NovelToon NovelToon
Cinta Beda Alam : Ternyata Istriku Jin

Cinta Beda Alam : Ternyata Istriku Jin

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Cinta Beda Dunia / Cinta Terlarang / Mata Batin / Romansa / Reinkarnasi
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Dri Andri

Bagaimana jika wanita yang kau nikahi... ternyata bukan manusia?
Arsyan Jalendra, pemuda miskin berusia 25 tahun, tidak pernah menyangka bahwa pertemuannya dengan Wulan Sari—wanita cantik misterius yang menolongnya saat nyaris tenggelam di sungai—adalah awal dari takdir yang akan mengubah dua alam.
Wulan sempurna di mata Arsyan: cantik, lembut, berbakti. Tapi ada yang aneh:
Tubuhnya dingin seperti es bahkan di siang terik
Tidak punya bayangan saat terkena matahari
Matanya berubah jadi keemasan setiap malam
Aroma kenanga selalu mengikutinya
Saat Arsyan melamar dan menikahi Wulan, ia tidak tahu bahwa Wulan adalah putri dari Kerajaan Cahaya Rembulan—seorang jin putih yang turun ke dunia manusia karena jatuh cinta pada Arsyan yang pernah menyelamatkan seekor ular putih (wujud asli Wulan) bertahun lalu.
Cinta mereka indah... hingga rahasia terbongkar.
Ratu Kirana, ibunda Wulan, murka besar dan menurunkan "Kutukan 1000 Hari"—setiap hari Arsyan bersama Wulan, nyawanya terkuras hingga mati

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dri Andri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 25: Mimpi Buruk Wulan

Wulan nggak kuat.

Nggak kuat liat Arsyan kayak gitu—bengong sendirian, nangis diam-diam, manggil-manggil namanya sambil nyari ke setiap sudut rumah. Suaranya parau, putus asa—"Wulan... kamu di mana... kumohon... jangan tinggalin aku..."—dan setiap kata itu kayak tusuk pisau di dada Wulan.

Dia pikir dia bisa. Dia pikir dengan ngilang, dengan jaga jarak, Arsyan bakal... entahlah, bakal lebih baik. Tapi ternyata nggak. Malah makin hancur.

Dan Wulan... Wulan juga nggak bisa.

Nggak bisa jauh dari Arsyan.

Tubuhnya sakit setiap kali dia coba menjauh—sakit yang aneh, kayak ada yang narik-narik dari dalam, kayak jiwanya diseret paksa balik ke Arsyan. Mungkin ini efek ikatan pernikahan mereka. Atau mungkin... ini cuma karena dia terlalu cinta.

Sore itu, Wulan akhirnya muncul lagi.

Muncul di dapur—pelan-pelan—wujudnya solid, bisa disentuh, bisa dilihat.

Arsyan lagi duduk di kursi ruang tamu—punggung bungkuk, kepala ditahan dua tangan, napas berat. Keliatan capek banget. Lelah. Patah.

Wulan berdiri di ambang pintu dapur—menatap punggung suaminya—bibir gemetar.

"Mas..."

Arsyan langsung kaku. Punggungnya menegang. Napas tertahan.

Pelan-pelan dia noleh—mata melebar—nggak percaya.

"Wulan...?"

Wulan tersenyum tipis—meskipun matanya udah berkaca-kaca. "Iya, Mas. Aku... aku pulang."

Arsyan berdiri cepat—terlalu cepat—sampe kakinya sempoyongan, nyaris jatuh. Tapi dia nggak peduli. Dia jalan cepat ke Wulan—tangan terangkat mau peluk—

—tapi Wulan mundur.

"Jangan... jangan sentuh aku dulu, Mas."

Arsyan berhenti—tangan masih terangkat di udara—menatap Wulan dengan tatapan... terluka. Bingung.

"Kenapa? Kenapa aku nggak boleh sentuh kamu? Kamu... kamu pergi tiga hari, Wulan. Tiga hari aku nyari kamu kemana-mana. Tiga hari aku... aku pikir kamu ninggalin aku..."

"Aku nggak ninggalin Mas. Aku... aku cuma..." Wulan nggak tau harus jelasin gimana. Gimana cara bilang—aku takut membunuhmu kalau aku terlalu deket—tanpa bikin dia panik lebih parah?

"Cuma apa?!"

"Aku... aku butuh waktu sendiri, Mas. Maafin aku."

Arsyan diam lama—menatap Wulan—lalu dia duduk lemas di lantai. Tangannya nutup muka. Pundaknya bergetar.

Dia nangis.

Nangis diam-diam—tapi kedengeran. Isak-isakan pelan yang bikin dada Wulan serasa diremas.

"Aku kira... aku kira kamu udah nggak cinta aku lagi..." bisiknya parau.

"Nggak, Mas. Jangan bilang begitu. Aku... aku sangat cinta Mas."

"Terus kenapa kamu pergi?! Kenapa kamu nggak bilang apa-apa?! Kamu tau nggak... aku hampir gila nyari kamu..."

Wulan akhirnya nggak kuat—dia jongkok di depan Arsyan, pegang tangannya yang masih nutupin muka.

Dan begitu kulit mereka bersentuhan—Wulan ngerasain sesuatu.

Dingin.

Dingin yang aneh—kayak energi disedot dari tubuh Arsyan—mengalir ke tubuhnya—dan dia langsung inget kata-kata Kyai Hasan.

