"Ayo kita bercerai.." Eiser mengucapkannya dengan suara pelan. Kalea tersenyum, menelan pahitnya keputusan itu.
"Apa begitu menyakitkan, hidup dan tinggal bersama sama denganku?" tanyanya, kemudian menundukkan kepalanya. "Baik, aku akan menyetujui perceraiannya, tapi sebelum aku menyetujuinya, tolong beri aku waktu sebulan lagi, jika dalam waktu sebulan itu tidak ada yang berubah, maka kita resmi menjadi orang asing selamanya.."
Eiser mengangguk, keputusannya sudah bulat. Bagi Eiser, waktu sebulan itu tidak terlalu lama, dia akan melewati hari hari itu seperti biasanya, dan dia yakin tidak ada yang berubah dalam waktu sesingkat itu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon N. Egaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Keesokan harinya, Eiser mengajak Kalea berjalan jalan di ibu kota lagi, dia ingin meminta maaf atas sikapnya yang keterlaluan itu. Kalea awalnya menolak karena permintaan maaf semalam saja sudah cukup, namun setelah dipikir pikir Eiser sendiri yang mengajaknya ke Ibu kota untuk membeli sesuatu, Kalea segera bersiap siap dengan gaun simple namun elegan kesannya.
'Aku akan membeli apapun yang aku lihat nanti, haha!'
Eiser melirik ke arah Kalea, dalam diam dia tersenyum meihat Kalea yang begitu antusias. 'Aku ingin meminta maaf dengan tulus padanya.'
Kemudian di tengah perjalanannya, Eiser dapat melihat ada banyak sekali pengawal kerajaan yang berpatroli. Dia menatapnya dengan tatapan tajam dan dingin, dia tak perlu mencari tau tujuan mereka, yang pasti Eiser yakin. Raja Sorya sedang menunjukkan kebijakannya sebagai seorang pemimpin.
"Heh!" Eiser tanpa sadar bersuara.
"Apa? Ada apa? Kenapa tiba tiba kau 'Heh' gitu?" tanya Kalea.
"Tidak. Bukan apa apa."
"Apa kau berubah pikiran sekarang?"
"Tidak."
"Bagus. Kau tidak boleh berubah pikiran, aku akan beli apapun yang aku mau hari ini, kau mengerti?"
"Ya, melihatmu sangat antusias begini.. siapa yang bisa menghalanginya, iya kan?"
"Kalau begitu.. ayo!" Kalea berbelanja dari toko ke toko lainnya, membeli gaun, sepatu dan juga aksesorisnya. Dia terlihat cukup bersemangat, mencari dan mencoba semua gaun juga sepatu itu berkali kali di setiap toko.
Roh Eiser seakan ingin keluar darinya, dia begitu capek dan kelelahan. Dia duduk bersandar dikursi menunggu itu. Pelayan toko tertawa kecil melihatnya.
"Ya ampun, sepertinya Tuan sudah di batas maksimal semangatnya ya, haha!"
Kalea melirik Eiser sebentar, bisa dilihat wajah pria itu benar benar kelelahan setelah mengikutinya kemana mana. Walaupun begitu, Kalea merasa bangga dengan Eiser, dia rela meluangkan waktu sibuknya demi dia.
'Demi siapa? aku atau Kalea yang asli?'
"Bagaimana nyonya? apa anda jadi membeli keduanya atau salah satunya saja?" tanya pelayan toko itu, saat itu Kalea sedang melihat perhiasan kalung dan gelang.
"Aku.." Kalea bingung.
Tak lama kemudian, Eiser menunjuk kalung dengan bentuk mewah, Liontin mutiara. "Sepertinya ini bagus untukmu, bentuknya elegan dan timeless. Kau akan tambah cantik saat memakainya," ucap Eiser lembut.
Jantung Kalea berdegup saat mendengar suaranya, dia juga melihat pelayan itu terpesona melihat Eiser yang memberi penilaian tentang kalung itu.
