NovelToon NovelToon
Bittersweet Villain

Bittersweet Villain

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Cinta Terlarang / Identitas Tersembunyi / Keluarga / Angst / Trauma masa lalu
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nurul Fhadillah

Aizha Adreena Hayva harus bertarung dengan hidupnya bahkan sebelum ia cukup dewasa, berhenti sekolah, mencari pekerjaan dan merawat adiknya karena orantuanya meninggal di malam yang sunyi dan tenang, bahkan ia tak menyadari apapun. bertahun-tahun sejak kejadian itu, tak ada hal apapun yang bisa dia jadikan jawaban atas meninggalnya mereka. ditengah hidupnya yang melelahkan dan patah hatinya karena sang pacar selingkuh, ia terlibat dalam one night stand. pertemuan dengan pria asing itu membawanya pada jawaban yang ia cari-cari namun tidak menjadi akhir yang ia inginkan.

selamat menikmati kehidupan berat Aizha!!
(karya comeback setelah sekian lama, please dont copy my story!)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Fhadillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 21

Sudah 3 hari berlalu dan mereka belum menemukan bangunan yang dimaksud. Caiden mulai meragukan maksud dari clue yang si anonim berikan, entah clue itu memang memiliki makna yang sebenarnya yang belum mereka pahami atau dia hanya mempermainkan dirinya dan itu sama sekali tak memiliki maksud apapun, apapun itu benar-benar membuat Caiden pusing. Laut, sungai, kanal atau apapun jenis perairan telah mereka periksa dan tak ada tanda-tanda apapun yang mereka temui yang dapat membawanya menuju gadis itu, tak ada apapun sama sekali walaupun mereka sudah yakin memeriksanya dengan sangat teliti.

​Saat ini Caiden tengah berdiri sendirian di apartemennya tepat di depan jendela besarnya yang menampilkan pemandangan kota yang saat ini dihiasi lampu-lampu, apartemen Caiden sendiri dalam keadaan gelap, hanya ada cahaya dari luar yang secara samar meneranginya, Caiden bahkan tak ingin repot-repot menyalakan lampunya sejak dia kembali beberapa jam yang lalu. Kepalanya sangat berkabut, ada begitu banyak pertanyaan yang muncul, dan kenapa dia tak bisa memahami apapun dari masalah ini? kenapa begitu sulit untuk menemukan gadis itu bahkan dengan orang-orang yang begitu ahli membantunya? Sebenarnya siapa si sialan ini? apa yang ia inginkan?

​Besok pagi-pagi sekali mereka akan melanjutkan kembali pencarian di lokasi yang berbeda sambil memikirkan kembali maksud dari clue tersebut karena lokasi yang dapat mereka tuju mulai menipis, namun walaupun begitu Caiden masih belum berniat untuk tidur. Terkadang dia masih menghubungi Nuka atau mengunjungi gadis kecil itu hanya untuk memastikan keadaannya baik-baik saja. Mungkin semenjak ia menyadari Aizha menjadi bagian dari dirinya, ia juga mulai menyayangi Nuka seperti keluarganya sendiri, menjadi bagian tersendiri dari kehidupannya. Entah bagaimana mereka jika ia tak bisa menemukan gadis itu dalam keadaan hidup, entah bagaimana mereka harus menjalani kehidupan ini, pasti Nuka akan mengalami trauma yang mendalam.

​Sama seperti sebelum-sebelumnya, mereka membagi menjadi 2 tim dan sejauh ini sepertinya mereka belum ketahuan, si anonim pasti masih yakin kalau Caiden akan mematuhi perkataannya dan tak mungkin menemukan mereka tepat waktu. Caiden yakin siapapun orang itu saat ini pasti sedang bersenang-senang sendirian dan merasa begitu percaya diri pada rencana dan permainan yang ia pikir sangat ia kuasai. Yah walaupun begitu apa yang bisa Caiden katakan, mereka sama sekali belum bisa menemukan gadis itu.

​Saat berada di dalam mobil dengan sang asisten yang mengemudi, Caiden membuka kembali clue yang diberikan oleh si anonim itu dari handphone nya.

