langsung baca aja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
melanjutkan perjalanan
Tanpa basa basi lagi puspa langsung mengeluarkan tusuk kondenya dan menusukannya ke mata prabu kolo sereng.
Seketika itu juga prabu kolo sereng langsung berteriak kesakitan, tangannya langsung berusaha meraih tusuk konde itu dan mencabutnya, namun sayang sekaoi tusuk konde itu mengeluarkan aura mistis yang bahkan jin tidak bisa melawannya, alhasil pada saat ini prabu kolo sereng hanya bisa berguling guling seperti cacing kepanasan.
"Tidaakkk!!!" Beberapa istrinya terlihat tidak terima melihat prabu kolo sereng seperti ini.
Namun prameswari wulan wangi mengibaskan tangannya, denhan cepat kabut putih muncul dan menghempaskan para jin wanita yang mendekati prabu kolo sereng.
"Sadarlah kalian, mbak puspa sudah memberikan ampunan kepada kalian untuk tidak membunuh suami kalian, tetapi suami babi kalian telah memilih untuk menyerang mbak puspa!" Teriak prameswari wulan wangi.
Puspa mendekati prabu kolo sereng yang masih menggeliat seperti cacing kepanasan itu, dan dengan cepat puspa mencabut tusuk konde miliknya.
"Ayo pergi!" Ucap puspa dengan tegas.
"Mari mbak..."
"Mari..."
Baik prabu luko dento maupun prameswari wulan wangi menganggukan kepalanya, akhirnya mereka berempat segera keluar dari pasewakan ini.
***
Ketika puspa dan yang lainnya pergi senopati milik prabu kolo sereng langsung muncul di sisi prabu kolo sereng.
"Oh rajaku, apakah anda baik baik saja?"
Prabu kolo sereng terlihat menutup matanya yang tertusuk dengan kedua tangannya, dia masih sangat kesakitan mendapatkan serangan yang sangat fatal seperti itu.
Dia menggertakan giginya dengan geram, "kejar mereka, bunuh mereka meskipun kamu harus mengorbankan nyawamu!"
"Baik rajaku, saya akan pergi mengejar mereka meskipun saya harus mengorbankan nya--"
Bang!
Terlihat pintu besar pasewakan itu meledak, terlihat ribuan prajurit jin memegang tombak muncul bersama dengan senopati perang.
"Keparat kamu prabub kolo sereng, kamu telah menculik putri kami! Di mana kamu sekarang?!" Para pasukan jin dari kerajaan lain telah tiba dan langsung mencari prabu kolo sereng.
***
Puspa dengan caping gunungnya berjalan bersama dengan ketiga jin itu menjauh dari keraton milik prabu kolo sereng.
Pada saat ini keraton itu sudah di penuhi dengan para pasukan jin yang menyerang, mustahil bagi prabu kolo sereng bisa selamat dari serangan sebesar itu.
Setelah menoleh memihat keraton yang di penuhi dengan ribuan pasukan itu puspa menatap prabu luko dento, "sepertinya saya sampai di sini, saja. Saya harus melanjutkan perjalanan saya menuju ke gunung semeru." Prabu luko dento dan prameswari terlihat sedikut terkejut dengan apa yang di ucapkan oleh puspa.
Sambil memegangi tangan puspa prameswari wulan wangi berucap, "apakah mbak puspa tidak mampir terlebih dahulu ke tempat kami? Kami berdua memiliki hutang budi yang sangat tinggi karena telah membantu menyelamatkan putri kami!"
Dengan sebuah senyuman puspa berucap dengan tenang, "maafkan saya, saya harus melanjutkan perjalanan saya..."
Melihat keseriusan di wajah puspa baik prabu luko dento, dan pramweswari wulan wangi hanya bisa memgangguka kepalanya menghargai keputusan puspa.
"Kalau begitu izinkan kami menganatrakan anda.." ucap prabu luko dento.
Puspa menganggukan kepalanya, kemudian prabu luko dento memimpin di depan, entah mengapa pada saat ini puspa merasakan ada angin menerpa dirinya, seolah dia sedang bergerak dalam keadaan yang sangat cepat. Padahal dia sendiri sedang berjalan normal.
Mereka berjalan beberapa menit hingga akhirnya prabu luko dento berhenti, "mbak puspa di sini adalah batas yang bisa saya antar untuk mengantarkan mbak puspa!" Ucap prabu luko dento.
Puspa kemudian bertanya, "lalu bagaimana saya bisa kembali ke alam manusia?" Tanya puspa.
"Gampang, anda hanya perlu berjalam lurus saja." Ucap prameswari wulan wangi.
"Baik, kalau begitu saya pamit untuk melanjutkan perjalanan saya..."
