Awalnya pura-pura, lama-lama jadi cinta. Aku, Renata Priyanka, menghadapi kenyataan hidup yang tidak terduga setelah calon suamiku memutuskan hubungan satu minggu sebelum pernikahan.
Untuk memperbaiki nama baik keluarga, kakek mengatur pernikahanku dengan keluarga Allegra, yaitu Gelio Allegra yang merupakan pria yang terkenal "gila". Aku harus beradaptasi dengan kehidupan baru dan konflik batin yang menghantui.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anak Balita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fokus Saja ke Istrimu!
7 April 2025, pagi hari di rumah utama Allegra.
Aku tidak ingat dengan apa yang terjadi setelah aku sempat sedikit sadar saat malam hari. Dan kini, aku terbangun saat hari sudah pagi, ku melirik Gelio yang masih tertidur pulas di sampingku.
Cahaya matahari yang merambat masuk melalui celah gorden di jendela, menyinari wajah Gelio yang terlihat sangat tampan saat ku lihat dari jarak yang cukup dekat.
Rambut berantakan, hidung mancung dan bulu matanya yang panjang itu membuatnya menjadi sangat lentik. Begitu cantik dan menawan. Tidak cukup hanya dengan memiliki pesona yang sempurna, bahkan saat tidur pun Gelio masih terlihat sangat tampan.
"Kenapa aku bisa menikah dengan pria ini?" kataku dalam hati.
Aku menatap wajah tampannya Gelio lekat-lekat, mengamati setiap sisi kesempurnaan nya. Tanpa kusadari, nurani ku tergerak dan perlahan aku merapikan helaian-helaian rambut yang menutupi matanya yang terpejam.
GREP! Gelio menangkap tanganku dengan cepat, aku pun terkejut melihat sorot matanya yang tajam menatap ke arahku.
"Apa yang kau lakukan?!" tanya nya.
Aku tertegun sejenak, hingga akhirnya aku tersadar jika aku sudah terciduk membelai rambutnya saat dia sedang tertidur. Aku kebingungan, entah alasan apa yang harus aku katakan kepadanya.
"A-anu itu, aku tidak melakukan apapun," kataku sambil menggelengkan kepala dengan pelan dan meyakinkan.
"Benarkah? Kamu tidak sedang melakukan sesuatu yang jahat kepadaku kan?"
"Tentu saja tidak! Memangnya sesuatu yang jahat seperti apa yang bisa ku lakukan kepada mu?" kataku mengelak.
Gelio terdiam sejenak, menepikan selimut, lalu berdiri sambil mengacak-acak rambutnya.
"Maaf, aku pasti sudah sangat mengejutkan mu," katanya.
"Ti-tidak masalah..." sahutku keheranan.
Gelio pun bergegas memasuki kamar mandi, melihat ekspresinya yang terlihat sangat tertekan dan banyak pikiran itu, membuatku merasa kebingungan. Sebenarnya apa yang sedang dia pikirkan hingga seperti itu?
...----------------...
Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya Gelio keluar dari kamar mandi dengan badan yang masih basah karena habis mandi.
"Oh kamu masih disini sayang? Kamu tidak mandi? Aku sudah selesai," kata Gelio yang berbicara seakan ada yang sedang dia sembunyikan.
"Gelio," panggilku.
Dia menoleh sambil tersenyum,
"Iya istriku? Ada apa?" tanya nya.
"Sebenarnya, apa yang telah terjadi saat kemarin kita makan malam di luar? Siapa mereka? Dan ada masalah apa dengan kita?"
"Mereka adalah gangster jalanan, tentu saja mereka berniat untuk merampok kita. Maafkan aku sayang, aku tidak cukup kuat untuk melindungi mu,"
"Kamu kira aku akan percaya begitu saja? Katakan padaku, sebenarnya apa pekerjaan mu?"
Setelah aku menanyakan itu, Gelio terdiam. Dia tidak menjawab pertanyaan ku, hal itu membuatku semakin penasaran dengan jawaban dari pertanyaan ku.
"Kenapa kamu diam?"
Aku berdiri, berjalan mendekati Gelio yang menyibukkan diri dengan ponselnya. Dia berani mengabaikan ku, hal itu tidak bisa dibiarkan begitu saja.
"Gelio, lihat aku!" aku menarik lengannya dan membuat dirinya menghadap ke arahku.
"Iya sayang?" tanya nya seakan-akan tidak pernah terjadi barusan.
"Kamu masih belum menjawab pertanyaan ku, jangan mengabaikan ku! Katakan, sebenarnya pekerjaan mu itu apa? Kenapa sampai melibatkan para gangster seperti itu? Katakan padaku Gelio!" aku tiba-tiba menjadi emosi dengan tingkah Gelio yang membuat ku kesal.
"Tunggu dulu sayang, aku lagi membalas pesan-"
GREP! TAK!
Aku merampas ponsel dari tangannya, lalu melemparnya ke kasur. Namun, reaksi yang Gelio berikan sangat lah tidak sesuai dengan dugaan ku.
"Regina!! Apa yang kau lakukan?!" teriak Gelio membentak ku.
Sontak jantungku menjadi terkesiap, aku sangat terkejut dengan Gelio yang tiba-tiba berteriak seperti itu. Aku mematung dan tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun.
Pria itu langsung mengambil ponselnya yang tergeletak di atas kasur, lalu pergi keluar kamar dalam keadaan marah. Aku tidak tahu apa aku sudah melakukan kesalahan yang sangat fatal hingga dia bereaksi berlebihan seperti itu?
