Dalam dunia yang koyak oleh perang berkepanjangan, dua jiwa bertolak belakang dipertemukan oleh nasib.
Yoha adalah bayangan yang berjalan di antara api dan peluru-seorang prajurit yang kehilangan banyak hal, namun tetap berdiri karena dunia belum memberi ruang untuk jatuh. Ia membunuh bukan karena ia ingin, melainkan karena tidak ada jalan lain untuk melindungi apa yang tersisa.
Lena adalah tangan yang menolak membiarkan kematian menang. Sebagai dokter, ia merajut harapan dari serpihan luka dan darah, meyakini bahwa setiap nyawa pantas untuk diselamatkan-bahkan mereka yang sudah dianggap hilang.
Ketika takdir mempertemukan mereka, bukan cinta yang pertama kali lahir, melainkan konflik. Sebab bagaimana mungkin seorang penyembuh dan seorang pembunuh bisa memahami arti yang sama dari "perdamaian"?
Namun dunia ini tidak hitam putih. Dan kadang, luka terdalam hanya bisa dimengerti oleh mereka yang juga terluka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr_Dream111, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Serangan udara Ventbert
Kami sampai di Ventbert pukul 3 pagi. Kereta malam ini lebih cepat dari sebelumnya karena memang tujuannya hanya ke ibukota tidak seperti kereta lain yang masih berhenti di beberapa stasiun.
Benar saja, ketika kami baru keluar dari stasiun, dengan jelas kudengar suara sirine meraung-ruang.
Aku langsung menggendong Lena dan berlari menuju rumah paman dan bibi secepat mungkin. Aku tidak menghiraukan lagi apa yang Lena katakan karena situasi sudah sangat darurat.
Sampai di rumah mereka, aku menemukan paman dan bibi sedang bersembunyi di balik meja. Tanpa pikir panjang mereka segera kubawa ke rumahku karena di rumahku ada bunker kecil yang bisa digunakan untuk sembunyi.
***
" Apa yang terjadi Yoha? Mengapa kamu mengurung kami? " Tanya bibi.
" Varaya melakukan serangan udara ke sini! Bibi, paman, Lena aku ingin kalian tetap di sini dan jangan kemana-mana sampai aku kembali! "
" Ta- " Belum sempat bibi bicara, langsung kututup pintu bunker.
Setelah itu, aku berlari ke gudang senjata di pos distrik. Kulihat bagaimana kepanikan para penduduk walaupun sudah diarahkan ke jalur evakuasi. Tapi tetap saja siapa yang tidak panik ketika mereka sedang enak-enak tidur justru didatangi mimpi buruk begini.
Sementara para prajurit dan polisi mulai mempersiapkan senjata. Begitu juga denganku, aku memeriksa belati dan membongkar senapan yang baru saja kuambil dari gudang. Alasan kubongkar agar tidak ada peluru macet mengingat senjata di gudang nyaris tidak pernah di cek semua.
37 ribu tentara dan 5 ribu polisi bersiap di posisi mereka masing-masing. Mulai di benteng, menara, parit, dan beberapa titik. Meriam-meriam anti udara yang baru beberaapa bulan selesai di produksi dan sebagian beli dari Aklux terpasang di titik-titik vital seluruh distrik.
***
1 jam berlalu dan Ventbert sudah sunyi bagaikan kota hantu. Para penduduk sudah di evakuasi. Tidak sedikit yang masih keras kepala bertahan karena takut harta benda mereka hilang. Selain itu juga ada banyak penduduk memilih bersembunyi di kanal bawah tanah atau bunker yang mereka buat.
Suasana hening dan mencekam dengan suara sirine yang terus berbunyi membuat adrenalinku naik. Tak lama, aku melihat banyak sekali balon udara raksasa bermunculan dari ufuk timur. Suara baku tembak disertai ledakaan bom mulai kudengar dan lihat dari pasukan di atas bukit.
Ketika jarak armada udara Varaya mulai dekat, lampu-lampu raksasa pasukan kami mulai menyorot ke langit. Seruan demi seruan kudengar dan itu semakin mengobarkan semangatku. Meriam-meriam anti udara mulai berbunyi dan aku bersama prajurit lain menembak tanpa tau peluru kami dapat mencapai balon itu atau tidak.
Kami dikejutkan ketika dari balon itu bnayak para prajurit Varaya yang terjun dengan parasut. Aku sudah mendengar tentang pasukan penerjun payung mereka dan kini melihat sendiri.
Aku mengalihkan fokusku menghadapi serangan di darat. Saling balas tembakan mulai kulalui dan sudah 3 orang tumbang karena tembakanku. Ditengah rentetan peluru dan hujan bom, aku dan para prajurit lain berjuang mati-matian mempertahankan kota. Teriakan, tangisan, seru semangat bahkan ketakutan silih berganti kudengar. Sepanjang langkahku untuk bertempur mayat-mayat berlimpangan di kanan dan kiri.