Tiba tiba prameswari memberikan kode kepada putrinya untuk maju ke depan, kemudian putri ajeng sarojo maju ke depan dia menundukan kepalanya sambil berucap, "terimakasih telah menyelamatkan saya, nona..."
Puspa tersenyum sambil membelai rambut putri itu, "hati hati dengan lelaki, jangan sampai kamu terjebak dengan lelaki brengsek.."
Setelah mengucapkan hal itu kepada putri ajeng sarojo, puspa berucap kepada semuanya, "kalau begitu aku undur diri terlebih dahulu..."
Ketiga jin itu terlihat menganggukan kepalanya, sambil membenarkan caping gunung di kepalanya puspa berbalik dan berjalan meninggalkan ketiga jin itu.
Setelah berjalan beberapa meter ke depan puspa berhenti, dia berbalik sambil bertanya kepada ketiga jin itu, "ngomong ngomong kalau aku berjalan terus aku akan tiba di ma-- lho? Di mana ini?" Baru saja puspa ingin bertanya kalau dia lurus terus dia akan tiba di mana, namun ternyata ketiga jin itu sudah menghilang dan puspa sudah kembali ke dunia nyata.
"Hmm, cepat juga ternyata aku kira akan berjalan lumayan jauh..." gumam puspa.
Puspa sendiri tidak tahu di mana dia berada namun yang pasti dia saat ini berada di sebuah jalan kecil di pinggiran sungai yang cukup besar.
"Hmm, meskipun aku tidak tahu ini di mana namun aku hanya perlu menunggu siang dan bertanya kepada orang yang lewat..." ucap puspa yang mulai melangkahkan kakinya pergi dari sini untuk mencari tempat istirahat.
"Eh?" Tiba tiba puspa memelankan langkah kakinya saat indra penciumannya mencium bau dupa san bau amis.
Puspa mencoba menyelidik di mana sumber bau itu, puspa bisa melihat seorang pria dekil yang sedang menjalani ritual di pinggir sungai.
Ada dupa, kemenyan, dan sebuah kepala kambing.
Puspa mengamati pria dekil yang sedang melakukan ritual itu dari kejauhan.
"Eyang... eyang kolo sereng, tolong saya Eyang.." ucap pria itu dengan nada pilu bahkan puspa mendengar sedikit suara serak tangis di suaranya.
"Kolo sereng?" Puspa menyipitkan matanya mencoba untuk menguping lebih lama.
"Eyang mengapa pelet yang anda berikan menghilang, istri saya sadar dan sekarang dia sudah pergi!" Ucapnya dengan nada pilu.
Puspa yang mengintip langsung mencibir, "peletnya menghilang? Jelas saja menghilang nasib kolo sereng saja entah bagaimana sekarang!"
Puspa kemudian membalikan badannya dan pergi dari sini, "pengikutnya kolo sereng bukanlah urusanku!"
***
Waktu berjalan dengan cukup cepat, pada dini hari itu puspa berhasil mencapai pinggiran jalan dan tidur di depan teras sebuah ruko kosong layaknya seorang pengemis.
Ketika matahari mulai bersinar dengan terang barulah puspa bertanya kepada orang yang lewat dan mendapati dirinya berada di pinggir jalan desa wringinanom, tongas, pasuruan.
Puspa dengan tenang berjalan di pagi hari itu untuk mencari sebuah toko sederhana di pinggir jalan untuk membeli beberapa air mineral dan bekal seperti ketela pohon.
Barulah puspa melanjutkan perjalanannya.
Singkat cerita 3 hari berlalu begitu saja, saat ini puspa berada di pinggiran hutan lindung bromo tengger semeru.
Sebenarnya jalan yang ada bisa mencapai lautan pasir bromo, namun tentu saja puspa tidak mengikuti jalan itu, dia memilih masuk hutan karena tujuannya adalah Gunung Semeru yang berada di sisi selatan..
Dengan cepat puspa menjelajahi hutan lindung yang di penuhi dengan pepohonan lebat ini.
***
Malam telah tiba pada saat ini puspa berdiam diri di bawah pohon besar sambil menutupi tubuhnya dengan sebuah selimut.
Ada sebuah api unggun kecik yang menyala di depannya. Pada saat ini angin begitu dingin membuat puspa tisak berani untuk keluar pada malam hari ini, lebih baik puspa istirahat pada malam hari ini.
Pagi hari kembali tiba puspa kembali melanjutkan perjalananya entah mengapa angin tadi malam menbuat tubuh puspa mengalami demam.
Pada saat ini puspa terlihat sedikit gelisah demam yang di alaminya membuat dirinya kesusahan dalam bergerak, semuanya terasa dingin rasa rasanya puspa ingin menyerah saja.
***
jangan lupa mampir ke cerita author yang terbaru, judulnya "Tuan Tiada Tanding"