...Sebuah kotak besi besar yang muncul hanya saat matahari sedang beristirahat, di perairan yang luas....

seberapa keras Caiden memikirkannya, tak ada yang berubah dalam kepalanya mengenai pemahaman dari kalimat tersebut. Kotak besi tentu saja pasti tertuju pada bangunan tepat gadis itu disekap, masih tak paham tentang sesuatu yang berkaitan tentang muncul itu namun matahari beristirahat pastilah malam hari, saat matahari tak lagi ada, di perairan yang luas bisa mengarah pada apa saja namun ini pastilah sesuatu yang besar, seperti lautan, sungai, sesuatu yang besar dan luas, namun mereka tak bisa menemukan apapun, tak bisa menemukannya. Apa yang sebenarnya mereka lewati? Apa mereka salah paham pada sesuatu dari petunjuk itu? tapi apa?

​Mungkin karena terlalu lama menatap kalimat itu Caiden tanpa sadar tertidur, perjalanan mereka akan lumayan lama karena ini merupakan danau kecil yang terletak di hutan paling ujung kota ini, memakan paling tidak 2 atau 3 jam perjalanan jika jalanan tidak macet dan asisten tak berniat untuk mengganggu tidur bos nya itu.

...☠️☠️☠️...

​Caiden sangat suka karya seni, dulu dia ingin sekali menjadi pelukis, ia suka mencoret-coret kertas, mencampur berbagai warna, dia bahkan suka mengunjungi berbagai museum seni hanya untuk mengagumi berbagai karya yang dipajang disana dan membayangkan banyak karyanya yang juga akan dipajang disana, diletakkan di dinding-dinding museum atau dimasukan ke etalasi dan orang lain juga akan mengagumi karyanya. Namun semua itu tak dapat ia wujudkan, Caiden tak dianugrahi untuk memegang kuas. Ayahnya seorang yang begitu mementingkan reputasi, maniak kekuasaan dan haus validasi, dia mantan marinir dengan jabatan tinggi. Itulah alasan kenapa ia mendorong Caiden untuk menjadi tentara tidak peduli Caiden menyukainya atau tidak, dan itu menjadi awal karirnya di dunia bawah. Caiden dengan paksaan menjadi tentara lalu kemudian direkrut menjadi agen rahasia yang bekerja secara diam-diam dalam misi-misi penting berbahaya untuk pemerintah, tanpa nama, tanpa identitas yang bisa mati kapan saja dan tak kan ada siapapun yang tau.

​Setelah keluar dari agen rahasia tersebut, dia melanjutkan hidupnya menjadi pembunuh bayaran, alih-alih memegang kuas dan cat, hampir sepanjang hidupnya Caiden hanya memegang senjata, segala jenis senjata. Jika tidak bagaimana dia bisa membuka pabrik senjata dan memiliki keterampilan yang ahli untuk memusnahkan seseorang?! Ditengah tidurnya di mobil yang masih bergerak, Caiden tidak yakin apa dia sedang bermimpi atau hanya setengah menghayal, dia ingat saat dia berusia 12 tahun, dia pergi ke suatu museum yang tak dapat ia ingat tempatnya bersama sang mama. Mereka pergi bersama sambil bergandengan tangan dan terlihat sangat ceria, mereka membicarakan sesuatu yang tak dapat Caiden ingat, apa itu soal makanan yang enak? Pelukis terkenal? Atau apa mereka membicarakan cuaca yang sedikit panas itu?

​Beberapa hari belakangan ini yang ia habiskan dengan berkutat dengan air mengingatkan Caiden tentang kolam air mancur di depan museum itu, apa ada patungnya? Bagaimana bentuk air mancurnya saat itu ya? Namun kolam dibawahnya cukup luas untuk hanya menjadi sekedar kolam ikan, beberapa orang rasanya dapat berenang dengan bebas didalamnya. Caiden membayangkan mendengar mamanya berkomentar dari samping dirinya tentang kolam besar itu, mengatakan kalimat menyenangkan. Untuk sesaat yang sangat singkat gelombang kerinduan menghantam diri Caiden, aaah apa nama museumnya? Dimana itu berada? Betapa ia merindukan mamanya yang datang ke museum itu bersama dirinya dalam balutan baju rajutan berwarna cokelat dengan rok bermotif bunga-bunga, mamanya yang cantik, parfumnya bahkan dapat terasa saat ini di bawah hidung Caiden.

