NovelToon NovelToon
Pendekar Kegelapan

Pendekar Kegelapan

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi Timur / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:7.8k
Nilai: 5
Nama Author: DANTE-KUN

Menceritakan kisah seorang anak laki-laki yang menjadi korban kekejaman dunia beladiri yang kejam. Desa kecil miliknya di serang oleh sekelompok orang dari sekte aliran sesat dan membuatnya kehilangan segalanya.


Di saat dia mencoba menyelamatkan dirinya, dia bertemu dengan seorang kultivator misterius dan menjadi murid kultivator tersebut.

Dari sinilah semuanya berubah, dan dia bersumpah akan menjadi orang yang kuat dan menapaki jalan kultivasi yang terjal dan penuh bahaya untuk membalaskan dendam kedua orangtuanya.


Ikuti terus kisah selengkapnya di PENDEKAR KEGELAPAN!


Tingkatan kultivasi :


Foundation Dao 1-7 Tahapan bintang

Elemental Dao 1-7 Tahapan bintang

Celestial Dao 1-7 Tahapan bintang

Purification Dao 1-7 Tahapan bintang

Venerable Dao 1-7 Tahapan bintang

Ancestor Dao 1-7 tahapan bintang

Sovereign Dao 1-7 tahapan bintang

Eternal Dao Awal - Menengah - Akhir

Origin Dao Awal - menengah - akhir

Heavenly Dao

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch. 6

Setelah berjalan beberapa jam, Acheng akhirnya tiba di desa Guang, desa kelahirannya sekaligus desa yang menyimpan cerita kelam baginya.

Mang Acheng berdiri di depan gerbang kayu Desa Guang. Dulunya, tempat ini adalah rumahnya, tanah di mana ia tumbuh besar dan menemukan kebahagiaan sederhana bersama keluarganya. Tapi sekarang, gerbang yang kokoh itu berdiri seperti simbol perbudakan, dijaga oleh dua murid Sekte Tombak Merah yang mengenakan jubah merah kusam dengan lambang tombak bersilang di dada mereka.

"Hei, kamu! Jika ingin masuk, bayar dulu satu koin emas!" salah satu penjaga itu berteriak dengan nada sombong. Wajahnya penuh dengan ekspresi meremehkan.

"Kalau nggak punya uang, mending pergi sebelum kami bikin masalah untukmu," tambah penjaga lainnya sambil tertawa mengejek.

Acheng memandang kedua penjaga itu tanpa ekspresi. Matanya yang tajam seperti menyimpan lautan amarah yang siap meledak kapan saja. “Kalian ingin aku membayar untuk masuk ke tempat kelahiranku sendiri?” suaranya dingin, seperti bilah pedang yang menusuk langsung ke tulang.

Penjaga itu menatapnya dengan pandangan bingung sebelum kembali menyeringai. “Ini wilayah Sekte Tombak Merah sekarang, bodoh! Segala sesuatu di sini milik kami. Jadi, bayar atau pergi!”

Acheng mengangkat tangan kanannya perlahan. Api hitam yang berkilauan muncul dari telapak tangannya, memancarkan aura menakutkan yang membuat udara di sekitar mereka mendadak terasa berat. “Kalian salah. Desa ini adalah milik keluargaku dan semua orang desa, dan kalian… adalah tamu yang tidak diundang.”

Fwosshh!

Api hitam itu melesat seperti ular ganas, melilit tubuh kedua penjaga yang tak sempat bereaksi. Dalam sekejap, jeritan mereka menggema di udara. Tubuh mereka terbakar habis dalam kobaran gelap yang tidak meninggalkan abu, hanya hawa dingin yang menyeruak setelahnya.

Kegaduhan itu menarik perhatian puluhan murid Sekte Tombak Merah di dalam desa. Salah satu dari mereka, seorang pria bertubuh besar dengan jubah yang lebih mewah dari yang lain, melangkah maju dengan wajah penuh amarah. “Siapa kau berani membuat keributan di wilayah kami?!” serunya lantang.

Mang Acheng hanya menatapnya dengan dingin. “Aku adalah malaikat maut yang datang untuk menjemput kalian.”

Wushhh!

Angin berhembus kencang saat aura Acheng menyembur keluar. Dalam sekejap, para murid Sekte Tombak Merah yang jumlahnya mencapai lima puluh orang mengepungnya. Mereka semua berada di ranah Dao Elemental, dengan kekuatan bintang 2 hingga bintang 7, namun tidak ada satu pun yang tampak gentar.

