Terlahir dengan sendok emas, layaknya putri raja, kehidupan mewah nan megah serta di hormati menjadikanku tumbuh dalam ketamakan. Nyatanya, roda kehidupan benar-benar berputar dan menggulingkan keluargaku yang semula konglomerat menjadi melarat.
Kedua orang tuaku meninggal, aku terbiasa hidup dalam kemewahan mulai terlilit hutang rentenir. Dalam keputusasaan, aku mencoba mengakhiri hidup. Toh hidup sudah tak bisa memberiku kemewahan lagi.
[Anda telah terpilih oleh Sistem Transmigrasi: Ini bukan hanya misi, dalam setiap langkah, Anda akan menemukan kesempatan untuk menebus dosamu serta meraih imbalan]
Aku bertransmigrasi ke dalam Novel terjemahan "Rahasia yang Terlupakan." Milik Mola-mola, tokoh ini akan mati di penggal suaminya sendiri. Aku tidak akan membiarkan alur cerita murahan ini berlanjut, aku harus mengubah alur ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nolaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Grand Duke, ayo menikah!
Dibalik terik matahari Kota Aspen yang menyengat, terasa seolah ini benar-benar berada di Merkurius. Dua pelayan tampak kewalahan mengipasiku di halaman belakang, sementara aku berusaha menikmati suasana sore yang membakar kulit. Tak jauh dariku, ada Igrid yang sedang bergulat dengan mesin ketik untuk membuat laporan keuangan pajak.
"Igrid, kudengar kau suka membaca buku cerita?" Tanyaku, memecah kesibukannya.
Igrid langsung menoleh, terkejut hingga penanya terlepas. "Bagaimana kau bisa tau, Winola?"
Aku beranjak, lalu duduk di sampingnya. "Entahlah, aku hanya mendengar suara angin. Tapi, Igrid, aku ingin menanyakan sesuatu."
Igrid tampak serius menanti. "Apa itu?"
Aku menggigit bibirku, menyusun kata-kata. "Begini, menurutmu, bisakah karakter dalam sebuah cerita, mengubah isi ceritanya?"
Igrid terkekeh, "Apa maksudmu, Winola. Jika kau penulisnya, baru kau bisa mengubah ceritanya."
"Jadi maksudmu, tidak ada harapan?" Tanyaku, sedikit kecewa.
Igrid mengetuk-ngetuk dagunya, berpikir. "Aku pernah membaca sebuah novel romansa, dimana karakternya bisa mengubah alur cerita sedih menjadi akhir yang bahagia." Matanya menerawang. "Ya, kemungkinan bisa, tapi tidak banyak mengubah detail cerita asli."
"Contohnya?" Mataku berbinar.
"Misalnya, tokoh utama seharusnya meningal karena suatu kejadian, tapi karena dia mendapatkan kekuatan untuk melihat masa depan, ia akhirnya bisa menghindari kesalahan yang berujung pada kematiannya. Itu hanya bisa di dapatkan jika kau tetap mengikuti alur ceritanya tanpa membuat banyak perubahan, hanya dengan menghindari hal-hal yang buruk dan mencapai akhir yang baik."
"Menghindari hal-hal buruk dan mencapai akhir yang baik," Ulangku, meresapi setiap kata-kata Igrid. Aku mengingat sesuatu dan membuat senyuman lebar, menggenggam kedua tangan Igrid dengan bersemangat. "Igrid, kau adalah penyelamat hidupku! Kau menyelamatkan keturunanku!"
"Uhuk!" Igrid terbatuk, tersedak karena keterkejutanku.
"Terima kasih Igrid, aku pergi dulu!" Tanpa menunggu jawaban, aku berlari.
Aku harus menemukan Caspian, sekarang juga! Aku mencarinya ke seluruh penjuru rumah, kamar, dapur, ruang kerja, halaman samping, lantai dua dan tiga, bahkan kandang kuda, dimana dia!
"Ah, dia pasti ada di depan!" Pikirku. Aku berlari tergesa-gesa, melampaui ambang pintu utama, dan saat berbelok ke kanan, aku menemukannya.
"Grand Duke ayo menikah!" Seruku, lantang tanpa ragu.
Ada banyak orang disana. Julian, Baron Jael, Madam Maia, dan juga seseorang yang asing.
"Ups," Gumamku, menyadari kesalahanku.
Caspian memandangiku dengan aneh, alisnya bertaut bingung. Bahkan orang-orang disana juga diam membatu membuatku ingin lari dan di tendang kuda, malu! Malu!
"Izinkan saya undur diri, saya perlu bicara dengan Winola sebentar." Ucap Caspian.
