NovelToon NovelToon
ASI, Untuk Majikanku

ASI, Untuk Majikanku

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Romansa
Popularitas:57.1k
Nilai: 5
Nama Author: Lusica Jung 2

Aneh Tapi Nyata. Nathan mengidap sebuah penyakit yang sangat aneh dan langka. Dia selalu bergantung pada Asi untuk menjaga kestabilan tubuhnya. Hampir setiap bulan sekali penyakitnya selalu kambuh sehingga Nathan membutuhkan Asi untuk mengembalikan tenaganya. Pada suatu ketika, stok ASI yang dia miliki benar-benar habis sementara penyakitnya sedang kambuh. Kedatangan Vivian, pelayan baru di kediaman Nathan mengubah segalanya. Mungkinkah Nathan bisa sembuh dari penyakit anehnya, atau dia harus terus bergantung pada Vivian? Hanya waktu yang mampu menjawab semuanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusica Jung 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29: Kau Segala-galanya Bagiku

Arnold sedang duduk di ruangannya, ditemani secangkir kopi hitam pekat yang hampir habis. Matanya menatap cairan hitam itu dengan pandangan datar, tetapi pikirannya melayang ke tempat lain. Tiba-tiba, ponselnya berbunyi, menandakan ada pesan masuk. Dia mengambil ponselnya dengan satu tangan, lalu melihat layar.

"Bos, Anda harus lihat ini," tulis pesan dari salah satu anak buahnya, John. Pesan tersebut disertai dengan sebuah foto.

Arnold mengklik foto itu dan melihat Nathan sedang berjalan di taman kota, ditemani seorang wanita muda yang terlihat menarik. Foto itu menangkap momen ketika Nathan memegang tangan wanita itu, menunjukkan kedekatan di antara mereka.

Arnold menyeringai licik. "Akhirnya, ada sesuatu yang menarik," gumamnya. Dia segera menelepon John.

"John, kau masih di sana?" tanya Arnold tanpa basa-basi.

"Ya, Bos. Saya masih di sekitar sini."

"Dengar baik-baik. Aku ingin kau menyelidiki siapa wanita itu dan apa hubungannya dengan wanita itu. Aku butuh semua informasi tentang dia secepatnya," perintah Arnold dengan nada tegas.

"Baik, Bos. Saya akan segera mencari tahu," jawab John dengan patuh.

Arnold memutus panggilan dan menatap kembali foto itu. "Siapa kau sebenarnya, wanita muda?" gumamnya. "Dan bagaimana kau bisa begitu dekat dengan Nathan?" dia ingin tau siapa wanita itu dan apa hubungannya dengan Nathan.

Beberapa jam kemudian, John kembali menghubungi Arnold. "Bos, saya sudah mendapat beberapa informasi awal," kata John dengan suara tenang.

"Bagus. Katakan padaku," sahut Arnold sambil memajukan tubuhnya, menunjukkan ketertarikan yang mendalam.

"Nama wanita itu, Vivian. Dia baru-baru ini mulai bekerja di Xi Empire sebagai sekretaris. Namun, ada desas-desus bahwa hubungan mereka lebih dari sekadar rekan kerja," lapor John.

Arnold menyeringai lebih lebar. "Vivian, ya? Menarik. Terus selidiki lebih dalam. Aku ingin tahu segalanya tentang dia—latar belakang, keluarga, semua yang bisa menguntungkanku."

"Baik, Bos. Saya akan terus mengawasi dan mencari informasi lebih lanjut," jawab John sebelum menutup telepon.

Arnold menatap ponselnya dengan ekspresi penuh kemenangan. "Nathan, sepertinya kau tidak sebersih yang kukira. Kita lihat seberapa kuat pertahananmu ketika aku mulai mengincar orang-orang terdekatmu," gumamnya pelan sambil kembali menyesap kopinya yang kini sudah dingin.

Di balik wajah dinginnya, Arnold merasakan adrenalin yang membara. Dia tahu bahwa permainan ini baru saja dimulai, dan dia akan memenangkan setiap langkahnya.

***

Nathan sedang berdiri di bawah shower, membiarkan air hangat mengalir deras di atas tubuhnya, membawa sedikit kelegaan dari kelelahan hari itu. Suara air yang jatuh ke lantai kamar mandi menciptakan suara yang menenangkan. Ia menikmati momen tersebut, hingga tiba-tiba ia merasakan kehadiran seseorang.

Ketika ia menoleh, matanya bertemu dengan Vivian yang berdiri di ambang pintu kamar mandi, dengan senyum yang mengembang di wajahnya. Tanpa sepatah kata pun, Vivian melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Nathan mengangkat alisnya, terkejut namun tidak keberatan dengan kehadirannya.

"Vivian, apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya, suaranya terdengar tenang meski ada sedikit nada heran.

Vivian tidak menjawab. Sebaliknya, ia melangkah lebih dekat, tangannya melingkar di leher Nathan. Vivian berhamburan ke dalam pelukannya, dan tanpa banyak bicara, bibir mereka bertemu dalam ciuman yang dalam dan penuh gairah.

Air shower yang terus mengalir membuat tubuh Vivian cepat basah kuyup, namun dia tidak peduli. Dengan mata tertutup, Vivian membalas ciuman Nathan dengan penuh hasrat, sementara tangan Nathan secara otomatis melingkar di pinggang rampingnya, menariknya lebih dekat.

