Setelah menikah selama 7 tahun, Erwin tetap saja dingin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arum Dalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingin bercerai
Dulu mungkin iya.
Tapi sekarang dia sudah kebal, tidak ada rasa sama sekali.
Clara semakin bingung.
Dia datang dengan senang, tapi baik suaminya, ataupun putrinya, semua dingin kepadanya.
Tanpa disadari, mobil yang dia kendarai tiba di sebuah restoran yang sering dikunjunginya bersama Erwin.
Saat dia baru masuk, dia melihat Erwin, Vanessa dan Elsa di dalam restoran itu.
Vanessa dan putrinya duduk di sisi yang sama dengan mesra.
Sambil bicara dengan Erwin, dia bermain dengan Elsa.
Elsa tampak mengayunkan kakinya dengan senang, bermain dengan Vanessa, sambil memakan kue bekas gigitan Vanessa.
Erwin menyuapi makanan untuk mereka sambil tersenyum, tatapannya terus tertuju pada Vanessa yang ada di depannya, seakan di matanya hanya ada Vanessa saja.
Inilah urusan yang dibilang Erwin.
Ini juga adalah putri yang dilahirkan dengan susah payah setelah mengandung selama 9 bulan.
Clara tersenyum getir.
Dia hanya bisa berdiri menatap mereka.
Setelah setengah jam, Dia memalingkan wajahnya, membalikan badan dan pergi.
Setelah kembali ke vila, Clara menyiapkan sebuah surat cerai.
Erwin adalah impiannya saat dia masih muda, tetapi Erwin tidak mau menikahinya.
Dirinya yang dulu dengan bodohnya mengira, asalkan dia berusaha keras, dia pasti bisa masuk ke dalam hatinya.
Tapi kenyataan malah menghantamnya dengan keras.
Sudah hampir 7 tahun.
Ini saatnya dia sadar.
Dia memasukkan surat cerai itu ke dalam amplop, lalu meminta Bibi Sari memberikannya pada Erwin, kemudian menarik kopernya ke dalam mobil, dan memerintahkan sopir untuk pergi ke bandara.
Sekitar jam 09.00 malam, Erwin dan putrinya pulang.
Elsa memegang ujung pakaian Erwin, dan turun dari mobil dengan perlahan.
Karena ibunya ada di rumah, malam ini dia sebenarnya tidak mau pulang.
Tapi Tante Vanessa bilang ibunya itu pulang secara khusus untuk menemani dia dan ayahnya, jadi kalau mereka tidak pulang, ibunya bisa bersedih.
Ayah bilang kalau malam ini mereka tidak pulang, besok ibunya pasti akan ikut Mereka pergi ke pantai.
Jadi dia terpaksa setuju pulang.
Tapi dia tetap merasa khawatir, dan bertanya dengan sedih: "Ayah, bagaimana kalau Ibu besok memaksa mau ikut kita keluar?"
"Itu tidak mungkin terjadi"Erwin menjawab dengan yakin.
Selama menikah, Clara memang selalu ingin mendekatinya.
Tapi dia masih paham situasi, asalkan Dia terlihat tidak senang, Clara langsung tidak akan berani membuatnya marah.
Dalam ingatan Elsa, Clara selalu patuh pada Erwin.
Kalau dia bilang tidak akan, berarti memang tidak akan terjadi.
Elsa akhirnya bisa tenang.
Suasana hatinya pun membaik, mukanya yang tadi cemberut langsung berubah, dia masuk sambil melompat riang, dan mengatakan pada bibit Sari bahwa dia mau mandi.
"Oke deh."Bibi Sari langsung menjawab.
Tiba-tiba dia teringat perkataan Clara, dan memberikan amplop itu pada Erwin: "Pak Erwin, Bu Clara suruh saya berikan ini pada bapak."
Erwin menerimanya, lalu bertanya: "Di mana dia?"
"Em... sore tadi bu Clara beresin barang dan sudah pulang ke negara Malo, apakah bapak tidak tahu?"
Erwin yang barusan mau beranjak ke lantai atas langsung tertegun, lalu menoleh: "pulang?"
"Iya."
Bahkan, Erwin belum sempat mendengar alasan kenapa Clara mendadak datang ke negara Lavin.
Tapi dia tidak peduli.
Setelah tahu Clara sudah pulang, dia tidak memperdulikannya.
