Umar yang menikahi sekarang gadis karena insiden yang dialami keduanya, kisah cinta rumit keduanya karena ternyata sang Istri memiliki orang yang dia cintai
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masuk Rumah Sakit
Mendengar ucapan Shofiyah keringat dingin Aisyah kembali menetes. dan kini dia kembali menangis memohon ampun agar mereka semua tak memberitahu ayahnya atas perbuatan yang dia dan kawan-kawan nya lakukan pada Aryan dan Arjun.
Dia teringat bagaimana mereka dirinya dan teman-temannya merencanakan untuk menjebak keduanya.
"Bagaimana Bro sudah siap semua??
"Sudah siap kita akan melakukannya besok, dan loh Aisyah jangan lupa tugasmu, dan pastikan semuanya berjalan lancar".
"Tapi itu tidak keterlaluan kah??, dia tidak tahu apapun tentang hal ini". Tanyanya Ragu.
"Ala, dia itu hanya laki-laki sombong yang sok, jika bukan karena dia anak keluarga Ahmad kolongmerat Sulawesi Selatan, dia bukan apa-apa". Sungut teman lelaki mereka itu dengan penuh kebencian
"Sudahlah Aisyah, lakukan dengan benar, semua sudah siap, awas saja jika gagal akan ku buat perhitungan denganmu, lagian kau menyukainya kan, itu salah satu caranya".
"Baiklah". Aisyah Pasrah walau dia sangat ragu
Dia tersentak dari lamunannya akan tindakannya menjebak Aryan saat ada yang menepuk tangannya. Dia menoleh ternyata ayahnya berada di sampingnya tanpa dia sadari.
"Kamu kenapa nangis nak?? Tanya sang ayah dengan khawatir.
Belum Aisyah menjawab suara keributan terdengar dari luar ruangan. banyak suara sumbang terdengar mendekati mereka. Saat mereka berada didepan pintu dan membukanya semua mata mengalihkan pandangannya pada pintu yang terbuka.
Aisyah langsung pucat melihat teman-teman lelakinya yang pucat dan penuh lebam penuh luka bahkan ada yang robek pelipisnya, dia meringis melihat nasib mereka, tidak jauh berbeda dengan teman perempuannya Tania yang menjebak Arjun.
"Permisi pak Umar, kami datang memenuhi panggilan anda dan kami sudah memberikan anak kami semua pelajaran". Ucap Raditya mendorong kasar anaknya hingga tersungkur pas dibawah kaki Umar yang sedang berdiri melipat tangan memandang mereka yang datang.
"Kami juga pak Umar". Ucap ketiga orang parubaya itu mendorong bersamaan anak-anak mereka sehingga tersungkur dan saling bertubrukan.
"Silahkan duduk bapak-bapak sekalian". Ucap Umar dengan sopan kepada mereka sambil tersenyum tipis.
"Baiklah pak, terima kasih". keempat orangtua sepantaran ayahnya itu duduk bersebelahan dengan ayah Aisyah.
Sedangkan pak Dahlan sejak tadi bingung, mengapa semua ini terjadi,
"Maaf na Umar, ini ada apa sebenarnya kok semua orang ini datang kesini, dan bukankah keempat anak itu adalah teman-teman Aisyah?? Tanyanya dengan penasaran.
"Ya itu benar paman, nanti akan saya jelaskan setelah mendengar penjelasan mereka terlebih dahulu, bolehkan?? Tanya Umar dengan sopan.
"Baiklah nak Umar". Ucap apak Dahlan pasrah padahal dia sangat penasaran.
"Baiklah bapak-bapak, Apakah keempat anak kalian semua mengaku perbuatan yang mereka lakukan?? ". Tanya Umar menatap keempat paruh baya dihadapannya ini.
"Benar nak Umar, kami sampai ingin membunuh mereka, andai mereka bukan putra dan putri kami, mereka sudah lenyap dari muka bumi, mereka sudah mempermalukan dan menginjak harga diri keluarga dengan perbuatan mereka". Ucap Adam sangat geram.
"Saya juga Malu pak Umar, putri saya seperti gadis murahan menyerahkan dirinya begitu saja pada laki-laki malah dia sengaja menjebaknya untuk ditiduri, andai membunuh orang tidak berdosa, saya lebih memilih tidak punya anak perempuan jika kelakuannya seperti itu". Ucap Rahman dengan tangis.
"Maaf bapak-bapak ini perbuatan seperti apa, saya sejak tadi tidak mengerti". Ucap Pak Dahlan dengan perasaan mulai tidak enak, jangan bilang anaknya juga melakukan hal memalukan seperti yang teman-teman nya lakukan.
"Apa pak Dahlan tidak tahu apa yang mereka dan putri anda lakukan pada Aryan dan Arjun adik dari pak Umar?? Tanya Pak adam memandang aneh ke arahnya.