“Lawan bersama! Bunuh dia!” teriak salah satu dari mereka.

Lima puluh bilah tombak melesat ke arah Acheng, menciptakan suara siulan tajam di udara. Namun Acheng tetap diam di tempatnya, bahkan tidak menggerakkan tubuhnya sedikit pun. Ketika tombak-tombak itu hampir menyentuhnya, api hitam muncul dari tubuhnya seperti badai, menghancurkan semua senjata itu menjadi debu.

“Kalian tidak akan bisa menyentuhku,” gumamnya pelan.

DUARR!

Dengan satu lambaian tangannya, gelombang api hitam yang besar melahap sepuluh orang sekaligus. Jeritan mereka menggema, disusul keheningan yang menakutkan saat tubuh-tubuh mereka menghilang tanpa jejak.

Para murid yang tersisa mulai gemetar. Salah satu dari mereka mencoba melarikan diri, tapi Acheng hanya mengulurkan jarinya. Sebuah tombak api hitam melesat dan menembus tubuhnya, menjatuhkannya ke tanah dalam sekejap.

“Tidak ada yang akan meninggalkan tempat ini hidup-hidup,” katanya dengan nada datar.

Satu per satu, para murid itu jatuh. Beberapa mencoba menyerang bersamaan, tapi Acheng hanya perlu sekali melambaikan Belati Dewa Bintang di tangannya. Cahaya biru gelap melesat, membelah tubuh mereka seperti kertas.

Dalam waktu kurang dari lima menit, lima puluh murid Sekte Tombak Merah telah tiada. Mayat mereka bergelimpangan, namun wajah Acheng tetap tanpa emosi.

Ia menatap gerbang desa yang sudah terbuka. “Ketua Sekte Tombak Merah… tunggu saja. Hari kematianmu akan tiba.” Dengan langkah mantap, ia memasuki desa yang kini kembali menjadi miliknya, walaupun kenangannya tidak akan bisa di kembalikan.

Setelah membantai lima puluh murid Sekte Tombak Merah, Mang Acheng melangkah dengan tenang menuju bangunan terbesar di desa itu. Bangunan utama Sekte Tombak Merah cabang ini berdiri megah, tapi di mata Acheng, ia tak lebih dari sarang tikus yang dipenuhi kebusukan.

Brak!

Pintu kayu besar itu ia buka dengan satu tendangan. Suara pintu yang menghantam dinding menciptakan gema di seluruh ruangan. Di dalamnya, Acheng mendapati pemandangan yang membuat darahnya semakin mendidih. Dua pria paruh baya yang mengenakan jubah merah—jelas tetua Sekte Tombak Merah—sedang bersantai di atas dipan besar, dikelilingi oleh gadis-gadis muda.

Gadis-gadis itu menjerit kecil dan segera menutup tubuh mereka dengan selimut saat melihat Acheng berdiri di ambang pintu, matanya menyala dengan amarah yang tak terbendung. Sementara itu, kedua tetua itu melompat berdiri, wajah mereka berubah menjadi pucat pasi.

“Siapa kau berani masuk ke sini tanpa izin?!” salah satu dari mereka berteriak, buru-buru mengenakan jubahnya dengan tangan gemetar.

Acheng melangkah masuk perlahan, suara langkah kakinya terdengar jelas di ruangan yang kini dipenuhi keheningan mencekam. Belati Dewa Bintang di tangannya memancarkan cahaya biru gelap yang berdenyut, seolah ikut merespons emosi tuannya.

“Ketua kalian. Di mana dia?” tanya Acheng, suaranya dingin seperti angin yang menusuk tulang.

Kedua tetua itu saling melirik, lalu tertawa kecil, berusaha menutupi ketakutan mereka. “Anak muda, apakah kau sadar dengan siapa kau berbicara? Kami adalah tetua Sekte Tombak Merah. Hanya dengan satu perintah kami, kau akan—”

BOOM!

Aura yang begitu besar tiba-tiba meledak keluar dari tubuh Acheng, memenuhi ruangan dengan tekanan yang menyesakkan. Kedua tetua itu terlempar mundur, tubuh mereka bergetar hebat, dan wajah mereka berubah pucat seperti mayat.

“Dao Ancestor… bintang 1?!” salah satu tetua berbisik dengan suara bergetar.

Keduanya terdiam sejenak, seolah tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Bagaimana mungkin seorang kultivator di ranah setinggi itu muncul di cabang kecil seperti ini? Dan lebih dari itu, apa yang membuatnya begitu murka?

