NovelToon NovelToon
Who Am I?

Who Am I?

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sistem
Popularitas:710
Nilai: 5
Nama Author: @Sanaill

Seorang mahasiswa cupu yang hidupnya terkurung oleh penyakit langka, menghembuskan napas terakhirnya di ranjang rumah sakit. Tanpa dia duga, kematian hanyalah awal dari petualangan yang tak terbayangkan. Dia terbangun kembali di sebuah dunia fantasi yang penuh sihir dan makhluk-makhluk aneh, namun dalam wujud seorang anak laki-laki berusia lima tahun bernama Ahlana. Ironisnya, dia terlahir sebagai budak.

Di tengah keputusasaan itu, sebuah Sistem misterius muncul dalam benaknya. Sistem ini bukan hanya memberinya kesempatan untuk bertahan hidup, melainkan juga kekuatan luar biasa: kemampuan untuk meng-copy ras makhluk lain beserta semua kekuatan dan kemampuan unik mereka. Namun, ada satu syarat yang mengubah segalanya: setiap kali Ahlana mengaktifkan kemampuan copy ras, kepribadiannya akan berubah drastis, menyesuaikan dengan sifat alami ras yang dia tiru.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Sanaill, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15: Latihan Keras dan Bayangan Masa Lalu yang Menghantui

Pagi di Kluster Malam terasa berbeda setelah malam pengungkapan di Kristal Jiwa. Bisikan "wadah" dan "anomali" masih bergaung di benakku, bercampur dengan kilasan laboratorium dan wajah-wajah ilmuwan. Aku bukan lagi sekadar mahasiswa reinkarnasi atau bocah petualang. Ada beban baru di pundakku, sebuah misteri yang harus kupecahkan: asal-usul Sistem ini dan tujuan mengapa aku dikirim ke dunia ini.

Elias, dengan kebijaksanaannya, menyadari kegelisahanku. Pagi itu, saat anak-anak sibuk bermain di area aman Kluster, Elias mengajakku ke sebuah sudut tersembunyi, di balik tirai air terjun alami yang mengalir lembut.

"Ahlana," Elias memulai, suaranya tenang. "Kau perlu mengendalikan kemampuanmu. Jika 'mereka' yang menciptakan Sistem ini mencarimu, kau harus siap. Dan jika kau tidak bisa mengontrol dirimu saat berubah, itu bisa menjadi masalah besar, tidak hanya bagimu, tapi juga bagi mereka yang kau lindungi."

Aku mengangguk. Dia benar. Aku tidak bisa terus-menerus berakhir telanjang di depan semua orang atau membiarkan insting ras menguasai sepenuhnya. "Apa yang harus kulakukan?"

"Latihan," jawab Elias singkat. "Kristal Jiwa memang memberimu wawasan, tapi kontrol datang dari latihan dan pemahaman diri." Elias kemudian menjelaskan metode latihannya. "Kita akan memulai dengan ras yang sudah pernah kau copy, lalu perlahan mencoba ras baru. Aku akan membantumu menstabilkan pikiran, dan mungkin, Tetua Theron juga bisa memberikan bimbingan spiritual."

Latihan pertama kami dimulai. Elias ingin aku meng-copy ras yang terakhir kuambil: Monyet Hutan Penjarah.

[Ras Terdeteksi: 'Monyet Hutan Penjarah' - Level 7. Apakah Anda ingin meng-copy ras ini? (Ya/Tidak)]

"Ya!" jawabku, sambil berusaha fokus.

Sensasi transformasi kembali melanda, tapi kali ini aku mencoba lebih menyadarinya. Aku merasakan bulu tumbuh, tubuhku mengecil dan menjadi lentur, ekor tumbuh di belakangku. Pakaian yang kupakai robek. Sial, telanjang lagi. Tapi kini ada kesadaran. Aku tahu aku akan menjadi monyet, tapi aku mencoba menahan sebagian dari Ahlana.

"Baik," kata Elias. "Sekarang, berayunlah. Tapi coba fokus pada gerakanmu, bukan hanya insting. Rasakan bagaimana ototmu bekerja, bagaimana tubuhmu beradaptasi."

Aku mulai berayun dari akar ke akar, dari dahan ke dahan di dalam area latihan yang Elias pilih. Ini adalah bagian hutan di dalam gua, tapi cukup luas dengan banyak akar dan tiang batu. Insting Monyet Hutan mendorongku untuk bermain-main, mencuri barang-barang Elias, atau sekadar membuat kekacauan. Namun, aku berusaha menahan diri. Aku fokus pada setiap ayunan, setiap cengkeraman. Aku mengamati bagaimana monyet-monyet lain (yang kubayangkan) bergerak, dan meniru mereka dengan sengaja, bukan hanya dorongan.

"Bagus," Elias mengamati. "Sekarang, coba pertahankan kesadaranmu. Kau adalah Ahlana, yang sedang menjadi Monyet Hutan. Jangan biarkan insting mengambil alih sepenuhnya."

Itu sulit. Dorongan untuk melompat seenaknya dan mencuri sangat kuat. Aku bahkan hampir melompat dan mengambil kalung Elias, tapi aku berhasil mengerem.

"Aku bisa merasakannya, Elias," kataku, suaraku sedikit cempreng karena wujud monyet. "Dorongannya sangat kuat."

"Itu normal. Setiap ras memiliki nalurinya. Tapi kau memiliki akal budi. Itu yang membedakanmu," Elias menjelaskan. "Latih dirimu untuk bisa bertindak melawan insting, atau setidaknya memodifikasinya."