"Wah, Tuan sangat perhatian pada anda nyonya!" ucap pelayan toko itu.
Eiser tersenyum kemudian berjalan dan kembali duduk di kursi menunggu lagi.
"Bagaimana nyonya, apa ada pilihan lain yang anda inginkan?" tanya pelayan itu.
"Tidak. Tolong bungkuskan yang itu, lalu serahkan pada pelayanku," jawab Kalea sambil melirik ke arah Eiser.
Kemudian mereka kembali berjalan jalan di Ibu kota, mereka berjalan tanpa bergandengan tangan. Disana dia bisa melihat ada beberapa pasangan yang sedang bermesra mesraan. Kalea hanya memandangi mereka semua, kemudian memberanikan diri menggandeng tangan Eiser dengan cepat.
"Jangan bertanya, aku hanya tak ingin terlihat seperti wanita yang menyedihkan disini," ujarnya.
"Aku tidak bertanya kok," balas Eiser.
"Kau tidak bertanya tapi akan kepikiran, 'mengapa dia menggandeng tanganku padahal dia tidak punya rasa sedikitpun padaku? Begitu kan, dengar ya Eiser... saat ini, aku sedang berusaha membuatmu jatuh cinta lagi padaku, sampai saat itu tiba.. aku mau kau duluan yang menggandeng tanganku seperti ini, kau paham?"
"Apa kau yakin?" tanya Eiser.
"Ya" jawab Kalea serius.
Tak lama dari itu, tepat di depan mata mereka, mereka melihat ada keributan. Beberapa pengawal kerajaan menahan seorang wanita yang mengenakan jubah dan penutup kepala. Kalea mengenali wanita itu, dia segera mendekat dan memastikannya.
"Pria itu! Kalian mengenalnya kan? dia bilang dia juga punya kekuasaan diwilayah ini!" seru Lilian.
"Kami tidak mengenalnya! Dan kau ditangkap sebagai tersangka!" mereka mulai menyeret Lilian.
"Lepaskan aku! Lepaskan!!" Lilian memberontak.
"Lilian?" Kalea mengenalinya.
"Ka-kau.." Lilian sedikit sok.
"Anda mengenalnya Nyonya?" tanya pengawal itu.
"Iya, aku mengenalnya. Ada apa ini?" tanya Kalea.
"Maafkan kami Nyonya, namun wanita ini harus kami tahan. Dia dicurigai sebagai tersangka pembunuhan korban wanita yang bekerja sebagai pelayan dirumah Baron Bastian, itu terjadi sekitar sebulan yang lalu.."
"Apa kalian punya bukti?" tanya Eiser.
"Menurut saksi mata, korban sempat bertemu dengan wanita ini di depan rumah, sebelum dia menghilang dan ditemukan mati di hutan belakang rumahnya."
Kalea sedikit syok mendengarnya, dia menoleh ke arah Lilian. Dia ingat. Sebelumnya dia melihat tangan Lilian yang bersimbah darah. 'Apa dia membunuh wanita itu sebelum bertemu denganku disana waktu itu?' tanya Kalea dalam hati.
"Jangan menatapku begitu! Ingat nona, saat itu aku yang menyelamatkanmu dari penculik itu!" teriak Lilian.
"Tapi.." kalimat tidak selesai.
"Hah! mana mungkin kau mengingatnya, bangsawan sepertimu," teriaknya lagi.
"Aku mengingatnya, tapi.. pelaku kejahatan sepertimu juga tidak bisa dibiarkan begitu saja," balas Kalea.
"Heh! Jangan munafik! Bangsawan sepertimu juga tidak semurni yang orang pikirkan! Kalian melakukan kejahatan lalu menutupinya dengan uang kalian! Itu sama saja dengan kejahatan!" teriak Lilian lagi.
"Apa?" Kalea bingung.
Eiser mendekat dan menatap Lilian. "Apa kau benar benar menyelamatkan Kalea waktu itu?"
