Kisah seorang menantu yang pernikahannya hancur karena ibu mertuanya yang memaksa putranya untuk menikah lagi dengan alasan sang menantu mandul. Vanniya harus merasakan sakit hati melihat kemesraan sang suami bersama madunya hingga ia membalas rasa sakit ini kepada ibu mertuanya.
Suatu hari ibu mertua Vanni mendapati sang suami membawa wanita lain ke rumahnya dengan status sebagai istri kedua. Wanita itu terduduk lesu, Vanni yang melihatnya segera mendekatinya.
" Bagaimana ma? Manis bukan madu yang aku kirimkan untuk mama?"
Bagaimana usaha Vanni balas dendam kepada ibu mertuanya? Apakah setelah ini Vanniya akan kembali kepada sang suami atau ia memilih meninggalkan suaminya dan menjalani kehidupan barunya?
Ikuti dan dukung kisah mereka berdua.
Baca pelan" dan tidak perlu boomlike karena akan mengurangi performa karya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEBODOHAN ANDREAS
Tiba tiba...
Huek...
Vanni menutup mulutnya dengan tangan, matanya melotot sempurna setelah ia muntah di dada bidang milik suaminya. Entah mengapa saat berciuman tiba tiba perutnya terasa mual tidak tertahankan hingga pada akhirnya ia muntah.
" A.. Aku minta maaf mas! Aku tidak sengaja." Ucap Vanni tidak enak hati dan khawatir Tama akan merasa jijik. Ia segera mengambil tisu lalu mengelap muntahan itu. Namun tangannya di cekal oleh Tama.
" Biar aku saja." Tama mengambil tisu dari tangan Vanni lalu membersihkan kotoran itu. Ia masuk ke kamar mandi dan terpaksa harus mandi lagi. Tindakan Tama membuat Vanni salah paham, ia mengira Tama marah kepadanya.
Vanni membasuh mulutnya di wastafel lalu duduk di tepi ranjang menunggu Tama keluar.
" Ya ampun... Malu banget aku sampek muntah di dada mas Tama. Hah semoga mas Tama gak jijik deh, jadi dia nggak marah sama aku. Lagian kalau marah kan ini salahnya. Salah siapa main sosor aja, kan aku jadi mual." Monolog Vanni.
Tak lama Tama keluar dari kamar mandi, Vanni segera menghampirinya.
" Aku minta maaf mas! Aku nggak sengaja muntahin kamu. Tiba tiba saja perutku eneg nggak bisa di tahan." Ucap Vanni merasa bersalah.
" Tidak apa apa sayang, jangan merasa bersalah begitu. Ini mungkin bawaan bayi, mungkin anak kita tidak mau kalau aku menciummu. Dia sedang menghukum bapaknya. Dia cemburu kalau aku dekat dekat sama ibunya." Sahut Tama mengelus pipi Vanni.
" Bisa jadi begitu mas, makanya jangan asal nyosor aja hi hi." Ucap Vanni nyengir kuda.
" Gimana nggak nyosor orang kamu gemesin. Bukan hanya nyosor malah, aku pengin main kuda kudaan sama kamu." Ucap Tama sambil mengerlingkan sebelah matanya.
" Dih mesum banget jadi orang." Decih Vanni.
" Yang penting nggak mesum sama orang lain." Ejek Tama.
" Aku nggak nyangka seorang pemimpin perusahaan yang terkenal tegas, dingin, cuek kayak kulkas empat pintu bisa mesum begitu sama anak kecil sepertiku." Ujar Vanni.
" Sok sok an ngaku anak kecil, anak kecil kok sudah pinter bikin anak."
Vanni langsung melotot mendengar ucapan Tama.
" Kenapa? Nggak terima? Emang itu kenyataannya kok." Imbuh Tama.
" Ckk." Vanni berdecak. Ia melewati Tama menuju ranjang lalu duduk di sana dengan kaki menjuntai ke lantai.
Tama segera menghampirinya lalu duduk di sebelahnya.
" Maaf sayang kalau ucapanku menyinggung perasaanmu. Aku tidak bermaksud menyakitimu. Aku hanya ingin menggodamu saja. Jangan marah ya! Kasihan anak kita." Ucap Tama membujuk sang istri tercinta sambil mengelus perutnya.