Elsa hanya agar terkejut.
Saat mendengarnya, hatinya agak kecewa.
Awalnya dia mengira, kalau ibunya besok tidak ikut dia dan ayahnya bermain di pantai, malamnya dia bisa ditemani ibunya, rasanya lumayan juga.
Apalagi, saat memoles kulit kerang tangannya pasti sakit, jadi dia ingin meminta ibunya membantu dia menyelesaikannya!
Erwin dan Clara sudah beberapa bulan tidak bertemu, Clara akhirnya ada waktu untuk datang, tapi dia bahkan tidak bertemu Erwin sama sekali, jadi teringat wajah Clara tampak muram saat dia beranjak pergi, Bibi Sari tidak tahan dan mengingatkan: "Pak Erwin, saat Bu Clara pergi, raut wajahnya tidak bagus, sepertinya dia sedang marah."
Sebelumnya Bibi Sari mengira bahwa Clara ada urusan mendadak, makanya mendadak pulang.
Tapi sekarang setelah tahu Erwin sama sekali tidak tahu Clara sudah pulang, dia baru menyadari ada yang tidak beres.
"Marah?"
Di depan Erwin, Clara selalu terlihat baik dan toleran.
Ternyata dia juga bisa marah?
Ini sangat menarik.
Erwin tersenyum acuh tak acuh, lalu dengan tenang menjawab Bibi Sari dan naik ke lantai atas.
Ketika kembali ke kamarnya, dia hendak membuka amplop pemberian Clara, tapi, Vanessa tiba-tiba menelponnya, Erwin pun segera mengangkat telepon, dan melempar amplop itu dengan asal-asalan, lalu keluar dari rumah.
Karena melempar amplop itu dengan asal-asalan, amplop itu jatuh dari tempat tidur ke lantai.
Pada malam itu, Erwin tidak pulang ke rumah.
Keesokan harinya, Bibi Sari naik ke atas untuk bersih-bersih, tapi dia melihat amplop di lantai, dan sadar bahwa itu adalah amplop yang ingin diberikan Clara pada Erwin.
Dia mengira Erwin sudah melihatnya, jadi dia simpan amplop itu di laci
*****
Setelah turun dari pesawat dan tiba di rumah, dia langsung pergi ke lantai atas untuk membereskan barang-barangnya.
Karena sudah 6 tahun bersama, di kamar itu ada banyak barang miliknya.
Tapi dia hanya membawa pergi beberapa helai baju, 2 set kebutuhan sehari-hari dan beberapa buku profesional.
Setelah menikah, setiap bulan Erwin akan memberi biaya hidup untuk dia dan anaknya.
Keduanya terbagi menjadi dua kartu.
1 milik anaknya, dan satu lagi miliknya.
Tapi Clara biasanya selalu memakai uangnya sendiri untuk membeli kebutuhan sehari-hari.
Jadi kartu anaknya tidak terpakai sama sekali.
Bahkan, karena cintanya pada Erwin, setiap berbelanja, dan melihat baju, sepatu kancing manset, dasi, dan sebagainya dia selalu tidak tahan dan membelinya.
Sementara dirinya sendiri karena pekerjaannya pengeluarannya tidaklah tinggi apalagi dia sangat menyayangi suami dan anaknya ingin memberikan yang terbaik untuk mereka jadi, biaya hidup yang diberikan Erwin, sebagian besar dipakai untuk membeli barang suami dan anaknya.
Oleh karena itu, sisa uang di dalam kartu itu harusnya sudah tidak banyak lagi.
Tapi, dalam satu tahun ini karena anaknya ikut ke negara Lavin bersama Erwin, dia jadi jarang membeli barang untuk mereka.
Jadi dalam kartu ini masih ada sisa 6 jutaan.
Uang segitu bukanlah apa-apa lagi bagi Erwin, tapi baginya itu bukan uang kecil.
Karena itu memang miliknya, Clara tidak segan lagi dia langsung mengambil uang itu.
Kemudian, dia meninggalkan kartu itu dan pergi sambil menarik kopernya sama sekali tidak menoleh lagi.
Dia punya sebuah rumah di dekat perusahaan tempatnya bekerja.
Memang tidak besar, lebih dari 100 meter persegi.
cepat2lah clara pergi jauh2 dari kedua manusia tdk tau diri itu..
keberadaannya tidak dianggap sama suami dan anakmu....