Dipaksa Menikah Dengan Seorang Gay

Keivano pun mempererat pelukannya.dia berusaha menenangkan kanaya.mengusap puncak kepalanya,hatinya kembali menghangat.mereka saling berpelukan dalam waktu yang cukup lama,sampai kanaya kembali tertidur di pelukannya.

Keivano berusaha melepaskan pelukan kanaya padanya,mencoba membaringkan tubuhnya yang sudah tertidur.namun bukannya terlepas, kanaya semakin mengeratkan pelukannya.keivano merasa heran pada sikap kanaya,namun dia hanya bisa menghela nafas kasar,dan membiarkan kanaya tetap berada di pelukannya.

Dia pun membaringkan tubuhnya.sungguh keivano tidak nyaman dengan posisinya seperti ini bersama kanaya.mencoba memejamkan mata,walaupun terasa sulit, sampai tak terasa mereka tertidur dalam posisi saling berpelukan.

Pukul dua belas malam.keivano merasakan pergerakan dari kanaya.dia membuka matanya dan segera bangun,terlihat kanaya yang menggigil kedinginan.

"Bu,aku kedinginan.tubuh ku sakit, bu.aku rindu ibu,kenapa ibu meninggalkan, ku. mereka tidak sayang pada ku,bahkan ayah tidak menyayangi,ku.mereka mengambil rumah kita,bu.bahkan mereka tega menjual ku,demi mendapatkan uang yang banyak. aku sakit, bu... sakit...." racau kanaya lirih.

Keivano terdiam,mendengar perkataan kanaya yang membuat hatinya merasakan sakit.ternyata apa yang dia alami selama ini juga terjadi pada istrinya.wanita yang terlihat begitu kuat, ternyata menyimpan banyak luka di dalam hidupnya.

Keivano menempelkan punggung tangannya di kening kanaya.dapat dia rasakan,tubuh kanaya ternyata demam.keivano segera pergi ke bawah,untuk mengambil sesuatu.

Tak lama dia kembali,dengan membawa baskom kecil berisi air hangat.dengan telaten keivano Mengompres kening kanaya penuh perhatian.tak perduli saat ini dirinya mengantuk,kini yang dia inginkan demam pada tubuh kanaya cepat turun.

Suhu tubuh kanaya kini sudah mulai membaik,demam pada tubuhnya sudah turun.melihat itu, keivano menghela nafas lega.dirinya segera membaringkan tubuhnya, karena waktu sudah menunjukkan pukul tiga pagi.masih ada waktu baginya untuk tidur,keivano pun membaringkan tubuhnya di samping kanaya.sebelum tertidur,dia menatap lekat wajah cantik kanaya, entah mendapat dorong dari mana,keivano mendekatkan wajahnya dan tiba-tiba dia mengecup lembut pipi kanaya.

Matanya terpejam,saat bibirnya menyentuh pipi kanaya.kini hati keivano menghangat.senyuman yang tidak pernah dia perlihatkan pada semua orang,kini terbit di bibirnya.tidak ingin mengusik kanaya, dia pun segera memejamkan matanya.kejadian manis ini, tidak akan dia lupakan.

Keesokan harinya,kanaya terbangun dengan sedikit meringis.kepalanya sakit bahkan terasa berat.dia terkejut saat kain yang berada di dahinya terjatuh.kanaya tertegun melihatnya,dia pun berusaha mengingat apa yang sebenarnya sudah terjadi,namun sayang dia tidak dapat mengingatnya.

Dia melihat ke sekeliling ruangan,menghela nafas karena tidak melihat keivano di sana.saat dirinya mencoba turun dari ranjang,pintu kamar pun terbuka memperlihatkan marvino,yang hendak melihat keadaan kanaya.

"Kamu mau kemana?beristirahat lah, kamu masih sakit." Marvino menghampiri kanaya dan mencegahnya untuk turun dari tempat tidur.

Kanaya terdiam,mengurungkan niatnya turun dari ranjang.seakan tak mengerti dengan keadaannya,saat ini yang dia tahu jika dirinya kemarin terikat di kursi, dan di kurung di dalam gudang tua yang gelap.siapakah yang telah menolongnya?

"Bagaimana keadaan mu sekarang?papah sudah memanggilkan dokter, jadi tunggulah... sebentar lagi dokternya akan segera kemari." Marvino duduk di tepi ranjang, menatap Kanaya yang hanya terdiam.

Marvino menghela nafas. "Sebenarnya, siapa yang sudah melakukan semua ini pada mu?papah harap, kamu tidak menyembunyikan sesuatu."

Kanaya menatap marvino,matanya kini berkaca-kaca setelah mendengar ucapan yang membuat hatinya rapuh.

"Katakan, jika ada sesuatu yang mengganggu pikiran dan hati mu.jangan pernah memendam rasa yang membuat mu sakit.sekarang kamu adalah putri ku begitu pun sebaliknya,jadi papah harap kamu tidak menyembunyikan hal yang mengancam mu."