Vanni nampak diam saja tanpa merespon ucapan Tama membuat Tama sedikit gelisah.
" Sayang please jangan marah! Masa' iya baru menikah kita sudah marahan sih. Aku minta maaf!" Ucap Tama menatap Vanni yang tidak mau meresponnya.
" Katakan kamu mau shopping? Atau kamu mau jalan jalan? Atau kamu mau makan sesuatu nanti biar aku masakin. Tapi kamu harus janji jangan marah lagi." Ujar Tama.
Vanni nampak sedang memikirkan sesuatu.
" Aku mau....." Vanni sengaja menjeda ucapannya membuat Tama penasaran.
" Mau apa sayang? Cepat katakan!" Ujar Tama.
" Emmm nanti aja biar aku pikirkan dulu. Sekarang aku mau tidur dulu, capek sedari tadi berdiri terus." Ujar Vanni.
" Apa mau aku pijitin kakinya biar nggak capek lagi?" Tawar Tama.
" Nanti malam aja mas, kan enak tuh habis di pijitin terus tidur. Biar paginya bangun badanku udah fresh." Sahut Vanni.
" Baiklah sekarang kamu istirahatlah! Nanti kasih tahu aku apa yang kamu mau sekalian nanti sore kita pindah ke rumah. Aku turun sebentar ya menemui daddy sama mommy dulu." Ucap Tama mencium kening Vanni.
" Iya mas, titip salam buat tante Hana. Sepertinya dia masih di sini."
" Baiklah nanti akan aku sampaikan." Sahut Tama.
Vanni yang memang sudah lelah segera naik ke atas ranjang. Sedangkan Tama turun ke lantai bawah menemui kedua mertuanya yang sedang berbincang dengan Hana dan suaminya.
" Dimana Vanni?" Tanya Hana menatap Tama.
" Sedang istirahat di kamar tan, sepertinya dia kecapekan. Dia nitip salam buat tante." Sahut Tama duduk di kursi sebelah Hana karena kebetulan hanya tempat itu yang kosong. Sedangkan para tamu undangan sudah pulang ke rumah masing masing.
" Iya jangan sampai dia kecapekan karena itu bisa berakibat fatal bagi ibu hamil muda seperti dia. Salamnya tante terima, tante juga berpesan jaga Vanni baik baik ya. Jangan buat kami kecewa." Ujar Hana.
" Tentu tan, terima kasih atas perhatiannya." Sahut Tama.
" Tuan Oktama, saya minta maaf atas perilaku Ratna dan Andreas baik kepada anda maupun kepada Vanni. Saya benar benar merasa gagal dalam mendidik istri pertama dan anak saya sampai mereka berani menyinggung putri dari keluarga terhormat seperti anda dan tuan Azka. Saya juga tidak tahu menahu jika ternyata Vanni masih memiliki keluarga. Sekali lagi maafkan saya." Ucap tuan Ardi.
" Saya benar benar menyayangkan sikap anda yang tidak bisa mendisiplinkan keluarga anda tuan Ardi. Mungkin ayah mertua saya mau memaafkan anda karena sekarang anda menjadi adik iparnya. Tapi saya tidak akan pernah melupakan sikap anda dan keluarga anda yang telah anda lakukan terhadap Vanni. Meskipun seandainya Vanni benar benar tidak memiliki keluarga, seharusnya keluarga anda lebih menyayanginya bukan malah berperilaku buruk kepadanya. Di sini anda juga terlibat tuan Ardi, karena anda juga menginginkan seorang cucu tanpa menyelidiki siapa yang bermasalah, anda ikut ikutan mendesak Andreas untuk menikahi Luna. Andai saja tante Hana tidak jatuh hati pada anda, sudah saya suruh tante Hana untuk menceraikan anda sekarang juga biar anda juga merasakan bagaimana di paksa kehilangan orang yang anda cintai." Ucap Tama dengan tegas membuat tuan Ardi merasa tidak enak hati karena pada dasarnya semua yang Tama ucapkan itu benar.
" Sekali lagi saya minta maaf tuan Oktama!" Ucap tuan Ardi.