Banyak rumah yang hancur dan terbakar karena bom dan tabrakan dari kapal terbang musuh yang jatuh. Ventbert terutama distrik pusat benar-benar menjadi lautan api. Asap mengepul di mana-mana sehingga kami tidak bisa membedakan mana kawan dan lawan.
Baku tembak semakin sengit ketika ada gelombang kedua pasukan udara musuh dengan penerjun payung baru yang berdatangan lagi. Kami dibuat bertahan mati-matian menghadapi serangan frontal pasukan penerjun payung mereka. Pasukan itu seperti tak takut mati bahkan ada yang sudah kutembak berkali-kali tapi masih nekat mengangkat senjata.
Tak lama kami di kejutkan suara gemuruh di langit dan sedetik kemudian 3 ledakan dahsyat menghantam bangunan di sekitarku.
" Benda apa itu..?! " Teriak seorang prajurit di smapingku.
" Sejak kapan mereka punya burung besi? " Sahur prajurit lain.
Untuk pertama kali seumur hidup, aku melihat kendaraan aneh. Varaya memiliki senjata burung besi yang bisa terbang dengan kecepatan tinggi dan membawa bom
Banyak prajurit ketakutan terutama para polisi. Ya, banyak dari mereka kabur karena memang mereka tidak pernah ikut berperang. Sementara prsjurit militer terus membersihkan beberapa tempat yang menjadi titik kumpul penerjun payung musuh.
Sedangkan di istana jelas sangat aman. Ada banyak senapan mesin dan meriam udara di benteng istana seingga membuat beberapa kapal terbang yang mau menyerang istana langsung jatuh. Hebatnya lagi, burung besi yang kulihat tadi terbakar dan menjauh setelah terkena tembakan meriam anti udara saat mau menyerang istana.
***
Fajar mulai menyingsing dari cakrawala timur dan balon-balon udara berhasil dihancurkan semua. Burung-burung besi yang menghantui langit sudah pergi ke wilayah mereka. Tapi, kota masih mencekam dengan banyaknya pasukan penerjun payung Varayay nag bergerilya dari bangunan-bangunan.
Baku tembak tak henti terjadi membuat banyak bangunan penuh bekas tembakan. Kota Ventbert benar-benar luluh lantak oleh serangan kejutan.
Aku bersama yang lain bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Membersihkan sisa-sisa perlawanan musuh yang bertahan di bangunan-bangunan berlantai dua atau tiga.
Mereka bergerilya dan menyandra para penduduk yang bertahan sehingga menyulitkan pergerakan kami. Sedikit kesalahan bisa menbunuh penduduk sipil. Aku pun tidak berani menyerang dari jarak dekat karena keselamatan penduduk lebih penting.
Yang bisa diharapkan hanya menunggu pasukan penembak jitu bergerak.
Aku kemudian menyisir seorang diri ke distrik militer sekaligus memastikan keadaan rumahku. Untungnya distrik ini tidak terkena serangan berarti. Hanya di parit terdapat kawah bekas ledakan dan puluhan mayat musuh.
Sebenarnya aku berniat melihat keadaan keluargaku di bunker tapi seorang perwira mengajakku bergabung dengan kompinya untuk menyisir distrik lain.
Ditengah suara baku tembak, aku ikut mereka bergerak. Dan pertempuran kembali pecah ketika kami memasuki distrik industri ke-2. Mereka memusatkan sisa pasukan di sini. Menguasai pabrik tekstil dan menyandra beberapa pekerja disana. Kami dibuat bertshan selama berjam-jam untuk mengepung pabrik sebelum akhirnya ada pasukan khusus yang melakukan infiltrasi dan menyelamatkan sandra. Mereka adalah pasukan Cakra.
Setelah sandra bebas, kami mulai masuk ke pabrik dan baku tembak kembali pecah. Mesin-mesin hancur terkena peluru dan granat sementara satu persatu musuh tumbang.
Setelah pabrik bersih, kami membantu kompi lain dan ketika jam menunjukkan pukul 3 sore, kota dinyatakan bersih. Tapi kami tidak dibiarkan istirahat dan terus disuruh menyisir. Tapi aku cukup merasa aneh ketika banyak kompi diminta menyisir di distrik terjauh dari pusat.
Aku mulai berfirasat buruk dan teringat dengan kata-kata ratu tentang kudeta. Tapi aku belum diperkenankan meninggalkan kompi. Walau bukan anggota tetap, perintah pemimpin kompi mutlak apalagi kota masih dalam keadaan belum pasti setidaknya sampai darurat militer dicabut dan bantuan pasukan dari provinsi lain datang.
^^^To be continued^^^