Mendengar perkataan marvino, seketika membuat Kanaya tidak bisa menahan lagi tangisnya.dia pun memeluk tubuh marvino,menumpahkan segala rasa yang bercampur aduk di dalam hatinya.

Marvino mengerti,jika Kanaya membutuhkan seseorang untuk menjadi sandarannya.namun sayang keivano sudah berangkat sekolah lebih awal,dia ingin segera mencari tahu,siapa pelaku yang sudah membuat Kanaya terluka fisik maupun mental.

"Untuk saat ini, aku tidak ingin membicarakan kejadian kemarin, pah.aku merasa takut, terancam bahkan nafas ku terasa tercekat, bila mengingat semuanya." Dengan suara yang bergetar,kanaya memberitahu keadaannya saat ini.

Marvino,mengusap punggung Kanaya.dia tahu jika Kanaya mengalami trauma.mungkin dirinya harus bersabar menunggu kanaya bersedia menceritakan semuanya.

Kanaya melepaskan pelukannya.dia mengusap pipinya yang basah karena terlalu lama menangis.

"Beristirahat lah,papah harus pergi ke kantor lebih awal.nanti akan ada Richard yang akan menemani, mu marvino mengusap puncak kepala kanaya penuh perhatian.

Kanaya pun mengangguk.sesaat dia merasakan kasih sayang seorang ayah,yang tak pernah dia dapatkan lagi, setelah ayahnya memutuskan untuk menikah lagi dan memiliki keluarga baru.dia tidak pernah mendapatkan perhatian bahkan kasih sayang lagi dari ayahnya.sehingga melihat sosok marvino yang baik, membuat kanaya kembali merasakan kasih sayang seorang ayah.

Marvino pun pamit pergi,meninggalkan kanaya yang kembali murung.tak lama kemudian, datanglah richard,bersama seorang dokter laki-laki paruh baya.mereka masuk ke dalam kamar kanaya, untuk melakukan pemeriksaan.

" Selamat pagi nona.bagaimana keadaan mu hari ini?" Dokter pun tersenyum,menyapa kanaya yang merasa was-was.

"Tenangkan diri mu, nona.saya hanya akan memeriksa keadaan,mu." Seakan tahu isi pikiran kanaya,dokter berusaha menenangkannya.

kanaya menghela nafas pelan.dia berusaha tenang,mencoba berpikir positif saat melihat orang yang tidak dia kenal.

Richard merasa kasihan,melihat keadaan kanaya seperti ini.berbeda sekali dengan sosok kanaya yang selalu ceria,bahkan selalu tersenyum di saat, dia sedih sekalipun.

Dokter pun mulai memeriksa kanaya,kemudian dia pun memberikan beberapa resep obat untuk Kanaya.

"Baiklah, nona saya permisi dulu.semoga cepat sembuh." Dokter pun pamit pergi dari kamar itu, yang kemudian richard pun mengantarkannya terlebih dahulu.

Setelah melihat kepergian dokter,Kanaya menghela nafas kembali.tiba-tiba dirinya merasa rindu pada keivano,menginginkan agar ada di sampingnya.bahkan Kanaya berharap, suaminya kini memeluknya dan memberi ketenangan pada dirinya.

Kanaya tersenyum getir,mengingat akan sikap keivano yang sangat membencinya, mana mungkin suaminya peduli pada keadaannya saat ini.bahkan hari ini saja, dia tidak melihat sosok suami di sampingnya.

Tanpa kanaya ketahui, jika semua prasangkanya salah, justru keivano lah yang menyelamatkan dirinya bahkan merawatnya saat demam.

Terdengar suara ketukan pintu dari luar,kanaya pun hanya berseru agar seseorang di luar sana membukanya.pintu kamar pun terbuka, richard kembali bersama seorang pelayan wanita yang membawa nampan berisi semangat bubur dan susu hangat.

Setelah menyimpan nampan pelayanan itu pun pergi keluar. richard menghampiri kanaya yang duduk termenung di ranjang.

"Kamu tidak apa-apa,nay?" Richard menatap Kanaya khawatir.

Kanaya memaksakan senyum. "Aku baik-baik saja,bang."

Richard pun tersenyum,dia tahu jika kanaya sedang menyembunyikan sesuatu."Baiklah,sekarang kamu sarapan dulu.obatnya sebentar lagi datang."

Kanaya menghela nafas,menatap richard sekilas. "Bang,apa keivano semalam tidak pulang?" Pada akhirnya kanaya memberanikan diri untuk menanyakan keivano.

Richard yang awalnya tertegun,sesaat tersenyum melihat kanaya yang menatapnya penuh rasa ingin tahu.

"Apa kamu merindukannya?" tanya richard, tersenyum menggoda kanaya.