MENIKAHI TUAN MUDA ARROGANT

Hari-hari di lewati Ziva dengan bahagia. Hubungannya bersama Sean semakin mesra saja. Ziva semakin mencintai suaminya itu. Begitu juga dengan Sean. Dia sudah benar-benar jatuh cinta pada istri mudanya itu.

Sean masih belum memberitahu Ziva perihal Eve dan Angel. Rasanya dia tidak sanggup untuk berkata jujur. Sean takut jika Ziva akan lari darinya.

Sean mengalami di lema yang berat. Di satu sisi ada Eve dan di satu sisi lagi ada Ziva. Keduanya sama-sama di cintai oleh Sean. Dia juga tidak bertindak adil pada istri-istrinya itu. Sean lebih banyak menghabiskan waktu bersama Ziva.

Saat ini Ziva tengah berjalan menuju kamar yang sejak kemarin membuatnya sangat penasaran. Kamar yang bertuliskan My Room itu terkunci dengan rapat.

Rasa ingin tahu di dalam hatinya terus saja bergejolak. Ziva menatap pintu kamar itu. Dia mencoba untuk membuka kembali. Tapi sayang, pintu itu terkunci rapat.

"Apa sih isinya?" gumam Ziva.

Ziva berlalu dari depan kamar itu. Dia harus mencari Desy si kepala pelayan itu. Dari kemarin Ziva tidak sempat untuk meminta kunci darinya. Selalu saja ada hal yang membuat Ziva terlupa akan kamar itu.

Ziva menghampiri Desy yang tengah memberi arahan kepada pelayan lainnya. Dia menepuk pundak Desy. " Desy ... aku mau pinjam kunci kamar yang kamu pegang?"

"Buat apa?" tanya Desy.

"Apa kamu masih bertanya kepada majikanmu?" ucap Ziva tegas.

Desy menunduk hormat. Dia sudah terbiasa bicara dengan Ziva sebagai sesama pelayan. Ziva sengaja berbicara seperti itu karna malas untuk berdebat lagi dengan Desy.

Desy memberikan kunci kamar itu kepada Ziva. "Ini Nyonya, kuncinya!"

Ziva mengambil kunci itu dari tangan Desy. "Terima kasih ... nanti akan aku kembalikan. Kamu lanjutkan lagi saja pekerjaan kamu."

Desy menunduk hormat. "Baik, Nyonya!"

Ziva pergi meninggalkan Desy menuju kamar misterius itu. Desy berdecak kesal kepada Ziva. Dia sangat iri pada nasib beruntung yang di miliki oleh mantan bawahannya itu.

Ziva mencocokkan satu-persatu kunci ke pintu berlapis emas itu. Begitu ada banyak kunci yang di pegang Ziva. Karna memang di rumah Sean begitu banyak kamar.

Pintu terbuka saat salah satu kunci cocok dengan pintu itu. Langsung saja Ziva masuk ke dalam. Tidak lupa dia menutup pintu kamar agar tidak ada yang menganggu dirinya.

Ziva melihat sekeliling kamar yang sangat luas dan rapi itu. Seperti sebuah kamar yang sudah tidak di tempati tetapi setiap hari selalu di bersihkan.

Ziva menuju ranjang tidur. Di atas meja lampu terdapat foto Sean. Ziva mengusap foto itu. Dia lalu menuju lemari pakaian. Ziva membuka lemari itu. Terdapat pakaian wanita di dalam lemari.

"Pakaian siapa ini?" gumam Ziva.

Ziva kembali melihat-lihat isi kamar itu. Hingga Ziva menemukan sebuah album foto. Dia mengambilnya dan duduk kembali di ranjang kasur.

Ziva membuka album foto itu. Foto pertama adalah foto-foto Sean saat kuliah. Ada juga Eve di sana. Lembar-perlembar Ziva lihat. Dia kaget, matanya membulat melihat foto-foto kemesraan Sean dengan Eve.

Ziva lebih kaget lagi saat melihat foto pernikahan Sean dan Eve. Pernikahan itu di selenggarakan di rumah yang Ziva tempati sekarang. Ziva menutup mulutnya. Dia menahan air mata yang akan jatuh dari pelupuk matanya.

Ziva kembali membuka album foto itu. Foto Eve tengah hamil dan melahirkan. Di foto itu Sean tampak sangat bahagia. Ziva mendelik ternyata Angel adalah anak Sean dan Eve.

Ziva melihat foto-foto saat Angel merayakan hari jadinya. Ziva menutup album foto itu. Dia membuka laci meja. Di laci itu terdapat foto pernikahan Sean dengan Eve.

Ziva menahan sesak di dadanya. Hatinya begitu perih mengetahui kenyataan ini. Ziva merasa dia sudah merenggut kebahagian wanita lain. Apa lagi wanita itu sudah memiliki anak.

"Apa yang telah aku lakukan. Aku sungguh tidak bermaksud untuk merusak kebahagian Eve. Pantas saja Eve tiba-tiba datang ke rumah untuk makan malam. Ternyata Mereka semua sudah tahu. Mereka telah menipuku," lirih Ziva.

Ziva mengigit bibirnya agar tidak menangis. Dia menarik napas panjang dan mengembuskannya. Dia akan meminta penjelasan pada Sean akan hal ini.