Lilian tersipu malu karena baru ini melihat pria tampan dengan jarak yang cukup dekat. "Ya, benar!" jawabnya sambil melirik ke arah lain.
"Kalau begitu aku ingin berterima kasih dan terpaksa harus menyampaikan kabar duka atas kematian tupai kesayanganmu," ucap Eiser pelan.
"A-apa?" Lilian terlihat kesal.
"Ya, tupai itu telah mati," ucap Eiser lagi.
"I-itu hanya tupai sialan! apa apaan kau ini!" teriaknya.
"Oh hanya tupai ya, ku pikir dia keluargamu, soalnya dia mirip dengan manusia," balas Eiser santai.
"Kau!" Lilian kesal.
"Tidak banyak yang ingin ku katakan padamu, tapi aku sangat yakin, sebenarnya.. tupai itu sudah berusaha semaksimal mungkin untukmu, dia terus melakukan perubahan wujud dan menahan sakit akibat efek dari sihir yang dia gunakan," ucap Eiser.
"Hewan tidak perlu merasa sakit! Dan bagus, baguslah dia mati! aku tidak perlu bersusah payah lagi membeli batu sihir untuk merubah wujudnya!" tekaknya.
"Dia terus saja bilang sakit dan sakit saat diambang kematiannya.. dan aku yakin dia sudah lama menahan sakit dan penderitaannya di depanmu, tapi kau tidak pernah mempedulikannya," ujar Eiser tenang.
"Sialan! Dia hanya seekor tupai, bangsat! Menderita apanya hah?!" teriak Lilian sambil memberontak kesal.
"Aku pikir, mungkin karena itu juga adikmu menderita dan mati.. semuanya karena kesalahanmu, kau egois dan tidak punya hati, kau kejam dan kau berbahaya," ucap Eiser lagi dan lagi.
"Apa.." Lilian kehabisan kata kata.
Lilian tak sanggup mendengarnya, setiap perkataan Eiser begitu tajam dan menusuk. Tidak sedikit, banyak perkataannya benar.
'Ya dia benar, ini kesalahanku.. Lolia mati karena keegoisanku, dulu.. aku meninggalkannya dengan alasan bekerja, Lolia selalu kelaparan dan tak punya tenaga mencari makan. Bukan berarti aku tidak kembali membawa makanan, tapi karena aku tidak pernah memperhatikannya, Lolia semakin kurus dan tak terurus, kemudian dia jatuh sakit lalu meninggal karena kelaparan. Makanan yang selalu ku bawa, tidak pernah Lolia makan, yang aku tau.. Lolia bukan tidak mau memakannya, tapi karena dia tidak bisa menelan makanannya lagi,' monolog Lilian.
"Hikss.. aku bersalah.. Hikss.. Hikss.. aku bersalah.."
Eiser berbalik arah dan berjalan ke arah Kalea, Kalea hanya menatapnya dengan tatapan yang penuh tanda tanya. 'Ucapan Eiser yang begitu tajam, membuatnya tak sanggup menahannya, dia akhirnya runtuh dan menangisi perbuatannya, Eiser cukup mengerikan saat dilihat dari sudut pandang orang lain, tapi bagiku itu keren dan menakjubkan," monolog Kalea.
"Kalea.. maafkan aku juga, hikss.. dan terima kasih karena kau yang menyelamatkanku hikss.. kau tidak meninggalkanku disana," ucap Lilian sambil tersedu sedu.
"Ya, sama sama," jawab Kalea pelan.
Eiser menggandeng tangan Kalea berjalan menjauh dari keributan yang telah usai itu. Dia melindunginya dari tatapan tatapan pengawal kerajaan yang sedang memperhatikan mereka.
'Heh, ternyata mereka tidak hanya mengurusi penjahat di kota ini, apa ini suruhan darinya? Ibu tiriku,' monolog hati Eiser.
.
.
.
Bersambung!