Acheng berjalan mendekat, menatap kedua pria itu dengan tajam. “Aku bertanya sekali lagi. Di mana ketua kalian?”

Keringat dingin mengalir di wajah kedua tetua. Mereka berlutut, menggigil di bawah tekanan aura Acheng. “Senior… tolong ampuni kami. Kami akan memberi tahu segalanya!” salah satu dari mereka memohon, suaranya hampir tidak terdengar.

“K-ketua kami… dia sedang berada di Kota Batu, senior. Kota itu… sudah menjadi wilayah kekuasaan Sekte Tombak Merah…” tambah tetua lainnya dengan suara bergetar.

Acheng memperhatikan mereka dengan ekspresi datar, lalu berbalik tanpa berkata apa-apa. Kedua tetua itu menghela napas lega, wajah mereka menunjukkan rasa syukur yang mendalam.

Namun, saat Acheng melangkah ke arah pintu, ia mengangkat tangannya perlahan. Sebuah energi terbentuk memancarkan cahaya biru gelap dan membentuk dua anak panah kegelapan.

SWISH!

Dalam sekejap, dua anak panah itu melesat dengan kecepatan seperti angin, menembus kepala kedua tetua secara bersamaan. Tubuh mereka ambruk ke lantai, mata mereka terbuka lebar dengan ekspresi terkejut yang membeku selamanya.

Acheng berhenti sejenak di ambang pintu, matanya masih memancarkan kilatan amarah. “Kalian sudah terlalu lama hidup dengan memanfaatkan kelemahan orang lain. Kematian adalah keadilan untuk kalian.”

Ia meninggalkan ruangan itu, tidak menoleh sedikit pun pada kekacauan yang telah ia ciptakan. Udara di luar terasa lebih dingin, tetapi bagi Acheng, itu hanyalah awal dari badai yang lebih besar.

1
y@y@
⭐👍🏾👍🏿👍🏾⭐
Desri Eka Darma Amd
tolong dong author, jika ingin menamatkan cerita atau membuat judul cerita yang baru ada pemberitahuan terlebih dahulu. agar pembaca mengetahui, terimakasih 🙏🙏🙏
Wulan Sari
critanya sangat menarik semangatbya thor salam sehat selalu 👍💪❤️🙂🙏
Dante-Kun: Makasih banyak 😁😁🙏
total 1 replies
Hadir
G Wu
Belajar lagi Thor ,perempuan pemimpin sekte/clan dipanggil MATRIAK bukan Patriak !
Ma arti nya mamak/ibu perempuan ,, Pa PPA)ayah laki.
azizan zizan
sepatutnya berkultivasi dahulu dengan apa yang ia rampas naikkan lvl dulu bukannya berkeliaran entah kemana-mana... kebanyakkan novel yang alurnya begini pasti segini lah jalan ceritanya tak pernah ada perubahan... baru dapat kekuatan dikit aja lah rasa macam udah kuat tiada tandingan... cehhh menyampah...
azizan zizan
nah gitu rampas semua harta perang jangan di tinggal dikit pun...
azizan zizan
lah rampasan harta ngak di ambil di tinggal begitu aja.. tolol apa bodoh Nih..
azizan zizan
alurnya jangan terlalu banyak bertele-tele sangat Thor alurnya jadi kurang seru...
y@y@
👍🏼💥🌟💥👍🏼
y@y@
👍🏾💥👍🏼💥👍🏾
y@y@
👍🏿🌟⭐🌟👍🏿
y@y@
👍🏼💥🌟💥👍🏼
y@y@
👍🏾⭐👍🏿⭐👍🏾
y@y@
🌟💥👍🏼💥🌟
udenk
mang aceng ama mang dadang. nanti musuhna mang cecep dan mang dudung....hehehe
AK47 uzi: nnti punya temen nama nya datang,akum sama idoy /Facepalm/ ,lanjut dah thor
Dante-Kun: Nama mc nya emang pake kearifan lokal 🤭🤭
total 2 replies
AK47 uzi
mari mulai membaca...yg jd pertanyaan saya tiap ada cerita baru .....yaitu...apakah cerita ini sampai tamat..atau hiatus seperti cerita lain nya..cuma author doang sama tuhan yg tau...jd saat ini baca aja dulu
Dante-Kun
🔥🔥🔥
NuruL Fuud
jos...
y@y@
💥👍🏿⭐👍🏿💥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!