" Saya minta untuk kedepannya, Andreas tidak lagi mengganggu hubungan kami. Jika sampai dia masih mengganggu hubungan kami maka jangan salahkan saya jika saya bertindak lebih tegas. Saya tidak suka istri saya di ganggu orang lain." Ucap Tama.
" Baiklah, saya akan memberi pengertian kepada Andreas. Terima kasih tuan Tama." Ucap tuan Ardi di balas anggukkan kepala oleh Tama.
" Baiklah kak karena hari semakin sore, aku pamit dulu. Salam untuk Vanni, aku doakan semoga pernikahan Vanni kali ini di berkahi dengan kebahagiaan selamanya." Ucap Hana merasa percakapan suaminya dan Tama sudah selesai.
" Aamiin, nanti biar salam kamu di sampaikan oleh Tama. Kamu hati hati ya dan jaga diri baik baik. Kalau ada apa apa atau ada masalah dengan perusahaan segera hubungi kakak." Ucap tuan Azka.
" Siap my brother." Sahut Hana. Ia memeluk kakak iparnya. " Aku pulang dulu kak Hani, selalu jaga kesehatan ya." Ucapnya.
" Tentu sayang, kamu hati hati ya." Ucap nyonya Hani.
" Iya kak, aku pulang dulu."
Hana dan tuan Ardi pergi meninggalkan rumah tuan Azka dan yang lainnya.
" Apa yang akan kau lakukan ke depannya mengenai Andreas?" Tanya tuan Azka menatap Tama yang duduk di depannya.
" Aku akan tetap mengawasi Andreas dad. Aku tidak akan membiarkan dia mendekati istriku lagi." Sahut Tama.
" Kalau masalah Luna bagaimana? Daddy dengar dia sempat ingin melarikan diri." Ujar tuan Azka lagi.
" Luna masih aman dalam penjara dad. Memang dia sempat mau melarikan diri tapi ke tangkap lagi dan sekarang ada di dalam sel. Aku rasa dia tidak akan berani berbuat macam macam kepada kita, terutama kepada Vanni." Sahut Tama.
" Baiklah daddy percaya padamu. Lindungi putri daddy dengan baik, daddy tidak mau dia kenapa napa." Ujar tuan Azka.
" Siap dad." Sahut Tama. Mereka mulai mengobrolkan tentang pekerjaan sedangkan nyonya Hani kembali ke kamarnya untuk istirahat.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Prang prang...
Andreas membanting semua barang barang yang ada di rumahnya. Hatinya hancur bersamaan dengan hidupnya. Ia kecewa dengan jalan takdir yang Tuhan berikan padanya.
" Andreas astaga!!!" Nyonya Ratna yang baru sampai terkejut dengan keadaan di rumahnya yang sangat sangat berantakan akibat pecahan beling dan yang lainnya.
Andreas menatap nyonya Ratna dengan tajam.
" Kau ingin tahu ibu?" Nyonya Ratna memejamkan mata saat Andreas berbicara kurang sopan padanya.
" Hidupku sama hancurnya dengan sampah sampah ini." Andreas menunjuk pecahan beling beling tersebut.
" Siapa yang menghancurkannya?" Andreas menatap ibunya dengan nyalang. " Kamu." Ia menunjuk wajah ibunya sendiri. Nyonya Ratna hanya bisa diam saja karena ia merasa bersalah. Ia tak kuasa melihat keterpurukan putra satu satunya.
" Wanita mana yang mau menerima pria miskin seperti aku ma? Pria pengangguran yang tidak punya apa apa. Karena besarnya cintanya padaku sampai sampai dia menjauhkan diri dari keluarganya yang sangat kaya raya itu demi membuat aku pantas bersanding dengannya. Tapi kenapa bodohnya aku jika apa yang tuan Tama bilang kalau aku mau menuruti permintaanmu menikahi wanita lain hanya karena alasan anak. Kenapa aku sebodoh itu ma? Kenapa aku tidak membuka mataku untuk melihat kebaikan Vanni selama ini hiks.. Maafkan aku Vanni. Aku telah menyakitimu sampai sampai kau pergi meninggalkan aku dan menikah dengan laki laki lain. Aku tidak mau hidup lagi, aku ingin mati saja."
Andreas mengambil pecahan beling kaca yang terlihat tajam lalu...
Ces...
" Andreas!!!!!"
TBC....