"Setiap sentuhan... membunuhnya perlahan."

Wulan langsung lepas—cepet—mundur beberapa langkah.

Arsyan dongak—mata merah, basah. "Kenapa? Kenapa kamu lepas?"

"Maafin aku, Mas. Aku... aku nggak bisa jelasin sekarang. Tapi... percaya sama aku. Ini demi kebaikan Mas."

"Kebaikan apa?! Aku nggak ngerti apa-apa, Wulan! Aku cuma tau... istriku tiba-tiba jadi dingin, tiba-tiba hilang, tiba-tiba nggak mau disentuh! Apa... apa aku salah? Apa aku kurang baik? Apa—"

"BUKAN MAS YANG SALAH!" Wulan berteriak—air matanya jatuh deras. "Bukan Mas... tapi aku. Aku yang... aku yang bawa masalah. Aku yang... yang bikin Mas jadi kayak gini..."

Hening.

Cuma suara isak tangis mereka berdua.

Lalu Wulan berdiri—ngusap air mata kasar. "Aku... aku masak dulu. Mas pasti belum makan."

Dan dia masuk dapur—ninggalin Arsyan yang masih duduk di lantai—bingung, sakit hati, tapi... lega. Setidaknya Wulan balik. Setidaknya... dia masih di sini.

Malam itu, mereka tidur di kasur yang sama—tapi dengan jarak.

Jarak yang cukup jauh. Wulan di ujung kiri, Arsyan di ujung kanan. Nggak ada pelukan. Nggak ada sentuhan.

Arsyan merem—nyoba tidur—tapi hatinya masih sakit. Masih bingung.

Wulan juga merem—tapi pikirannya berantakan.

Aku nggak bisa jauh dari dia. Tapi kalau aku deket... aku akan membunuhnya. Terus... terus aku harus gimana?

Dia akhirnya ketiduran—capek setelah tiga hari menghilang.

Tapi tidurnya... nggak tenang.

Dia bermimpi.

Mimpi buruk.

Dalam mimpi—Wulan liat dirinya sendiri duduk di ruang tamu. Arsyan ada di pelukannya—tapi tubuhnya dingin. Kaku. Nggak bergerak.

"Mas... Mas, bangun..." bisik Wulan dalam mimpi—guncang-guncang tubuh Arsyan.

Tapi Arsyan nggak bangun.

Matanya terbuka—tapi kosong. Nggak ada cahaya. Bibir membiru. Wajah pucat pasi.

"MAS! MAS, KUMOHON, BANGUN!" Wulan berteriak—air matanya jatuh—peluk Arsyan lebih erat.

Tapi tubuh Arsyan makin dingin. Makin kaku.

Lalu—tiba-tiba—ada suara.

Suara Ratu Kirana.

"Inilah akibatnya, Wulan. Ini yang terjadi kalau kamu tetap memilih dia."

Wulan noleh—liat Ratu Kirana berdiri di pintu—menatapnya dingin.

"IBUNDA, TOLONG! TOLONG SELAMATKAN DIA!" Wulan menjerit—suaranya pecah.

"Tidak. Ini pilihanmu. Dan ini... konsekuensinya."

Wulan menatap Arsyan lagi—dan tiba-tiba tubuh Arsyan jadi abu. Hancur pelan-pelan—lenyap dari pelukannya—ninggalin Wulan sendirian dengan tangan kosong.

"TIDAAAAK!"

Wulan terbangun dengan jeritan keras.

"TIDAAAAK!"

Tubuhnya duduk cepat—napas terengah-engah—keringat dingin membasahi seluruh tubuh—jantung berdebar nggak karuan.

Arsyan langsung bangun juga—kaget—langsung gerak ke sebelah Wulan meskipun masih setengah sadar.

"Wulan—Wulan, ada apa—"

Wulan masih napas cepat—tangan gemetar—mata membelalak penuh ketakutan.

Arsyan langsung peluk Wulan—peluk erat—nggak peduli Wulan bilang jangan sentuh—dia nggak peduli.

"Ssshhh... tenang... tenang... cuma mimpi. Cuma mimpi, Wulan."

Wulan nangis—nangis keras—tangan menggenggam baju Arsyan erat.

"Tapi... tapi rasanya nyata, Mas... rasanya... rasanya bener-bener terjadi..."

"Nggak. Itu cuma mimpi. Aku di sini. Aku masih hidup. Aku baik-baik aja."

Tapi Wulan tau—itu bukan cuma mimpi.

Itu... petunjuk. Peringatan. Bayangan masa depan.

Kalau dia tetap di sini—kalau dia tetap deket sama Arsyan—mimpi itu bakal jadi kenyataan.

Arsyan bakal mati di pelukannya.

Wulan peluk Arsyan balik—lebih erat—sambil bisik dalam hati:

Aku harus pergi. Aku harus pergi sebelum terlambat. Sebelum mimpi itu jadi nyata.

Tapi pas dia ngerasain kehangatan tubuh Arsyan—pas dia denger detak jantungnya yang masih berdetak—dia tau...

Tapi aku nggak bisa. Aku nggak tega. Aku... aku nggak bisa jauh dari dia.

Dan malam itu—mereka berpelukan sampai pagi—meskipun Wulan tau setiap detik pelukan ini... mempercepat kematian Arsyan.

Tapi dia... nggak bisa lepas.

Karena ini mungkin... pelukan terakhir mereka.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!