mengangguk pelan, ia lalu menatap sejenak toko kue yang ia bangun dari nol ini. Semua aroma, tumpukan pastry, dan tatanan letak display kue. Semua dia yang handle turun tangan sendiri.
Bahkan, semua pastry dan jenis-jenis kue lainnya yang ada didalam toko itu adalah Selena sendiri yang meracik resepnya.
Selena beralih menatap rak pastry yang hampir kosong, lalu matanya seketika berbinar, de tiba-tiba muncul di kepalanya.
“Din, gimana kalau kita coba bikin menu baru buat café dan toko kue? Biar pelanggan nggak cuma menunggu pastry lama, tapi juga ada sesuatu yang fresh,” ucapnya sambil tersenyum tipis.
Dina terkejut, dahinya sedikit mengernyit “Bisa, Bu. Tapi… Bu Selena, biasanya kan ibu nggak langsung turun tangan ke dapur. Kita punya chef yang biasa handle semua.”
Selena menggeleng. “Aku mau coba sendiri, Din. Udah lama banget aku nggak pegang adonan sendiri. Rasanya… kangen juga.”ujarnya seraya terkekeh pelan
Selena langsung menyambar apron yang ada digantungan lalu berjalan masuk menuju pantry, tempat chef pembuat roti, Pak Ardi yang saat itu sedang sibuk menyiapkan adonan. Kepala pria itu terangkat seketika, matanya melebar saat melihat Selena masuk.
“Bu Selena…?! Ibu kemana saja, sudah lama tidak kelihatan, Ibu butuh sesuatu didapur ya?”cerocos chef Ardi , pria paruh baya itu bertanya dengan nada terkejut campur senang.
Selena tersenyum malu-malu, sambil menepuk lengan Pak Ardi. “Iya, Pak… Aku mau coba buat menu baru. Bantu aku, ya?”
Pak Ardi mengangguk cepat, wajahnya masih terlihat tak percaya. “Tentu, Bu. Senang banget ibu mau ikut turun tangan lagi. Kita bisa mulai dari resep yang biasa ibu suka atau ibu punya ide baru?”
Selena mengangguk seraya menatap bahan-bahan yang tersusun rapi. Tangannya mulai mengaduk butter dan tepung, aroma dari campuran butter dan tepung itu tercium harum dan langsung memenuhi pantry. Dina tetap berdiri di dekat rak, sesekali mencatat stok dan menyiapkan bahan tambahan.
“Pak, kita bisa coba variasi rasa cokelat dan karamel ini, nggak?”tanya Selena menatap adonan yang baru saja dicampur.
“Bisa, Bu. Saya yakin ini bakal laku keras di café dan toko,” jawab Pak Ardi antusias.
Selena tersenyum tipis, perasaan hangat membanjiri dadanya. Meski hidupnya baru saja retak, tapi disini... Dipantry toko kuenya, Selena merasa kembali bersemangat untuk menjalani aktivitas seperti biasanya, ia merasa masih punya ruang untuk memulai semuanya dari awal lagi.
.
.
.
Jangan lupa dukungannya! Like, vote dan komen... Terimakasih 🎀🌹
seperti diriku jika masalah keungan tipis bahkan tak ada bayangan
Maka lampirku datang 🤣🤣🤣
dan sekarang datang