Ziva keluar dari kamar itu. Dia kembali ke kamar tidurnya. Di sana dia akan menunggu kepulangan Sean dari kantor. Ziva mengepal geram akan semua ini. Dia sudah bertekad untuk meminta cerai pada suaminya.

Ziva tidak ingin menjadi perebut suami orang. Andai Ziva tahu semuanya, sudah pasti dia tidak akan sudi untuk menikah dengan Sean. Ziva akan mengubur perasaan cintanya pada Sean saat itu juga.

Mobil Sean sampai di rumah. Jimi segera membukakan Sean pintu mobil. Sean masuk ke dalam rumah dengan Jimi di belakangnya. Sean langsung menaiki anak tangga. Lalu Jimi langsung menuju kamar tidurnya.

Sean membuka pintu kamar. Dia tersenyum melihat Ziva yang tengah berdiri menatap pemandangan luar. Sean meletakan tas kantornya di atas sofa kamar.

Sean melingkarkan tangannya di pinggang Ziva. Dia juga mengecup leher istrinya itu. Rasa lelahnya hilang seketika setelah menghirup aroma dari tubuh Ziva.

"Aku ingin kita bercerai," ucap Ziva.

Sean terlonjak kaget mendengar ucapan Ziva. Dia membalikan tubuh Ziva agar menghadap padanya. "Apa maksudmu?" Kening Sean berkerut tidak mengerti. "Kamu sadar, akan apa yang telah bibirmu ucapkan?"

Ziva mendorong tubuh Sean agar menjauh darinya. Sean mundur ke belakang. Dia heran melihat tatapan tajam dari Ziva. Sean meraih wajah Ziva.

"Sayang ... kamu kenapa?" tanya Sean.

Ziva melepas tangan Sean dari pipinya. Ziva melayangkan tangannya di pipi Sean.

Plaakk ... !

Ziva menampar pipi Sean. Tentu saja Sean sangat kaget akan hal itu. Sean sudah sangat geram akan hal ini. Sudah dua kali Ziva menampar pipinya.

"Kamu itu kenapa sih?" bentak Sean.

"Dasar penipu!" Ziva menunjuk wajah Sean. "Tega kamu menjebakku ke dalam pernikahan ini. Kamu sudah menikah tetapi masih menikah denganku. Kamu membuatku menjadi wanita perebut suami orang," hardik Ziva.

Sean begitu kaget akan hal itu. Ziva sudah mengetahui rahasianya selama ini. Sebuah rahasia besar yang takut Sean ungkapkan. Tapi kini Ziva sudah tahu semuanya. Tidak ada lagi yang harus di sembunyikan oleh Sean.

"S-sayang ... maafkan aku. Sebenarnya aku ingin memberitahu kamu. Aku hanya perlu waktu untuk menjelaskannya padamu," tutur Sean.

"Cukup ... teganya kamu Sean. Kamu membuatku terjebak di dalam pernikahan ini. Aku bermesraan denganmu di depan istrimu yang lain. Apa kamu tidak memikirkan perasaannya," ucap Ziva dengan nada meninggi.

Sean menangkup kedua tangannya. "Ziva ... aku mohon. Dengarkan aku dulu. Aku akan jelaskan padamu semuanya."

Ziva mengeleng. "Tidak ... tidak ada yang perlu kamu jelaskan. Aku ingin mengakhiri hubungan ini. Aku ingin kita bercerai."

Mendengar itu Sean berkilat marah. Dia mencengkram lengan tangan Ziva. "Kamu bilang cerai, mimpi saja kamu!" bentak Sean.

Ziva berusaha melepas tangan suaminya. Sean mendorong tubuh Ziva ke dinding. Dia menjepit kedua pipi Ziva. "Kamu istriku, kamu juga milikku. Sampai kapan pun akan selalu begitu."

Sean mendaratkan bibirnya ke bibir Ziva. Dia mencium rakus istrinya itu. Ziva tidak tinggal diam. Dia meng*git bibir Sean hingga terluka. Sean mencekik leher Ziva secara spontan.

"Kau satu-satunya wanita yang berani denganku. Kamu harus mendapat hukuman untuk ini," ucap Sean marah.

Sean membawa Ziva keluar dari kamar. Dia membawa Ziva menuruni anak tangga. Semua pelayan melihat Ziva yang di seret oleh Sean. Tidak ada yang berani untuk menolong Ziva. Semua sangat takut pada Sean.

Sean membawa Ziva ke ruang bawah tanah. Di sana ada sebuah kamar kecil. Sean membuka kamar itu. Dia melempar Ziva ke atas ranjang kasur.

"Diam di situ!" bentak Sean.

Sean menunjuk wajah Ziva. "Kamu akan tinggal disini. Kamu bersihkan, pikiranmu dari kata-kata perceraian. Sampai kapan pun, kita tidak akan berpisah."

Sean menutup pintu dan menguncinya. Dia membiarkan Ziva berada di dalam sana. Sean menuju ruang kerjanya. Dia akan melihat CCTV untuk mengetahui, aktifitas yang di lakukan Ziva hari ini.

TBC

Dukung Author dengan vote, like dan juga koment.