Reinkarnasi: Istri Sempurna Sang CEO

Adrian memiliki kantor yang luas dan minimalis, didominasi warna hitam dan putih. Sama seperti pemiliknya yang kini duduk di balik meja kerja—dingin, arogan, dan otoriter!

Udara terasa sedikit menekan. Seorang gadis mungil dan anggun meringkuk di atas sofa kulit hitam, diam-diam memainkan ponsel di tangannya.

Namun berbeda dengan penampilan luarnya yang terlihat tenang dan patuh, layar ponselnya justru menampilkan adegan pertempuran game yang sengit—dan sekali lagi, kemenangan mutlak diraih.

Nayla meletakkan ponselnya, merasa sedikit bosan. Kakinya yang jenjang dan putih bergoyang-goyang pelan.

Hubungan sosial Nayla memang buruk, tetapi entah mengapa, dia memiliki bakat luar biasa dalam bermain game. Hampir semua jenis permainan bisa ia kuasai dengan cepat, dan cara bermainnya pun lincah serta tajam. Tidak heran di kehidupan sebelumnya, ia sempat menjadi streamer game terkenal dengan kemampuan tingkat tinggi.

Saat pikirannya melayang, tiba-tiba perutnya berbunyi, "Grrrkk~".

Suara itu memecah keheningan dan sekaligus mengganggu konsentrasi pria yang sedang serius bekerja.

Adrian menoleh sekilas ke arahnya. Nayla langsung menghentikan goyangan kakinya dan duduk tegak penuh sopan.

“Grrkk~” suara perutnya kembali terdengar. Nayla buru-buru menutupi perutnya dengan tangan, wajahnya memerah malu.

“Jam berapa sekarang?” tanya Adrian.

“Jam 11 siang,” jawab Nayla cepat, takut suara perutnya kembali mengganggu suasana.

“Kita makan siang.” ucap Adrian sambil mematikan komputer dan berdiri.

Nayla segera berdiri dan mengikuti di belakangnya. Dalam hati, ia berpikir untuk membeli banyak camilan nanti. Tempat ini benar-benar membosankan dan penuh aturan, jauh lebih nyaman di rumah!

Nayla memiliki selera makan yang kuat dan menyukai makanan pedas, sedangkan Adrian lebih menyukai makanan manis dan rasa yang ringan. Hal ini baru Nayla ketahui setelah cukup lama hidup bersama Adrian di kehidupan sebelumnya.

Adrian membawanya ke sebuah restoran Perancis mewah yang tidak jauh dari kantor. Diam-diam Nayla memutar bola matanya dan berpikir, lebih enak makan di rumah—lebih santai, lebih nikmat, dan bisa main game!

“Pak Adrian, selamat datang. Tetap ingin duduk di tempat yang biasa?” sambut manajer restoran dengan senyum ramah.

Adrian mengangguk singkat. Seorang pramusaji kemudian mengantar mereka ke ruang VIP di lantai dua.

Saat melewati salah satu tikungan, kebetulan seorang pelayan sedang masuk ke dalam membawa makanan, menutupi jalan mereka. Dari celah pintu yang sedikit terbuka, Nayla melihat dua sosok yang amat dikenalnya.

Seketika, kewaspadaan Nayla meningkat. Itu… Kayla dan Rayyan? Mereka sedang berbicara apa di sana?

Nayla sama sekali tidak percaya bahwa mereka hanya sekadar makan siang bersama. Kayla adalah tipe orang yang hanya mendekati Rayyan jika ada sesuatu yang ingin dimanfaatkan. Jika tidak ada keperluan, mana mungkin mereka makan bareng seperti ini?

Di kehidupan sebelumnya, seingat Nayla, pada waktu seperti ini seharusnya tidak terjadi apa-apa. Apakah karena perubahan sikapku di kehidupan sekarang, jalan cerita yang lain juga ikut berubah?

Pikiran itu membuat tubuh Nayla merinding, keringat dingin mengalir di punggungnya. Hatinya dicekam rasa takut. Karena dirinya telah bereinkarnasi dan mengetahui apa yang akan terjadi, ia jadi terlalu santai dan menurunkan kewaspadaan.

Kalau saja aku tidak secara kebetulan menemukan hal ini, mungkin aku sudah terjebak lagi dalam rencana licik Kayla!

“Apa yang kamu lamunkan? Pesan makanannya!” suara Adrian yang tak sabar membuyarkan lamunan Nayla.

Melihat ekspresi Adrian yang dingin dan tidak bisa dibantah, Nayla langsung tersadar. Alarm kewaspadaan kembali berdentang di dalam dirinya. Ia mengambil buku menu dan, tanpa melihat dengan jelas, langsung memesan dua hidangan secara acak.

Adrian mengernyitkan dahi saat mendengar pilihan menu Nayla. Ia menatap Nayla dengan pandangan heran.

Namun Nayla yang pikirannya sedang kacau tak menyadari itu sama sekali. Ia berkata, “Aku ke kamar kecil sebentar, boleh?”

“Antarkan dia,” ucap Adrian pada pelayan setelah memesan beberapa menu tambahan.

Benar… selain Kayla dan Rayyan, masih ada satu orang lagi yang di kehidupan sebelumnya telah menyakitiku sangat dalam—Adrian!

Beberapa hari terakhir ini, karena Adrian tidak memperlihatkan sifat dingin, kejam, dan penuh kontrol seperti dirinya di kehidupan sebelumnya, Nayla mulai terlena. Sedikit sikap lembut dari Adrian saja sudah cukup untuk membuat Nayla lupa bahwa pria ini adalah salah satu iblis yang menghancurkannya dulu.

Tidak! Nayla tidak akan mengulang kesalahan yang sama lagi!

Bagaimana bisa aku lupa bahwa aku dulu hanyalah seekor burung kenari emas yang dikurung oleh Adrian?