“kita sampai” suara kasar si asisten membuat Caiden dengan spontan membuka matanya dan menghilangkan semua gambaran yang sedari tadi singgah pada dirinya, entah mimpi atau imajinasinya saja, namun kerinduan itu tetap melekat erat pada dirinya. Saat turun dari mobil, ia mengingatkan diri dalam hati untuk mengunjungi mamanya setelah semua ini berakhir.

​Pencarian mereka tidak jauh berbeda dari sebelum-sebelumnya, mereka tak dapat menemukan apapun sama sekali, tak ada apapun di danau itu atau disekitarnya. Mereka juga berbicara dengan tim lain yang pergi mencari di lokasi yang berbeda namun tetap sama, tim itu juga tak bisa menemukan apapun. Caiden bukan orang yang punya banyak kesabaran, entah saat dia menjadi apapun, dia tak pernah menghadapi situasi seperti ini, benar-benar tak dapat menemukan petunjuk apapun dan terasa seperti pencarian ini begitu buntu, tak ada jalan untuk mereka. Caiden mengumpat, ingin sekali ia menghajar orang itu, siapapun dia hingga mati. Clue sialan yang ia berikan juga tak membantu sama sekali. Malam itu mereka semua kembali ke tempat masing-masing tanpa ada hasil apapun. Besok sudah hari ke 4 dan setiap waktu terus bergerak dengan cepat, jika terus begini mereka hanya akan membuang-buang waktu tanpa berhasil mendapatkan apapun.

​Caiden duduk di sofa dalam apartemennya sendirian, masih tak berniat menyalakan lampu sama seperti malam sebelumnya. Tak ada alkohol atau apapun di depannya, hanya ada udara kosong yang dingin mengelilingi tubuh besar Caiden yang terlihat begitu kesepian dalam kegelapan. Dia tidak melakukan apapun atau bergerak sama sekali, hanya kepalanya yang terus tertunduk. Dia memikirkan banyak hal, kenapa dia begitu ingin menemukan gadis itu? dia memang ingin memiliki kehidupan yang normal, keluar dari semua hal kotor ini, menikah dengan seseorang yang baik, memiliki anak dan membangun keluarga yang harmonis, namun sungguhkah dia mencintai gadis ini? atau ini hanya bentuk rasa kasihannya? Melihat kedua gadis itu berjuang dengan kehidupannya tanpa orang tua, apa ini rasa bersalahnya?

​Caiden bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati pintu kamarnya, menyalakan lampu lalu membuka lemari, rasanya ada album foto lama yang ia simpan disini. Caiden menghabiskan hampir setengah jam dengan mengacak-acak lemarinya, mengeluarkan semua pakaiannya dengan asal-asalan lalu menemukan album foto sedang dengan cover cokelat tua, sudah lama sekali sejak ia memegang benda tersebut, satu-satunya barang yang ditinggalkan mamanya untuk dirinya. dia membuka satu persatu halaman album tersebut, bukan ingin melihat setiap fotonya yang ada disana, hanya ingin menemukan foto di museum itu, museum yang ia pikirkan tadi siang.

​Foto itu sudah lumayan menguning di beberapa sudutnya, namun gambarnya masih sangat jelas. Aaa F.R Art Museum, sudah sangat lama, Caiden yakin kini museum itu sudah tutup. Museum yang pernah ia kunjungi bersama mamanya, museum yang memiliki kolam air mancur di halaman depannya yang menjadi bagian favorit sang mama. Senyuman mereka berdua mekar dengan sangat indah seperti bunga-bunga yang ada di sekeliling mereka dalam foto tersebut. Rasanya aneh melihat dirinya yang dulu, anak laki-laki kurus berusia 12 tahun tanpa otot atau bahkan lemak, hanya kerangka yang dilapisi kulit, betapa polosnya wajahnya, terasa begitu ringan tanpa ada apapun dalam dirinya, tanpa ada beban apapun, anak yang bercita-cita menjadi pelukis terkenal seperti Gustav Klimt, Vincent Van Gogh, atau bahkan Leonardo Da Vinci.