"Apa lenganmu sakit lagi? Atau kali ini kepalamu yang sakit?" Tanyanya, ada nada sedikit lelah di suaranya.
"Tidak. Saya sehat seperti terlahir kembali." Aku menatapnya dengan berbinar. "Grand Duke, ayo menikah!"
Dia menyentuh pipiku, dahiku, lalu memeriksa mataku. "Baru kemarin kau mengatakan jangan menyukaiku, sekarang kau malah minta menikah denganku? Kau harus di periksa tabib."
"Aku tidak sakit. Grand Duke, bukankah kau menyukaiku?"
"Jangan melantur," Ia mengelak, membuang muka.
"Winola, sekarang kau bahkan memiliki sopan santun dengan memanggilku begitu? Apa rencana mu sebenarnya?!" Ia mendekatiku, menatapku dengan sangat tajam dan memojokkanku ke dinding, mengenggam lengan kananku dengan kuat. Detak jantungku cepat sampai membuat kaki ku ikutan gemetar.
"Ada banyak pertanyaan muncul setiap aku melihatmu, sifatmu, keberanianmu, perkataanmu, tindakanmu. Seolah-olah kau mengetahui segalanya, seolah kau sudah tau apa yang akan terjadi selanjutnya. Siapa kau sebenarnya? Kenapa kau datang kepadaku, untuk apa?" Matanya itu, seolah ingin menembus dan melelehkanku.
"Kau benar, Grand Duke." Tanganku kebas. "Aku bahkan mengetahui kapan, dimana, dan bagaimana caraku untuk mati. Pernahkah kau membayangkan seberapa paniknya diriku?"
"Apa maksudmu?" Tanyanya, bingung.
"Ya! Aku adalah seorang penyihir! Itu, kan yang ingin kau dengar dan kau pertanyakan selama ini?" Lidahku terasa keluh dan pait. "Kau masih mempertahankan ku disini, karena kau berpikir jika aku bisa membantumu menemukan penyihir itu, sayangnya tidak, aku bukan penyihir dan hanya di jampi. Jadi tolong, mari kita hidup masing-masing."
Aku menghentakkan tangannya dan berbalik untuk pergi.
"Aku masih tidak paham." Ucapannya menghentikan langkahku lagi. "Sir Edmund mengatakan jika suatu hari nanti, kalung perak itu akan mengubah sesuatu, dan aku harus siap dengan segala konsekuensinya. "
Sir Edmund. "Ayahmu?" Tidak banyak yang di ceritakan dalam novel mengenai ayah Caspian. "Jangan memikirkan hal-hal yang tidak berguna."
"Kau ingin kembali ke duniamu, kan? Bagaimana jika kita bekerja sama."
"Kau... memberiku pilihan?"
"Mungkin saja, jika kita menemukan penyihir itu, kau bisa mendapatkan kesempatan untuk kembali."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di sisi lain kota, Pendar remang lampu minyak mengisi kegelapan ruangan Julian. Akhir-akhir ini ia kesulitan tidur dan hanya memeriksa tumpukan catatan sipil. Kantung matanya menebal dan ia masih tak berniat untuk tidur.
"Count, saya sudah mengirimkan beberapa utusan ke Kadipaten Orlov, namun mereka masih belum mengirim kabar." Lapor seorang ajudan.
"Setidaknya dalam dua hari jika mereka masih diam, saya sendiri yang akan datang mencari tahu." Tegas Julian.
"Marquis, Kau sudah memeriksa guanya?" Tanya Julian.
"Ya count. Tidak ada yang mencurigakan disana, bahkan saya tidak merasakan ada kehadiran makhluk tertentu." Marquis, departermen pertahanan elit Solara Terras. "Kami memeriksa setiap sudutnya, mulai dari air sungai yang mengalir sampai pegunungan Ormond, tidak ada yang aneh."
Julian terlihat gusar, ia berkali-kali mengetukkan jari di meja. "Hah, sepertinya kita harus lembur."
"Yeah, jatah liburmu pun kau tidak punya, Count." Suara Caspian tiba-tiba terdengar, ia masuk ke dalam dan menengahi pembicaraan mereka. "Marquis, apa kau sudah mengirimkan pengawal tambahan?"
"Ya, Grand Duke, mereka sudah memencar di penjuru kota Aspen sejak pagi." Lapor Marquis.
"Baguslah, karena aku akan segera kembali ke istana Solara Terras."
Julian tersentak. "Mohon maaf Grand Duke, tetapi kenapa secepat itu?"
"Karena aku akan segera menikah dengan Winola."
semangat 😊
mampir juga ya ke ceritaku..
kasih saran juga..makasih