"Perbuatan apa sih pak, sejak tadi kalian semua bertele-tele, tolong beritahukan aku apa sebenarnya yang dilakukan mereka dan putriku pada kedua adik nak Umar itu". Tanyanya sedikit ngegas.
"Silahkan jelaskan sendiri pada ayahmu Aisyah agar mereka dirinya mengerti".
Pak Dahlan langsung mengalihkan pandangannya kepada sang anak begitu mendengar perkataan Umar itu.
"Jawab nak, apa yang kau lakukan pada adik nak Umar". Ucap pak dahlan mendesak sang putri.
Bukan menjawab, Aisyah bersimpuh pada ayahnya sambil menangis histeris memeluk kaki ayahnya. Melihat itu perasaan nya mulai tidak enak, apa sebenarnya yang dilakukan putrinya itu smpai semua para orangtua mereka sebegitu murkanya.
Umar menghela nafas panjang dan memandang pak Dahlan yang kebingungan.
"Putri anda Aisyah bekerjasama dengan keempat temannya untuk menjebak kedua adik saya dengan membagikannya minuman peradangan syahwat dan dia menawarkan dirinya seperti yang dilakukan oleh temannya Tania". Ucap Umar dengan satu tarikan nafas.
Pak Dahlan mengerjapkan matanya mencerna perkataan Umar yang tidak masuk akal menurutnya.
"Itu tidak benar kan nak Umar, putri ku tidak mungkin melakukan tindakan tidak bermoral dan murahan seperti itu kan?? Tanyanya dengan menggelengkan kepalanya.
"Maaf pak, sayangnya itu benar adanya silahkan tanya putri anda". Umar menatap tajam pak Dahlan yang terkekeh sumbang.
"katakan yang dikatakan nak Umar itu tidak benar nak, kamu tidak melakukannya kan??? tanyanya dengan suara meninggi.
Aisyah semakin mwnangis memeluk kaki ayahnya seolah membenarkan perkataan Umar tentang perbuatannya.
"Jawab Aisyah, kamu punya mulut, jawab ayah". Teriaknya mengangkat tubuh sang anak dengan paksa karena sedari tadi anaknya tak berenti menangis tanpa menjawab pertanyaannya.
"Maaf ayah". Ucapnya disela-sela tangisannya.
"Yaa Allah". Pak Dahlan langsung oleng ke samping mendengar perkataan putrinya.
"Ayah". Teriak Aisyah semakin menangis melihat ayahnya jatuh sambil memegang dadanya, seperti nya jantungnya kumat.
Safwan sang sepupu dari pihak ayah Umar yang merupakan seorang dokter spesialis jantung pun segera menangani pak Dahlan karena sudah diberitahu oleh Umar sebelumnya.
"" Permisi mbak, saya periksa ayah anda dulu bisaka anda menyingkir terlebih dahulu, saya dan anda bukan mahram". Ucap Safwan dengan sopan.
Aisyah menunduk dan merasa sangat malu bahkan semua keluarga mereka memang tak mau bersentuhan dengan lawan jenis.
Setelah memeriksa, dia menatap mereka semua, "Dia harus dibawah kerumah sakit kak Umar, Khola, Om". Ucapnya dengan wajah serius.
"Aryan dan Arjun bawah tuan Dahlan kerumah sakit sekarang dan nak Safwan tolong temani adek-adek kamu yah". Ucao Shofiyah dengan lembut.
"Iya Khola". Ucap Safwan dengan sopan".
Ketiganya bergegas bergerak untuk mengangkat tubuh tuan Dahlan sedangkan kini Aisyah menatap mereka dengan tatapan memohon.
"Tolong izinkan saya pergi untuk mengurus ayah saya, saya akan menerima apapun konsekuensi yang saya dapatkan nantinya karena memang saya bersalah, saya minta maaf, saya pergi dulu, assalamualaikum". Ucap Aisyah mengambil tasnya kemudian mengikuti ketiga orang itu keluar dari rumah meninggalkan mereka semua
Mereka menyaksikan kepergian kelimanya dengan tatapan berbeda, entah apa yang terjadi dengan pak Dahlan
Kalau boleh kasih masukan dikit, Umar nyelamatin si wanita yang mau bundir di jembatan atau dimana lah. Si wanita depresi karena cowoknya. Karena kasihan dan ingin mengayomi takut kejadian terulang, Umar ngelamar wanita itu. Nah.. di situ tuh.. baru jalan cerita lika-liku ketulusan Umar menyadarkan isterinya sembari mencoba meraih hatinya. Maaf ya mbak, aku sok-sokan ngasih saran segala. Moga sehat dan sukse selalu. Semangat!