​Caiden mengeluarkan handphone dari dalam saku celana lalu membuka aplikasi maps, mengetikan nama museum tersebut, F.R Art Museum, sebuah peta langsung muncul dengan garis dari lokasinya sampai ke museum tersebut, dibawahnya ada berbagai informasi mengenai museum tersebut dan benar saja, museum itu sudah tutup sejak tahun 2018 tanpa ada keterangan kenapa tutup. Caiden sedikit kaget melihat jaraknya, ternyata museum itu masih berada di kota ini, dia tak dapat mengingat dengan jelas dimana letak museum itu dan dia bukan orang yang berasal dari kota ini, dia baru pindah kesini sejak memutuskan untuk keluar dari agen rahasia itu, jaraknya dari apartemen Caiden hanya sekitar 35 menitan menggunakan mobil atau bahkan dia bisa sampai lebih awal dari perkiraan waktu itu.

​Mungkin ini terdengar tidak masuk akal dan keluar dari konteks, namun museum itu memiliki kolam air mancur di depan bangunannya, itu tetap mengarah pada perairan yang ada di clue tersebut dan entah kenapa Caiden ingin sekali kesana saat ini juga entah ada alasan ataupun tidak. Dengan perasaan seperti itu Caiden memutuskan untuk mengendarai mobilnya mengikuti arah yang ditunjukan oleh maps dari handphonenya, dia pergi sendirian tanpa mengabarkan kepada tim nya lebih dulu. Namun walaupun begitu Caiden tidak pergi dengan tangan kosong, dia tetap membawa beberapa jenis pistol, magazinnya dan bahkan pisau lipat. Perjalanan ini hanya bentuk keputusasaannya dan sedikit kerinduan akan masalalu yang pernah menjadi bagian dari kehidupannya yang sudah memudar dimakan waktu, dia tau tak akan menemukan apapun disana, tidak ada apapun yang akan menantikanya disana, bahkan sosok Aizha tak akan ditemukannya disana.

​Caiden memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, ia begitu tergesa-gesa dan berharap dapat sampai kesana secepat mungkin. Satu dua tetes hujan mulai berjatuhan kebumi menciptakan titik-titik air di kaca depan mobil Caiden, rintik-rintik hujan mulai turun menemani perjalanan Caiden yang sendirian.

1
Nur Yuliastuti
terimakasih dobel up nya 🤗😍
Nur Yuliastuti
terimakasih up nya 🤗😍
Nur Yuliastuti
Aizha 😢😢
neen
soo sweet.. jng biarkan kenyataan menghncurkan hal manis ini.
Nur Yuliastuti
segera pulih ya Izha,, semoga tinggal bahagia nya
Nur Yuliastuti
Aamiin
Nur Yuliastuti
terimakasih up nya 🤗❤️
Nur Yuliastuti
😔😔
Nur Yuliastuti
banyak belajar dr sini,, pikir kan baik buruknya sebelum melakukan sesuatu
Nur Yuliastuti
kalau sakit hati sdh tertanam ya 😔
Nur Yuliastuti
br ini baca yg ber genre seperti ini,,, keren Thor,, terimakasih up nya,, sukses sll untuk semua karyanya 🤗❤️
Nurul Fhadillah: Terimakasih🤗
total 1 replies
Nur Yuliastuti
bennnar 🙊
Nur Yuliastuti
diakan teman SMP Aizha yg tinggal bersama nenek baik hati itu?
Nurul Fhadillah: Iya dia😭😭
Nur Yuliastuti: diakah
total 2 replies
Nur Yuliastuti
akhirnya
Nur Yuliastuti
barangkali jawaban dr clue nya Den
Nur Yuliastuti
keluar dr kandang macan masuk ke kandang singa 🙈
Nur Yuliastuti
terimakasih up nya 🤗❤️
Nur Yuliastuti
big hug Aizha
Nur Yuliastuti
namanya adiknya Aizha bagus banget
neen
ouhh.. so sad..knp sprti ini
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!