Aku cuma mau mendengar jawaban dari pertanyaan ku, dan aku melempar ponselnya ke atas kasur, bukan di atas lantai. Apa kelembutan yang selama ini dia perlihatkan hanya di awalannya saja? Aku sangat takut.
...----------------...
7 April 2025, pagi hari di sebuah kafe yang sedang ramai.
Karena hari masih pagi, banyak pengunjung datang ke kafe untuk membeli kopi hangat dan menikmati pagi mereka sebelum memulai awal Senin yang sibuk.
Feriska, model sekaligus aktris kota yang sangat cantik itu juga sedang berada di kafe tersebut. Dia sengaja memilih meja di dekat dinding kaca tepi jalan, karena itu adalah tempat yang sangat strategis, banyak orang yang bisa melihat posisi itu dari arah manapun.
Sepuluh menit telah berlalu, wanita itu masih belum melepas kacamata hitam dan juga maskernya. Sepertinya dia sedang menunggu seseorang, kopi hangat yang dari tadi dia pesan, kini sudah dingin dan tak hangat lagi.
Hingga tak lama kemudian, orang yang ditunggu pun hadir. Orang itu tak lain dan tak bukan adalah Gelio. Mengetahui Gelio sudah datang memenuhi panggilannya, Feriska memesan kopi hangat untuk yang kedua kalinya.
"Tuan Gelio! Di sebelah sini!" Feriska melambaikan tangannya, memanggil Gelio yang terlihat kebingungan menemukan keberadaan dirinya diantara banyaknya pengunjung yang datang.
"Duduk lah dengan nyaman!"
"Langsung saja ke intinya, kenapa kamu memanggilku ke tempat ramai seperti ini di pagi hari?" tanya Gelio yang langsung to the point.
"Benar, saya akan langsung berbicara ke intinya."
"Katakan!"
"Mari kita putus!"
"Apa maksud mu?"
"Mari kita akhiri hubungan tanpa kepastian ini."
"Ku tanya apa maksud mu mengatakan hal itu?!"
"Apa anda masih tidak mengerti?! Anda sudah menikah, tapi anda masih ingin melanjutkan hubungan dengan saya?! Apa anda tidak berfikir? Bagaimana perasaan istri anda dan bagaimana perasaan saya? Jangan egois! Tidak semua orang mau diperlakukan seenaknya seperti itu! Jadi, mari kita selesai dan fokus saja kepada istri anda yang sekarang oke?"
"Permisi! Ini coklat karamel pesanan anda! Masih panas, silahkan dinikmati!" kata seorang waitress yang datang di tengah ketegangan mereka berdua.
"Terimakasih," kata Feriska kepada si waitress, lalu kembali menatap ke arah Gelio yang masih tidak berpaling darinya.
"Aku tidak mau," kata Gelio menggenggam tangan Feriska dengan pelan.
TAK! Feriska menepisnya dengan kasar.
"Anda tidak mau berpisah dengan saya, saya tidak mau bersama dengan anda. Jadi, sudah cukup dan terima saja! Jangan pernah datang ke rumah saya tiba-tiba seperti waktu malam pengantin anda kemarin! Saya akan mengganti password pintu rumah saya setiap hari, kalau perlu saya akan mengganti nya setiap detik, jangan harap anda bisa membukanya! Itu saja yang ingin saya sampaikan, silahkan kembali dan terimakasih sudah datang!"
"2 kali lipat!"
"Apa?"
"Aku akan menaikkan jumlah sponsor yang ku berikan kepadamu sebanyak dua kali lipat! Tidak, tiga kali lipat! Jadi tolong tarik kembali kata-kata mu tadi!" Gelio bersikeras tidak ingin melepaskan Feriska dari genggamannya.
Mendengar hal itu, Feriska memuncak. Pupil matanya melebar, bibirnya gemetar, tangan yang awalnya dia lipat di depan dada, kini bergerak mengambil gelas yang berisi coklat panas di depannya dan
CRASHH!!!
"Oh tidak! Apa yang terjadi?! Wanita itu menuangkan coklat panas ke pria itu!"
Semua orang yang ada disana menjadi heboh melihat kejadian yang baru saja terjadi kepada Gelio. Feriska menyiram Gelio dengan coklat panas, tidak cukup sampai disitu, Feriska masih melanjutkan aksinya untuk meluapkan kekesalannya kepada Gelio, si pria bajingan.
PLAK!
Tamparan keras mendarat di pipi Gelio, hingga pipi itu pun berubah menjadi merah seperti tomat sebelah. Semuanya melongo, tidak percaya, dan tidak tahu masalah apa yang terjadi diantara keduanya, sehingga membuat Gelio sampai menerima kesadisan itu dari wanita di depannya.
"Sudah cukup anda menggunakan saya sesuka hati anda! Sekarang saya tidak ingin menjadi orang ketiga dan menyakiti hati wanita lain, lagipula anda tidak pernah melirik saya dengan ketulusan! Saya ini manusia! Bukan boneka! Berikan saja tawaran murahan itu kepada orang lain, tanpa anda pun saya bisa berdiri sendiri! Saya punya kemampuan dan saya percaya diri akan hal itu!" Feriska berteriak mencaci maki Gelio dihadapan semua orang.
Gelio hanya bisa diam ditengah ramainya orang yang mengelilingi mereka. Mon Dain yang berada di luar juga hanya bisa terdiam melihat tuannya berada di posisi yang memalukan.