Kami terus berlatih hingga efek Monyet Hutan berakhir. Aku kembali menjadi Ahlana yang telanjang. Elias tersenyum geli, lalu melemparkan jubahnya padaku lagi.

"Progres yang bagus," katanya. "Setidaknya kau tidak mencuri barangku."

Aku mendengus. "Hampir saja, percayalah."

Latihan terus berlanjut selama beberapa hari di Kluster Malam. Aku mencoba meng-copy Goblin Pekerja lagi. Kali ini, aku mencoba menahan dorongan untuk memprovokasi berlebihan. Ketika aku berubah menjadi Peri Hutan, aku berusaha mengendalikan rasa melankolis dan kesombongan, fokus pada kemampuan menyembuhkan atau mengendalikan tanaman. Aku bahkan berhasil membuat beberapa tanaman kecil tumbuh di telapak tanganku, sebuah prestasi yang membuat Elias terkesima.

"Kau belajar dengan cepat," puji Elias. "Ini adalah bakat alamiah. Jarang ada yang bisa beradaptasi secepat ini."

Namun, di setiap transformasi, terutama saat efeknya memudar, kilasan laboratorium dan bisikan "wadah" itu seringkali muncul. Rasanya seperti bayangan masa lalu yang menghantuiku. Siapa mereka? Apa yang mereka inginkan? Aku mencoba bertanya pada Elias, tapi dia hanya bisa memberiku saran spiritual.

Suatu sore, Tetua Theron meminta untuk berbicara denganku secara pribadi. Dia membawa tangannya ke dahiku, dan aku merasakan energi lembut mengalir.

"Kristal Jiwa telah menunjukkan lebih banyak," kata Tetua Theron, suaranya dipenuhi kesedihan. "Ada bayangan yang mengejarmu, Ahlana. Mereka adalah para 'Arsitek' dari duniamu yang lama. Mereka mencari 'wadah' yang lolos."

"Arsitek?" tanyaku. "Apa itu?"

"Mereka adalah mereka yang bermain-main dengan kehidupan dan realitas itu sendiri," jelas Tetua Theron. "Mereka telah lama mengamati dunia kami, mencoba menembus batas antara dimensi. Mereka menciptakan 'Sistem' itu di dalam dirimu, sebagai alat untuk tujuan mereka."

"Tujuan apa?"

"Mereka ingin menguasai energi kehidupan, mengendalikan alam semesta," jawabnya. "Dan kau, Ahlana, adalah eksperimen paling sukses mereka dalam mengintegrasikan esensi makhluk dari dua dunia. Kau adalah jembatan, sebuah prototipe. Jika mereka berhasil menangkapmu, mereka bisa memperbanyak dirimu, menciptakan pasukan dari makhluk-makhluk yang dapat berubah wujud, atau bahkan membuka gerbang antar dimensi."

Perasaanku hancur. Aku bukan pahlawan yang bereinkarnasi untuk takdir besar. Aku adalah alat. Eksperimen. Tikus laboratorium.

"Apa yang harus kulakukan?" suaraku bergetar.

"Kau harus menjadi lebih kuat," kata Tetua Theron. "Kendalikan kemampuanmu, pahami dirimu. Dan gunakan keunikanmu untuk melawan mereka. Jika mereka menemukanmu di sini, Kluster Malam akan hancur. Bukan hanya dirimu yang dalam bahaya, tapi juga anak-anak yang kau lindungi, dan seluruh suku kami."

Beban di pundakku terasa semakin berat. Aku harus melindungi Kluster Malam, Elias, dan terutama anak-anak. Aku harus menjadi lebih dari sekadar "wadah." Aku harus menjadi Ahlana yang sejati.

Malam harinya, aku tidak bisa tidur. Aku duduk di dekat Kristal Jiwa, menatap cahayanya. Bayangan para "Arsitek" menari di benakku. Rasa marah bercampur tekad tumbuh di hatiku. Aku tidak akan membiarkan mereka menjadikanku alat. Aku akan membalikkan permainan ini. Aku akan menggunakan Sistem mereka untuk melawan mereka.

Aku mulai memikirkan ras lain yang bisa ku-copy. Aku butuh sesuatu yang kuat, sesuatu yang bisa bertahan dalam pertarungan.

[Sistem Reinkarnasi: Pindai Lingkungan. Mengidentifikasi Ras Potensial untuk Pertahanan Diri Tinggi...]

[Ras Terdeteksi: 'Troll Gunung Muda' - Level 18 (Status: Tidur Nyenyak. Atribut Khas: Kekuatan Fisik Ekstrem, Regenerasi Cepat, Daya Tahan Sangat Tinggi, Insting Perlindungan. Kelemahan: Kelincahan Rendah, Lambat Berpikir, Rentan Terhadap Api). Jarak: 200 Meter, Arah Luar Kluster.]

Troll Gunung? Level 18! Regenerasi cepat dan kekuatan ekstrem! Ini bisa menjadi kartu as yang sempurna. Kelemahan terhadap api? Itu bisa diatasi. Aku harus menguasai ras ini. Aku butuh kekuatan untuk melindungi diriku dan teman-temanku.

Aku menoleh ke Elias yang sudah tertidur. Aku tidak akan membangunkannya. Ini adalah keputusan pribadiku. Besok, aku akan keluar dari Kluster Malam, mencari Troll Gunung itu, dan meng-copy-nya. Aku akan berlatih, menjadi lebih kuat. Bukan untuk para Arsitek itu, tapi untuk diriku sendiri, dan untuk semua orang yang kini menjadi bagian dari hidupku.

To be continue.......

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!