"Vivian..." gumam Nathan di antara ciuman mereka, mencoba mengatakan sesuatu, tapi bibir Vivian kembali membungkamnya.

Di bawah guyuran air yang terus mengalir, waktu seolah berhenti sejenak bagi keduanya. Suara gemericik air, kehangatan dari tubuh mereka yang saling berdekatan, dan intensitas dari ciuman mereka membuat momen itu terasa sangat intim.

Vivian akhirnya melepaskan ciumannya, menatap mata Nathan yang penuh dengan campuran kebingungan dan keheranan, "Hem, bibirmu benar-benar sangat manis, ya," bisiknya pelan, hampir tidak terdengar di antara suara air yang jatuh.

Nathan menghela napas panjang, satu jitakan mendarat mulus di kepala berhelaian coklat milik Vivian. "Kenapa kau suka sekali mengganggu ketenanganku, hm," katanya dengan nada yang lebih lembut dari biasanya.

Vivian tertawa kecil, menempelkan dahinya ke dada Nathan. "Terkadang, gangguan kecil itu yang membuat hidup lebih berwarna," jawabnya.

Nathan hanya menggelengkan kepala dengan tingkah Vivian, tetapi senyum tipis yang tersungging di bibirnya. "Baiklah, jika itu yang kau inginkan," katanya sambil mengusap rambut Vivian yang basah, menatapnya dengan tatapan lembut.

Di bawah guyuran air shower, keduanya menikmati momen kebersamaan yang hangat dan intim, mengabaikan dunia luar yang terus berputar. Hanya ada mereka berdua, dalam keheningan yang dipecahkan oleh suara air yang jatuh.

Nathan dan Vivian kembali terhanyut dalam gaiirah yang mendesak di bawah guyuran air shower. Bibir mereka bergulat panas, seolah-olah dunia di sekitarnya berhenti berputar. Dessahan dan erangan kecil dari Vivian semakin memicu hasrat Nathan. Entah sejak kapan semua kain yang melekat di tubuh Vivian telah terlepas, meninggalkan keduanya dalam keadaan telanjangg dan tak terhalang apapun.

Dengan gerakan tegas, Nathan mengangkat Vivian bridal style, kedua lengan kuatnya menyokong tubuh Vivian. Bibir mereka kembali bertemu dalam ciuman yang dalam, seolah-olah mereka tidak puas. Vivian melingkarkan kedua lengannya di leher Nathan, membiarkan dirinya ditopang oleh kekuatan dan kehangatan tubuh suaminya.

Nathan mencium bibir Vivian singkat sebelum membisikkan sesuatu di telinganya, suaranya serak dan penuh hasrat. "Kita lanjutkan di kamar."

Vivian hanya bisa mengangguk, matanya tertutup setengah saat menikmati sensasi dari keintiiman mereka. Nathan melangkah keluar dari kamar mandi dengan langkah tenang.

Nathan mendorong pintu kamar dengan kaki, membawa Vivian ke tempat tidur yang sudah rapi. Dia membaringkan Vivian perlahan, tubuh mereka terbungkus bayangan lembut dari lampu meja yang redup. Nathan menatap mata Vivian, mata kirinya yang dingin bertemu dengan mata hazel Vivian yang berkilauan dengan gairah dan cinta.

Nathan menunduk, mencium bibir Vivian lagi, lebih dalam kali ini, membiarkan tubuh mereka menyatu. "Vivian, kau adalah segala-galanya bagiku," bisik Nathan di sela-sela ciuman mereka.

Vivian menggerakkan tangannya, menyusuri punggung Nathan dengan sentuhan lembut namun mendesak. "Aku juga mencintaimu, Nathan," jawabnya dengan napas tertahan, suaranya hampir tidak terdengar.

Nathan menyusuri leher Vivian dengan ciuman kecil, membuat tubuh Vivian bergetar. Tangannya yang kuat menjelajahi setiap lekuk tubuh Vivian, membiarkan dirinya tenggelam dalam keindahan dan kehangatan yang ia rasakan. Setiap sentuhan, setiap ciuman, membawa mereka lebih dalam ke dalam pusaran gairah yang tidak bisa mereka tolak.

Mereka berdua terhanyut dalam momen yang penuh keintiman dan kasih sayang. Setiap gerakan mereka seolah diatur oleh naluri yang dalam, sebuah tarian tanpa kata yang penuh dengan cinta dan gaiirah. Nathan mencium setiap inci tubuh Vivian, membuatnya merintih dengan nikmat. Mereka berdua saling memberi dan menerima, menciptakan kenangan yang akan mereka simpan selamanya.

Waktu seolah berhenti saat mereka tenggelam dalam kebersamaan yang hangat dan penuh cinta. Nafas mereka menjadi satu, terikat oleh perasaan yang mendalam dan tulus. Vivian menatap Nathan, melihat cinta dan hasrat di matanya yang dingin namun penuh kehangatan. Setiap ciuman, setiap sentuhan, membuat mereka semakin dekat, menghapus semua jarak dan keraguan.

Setelah beberapa saat, Vivian memejamkan mata dan membiarkan dirinya hanyut dalam sensasi yang mereka ciptakan bersama. Tubuh mereka bergerak dalam harmoni yang sempurna, menciptakan sebuah simfoni yang hanya bisa mereka pahami. Setiap dessahan, setiap erangan, adalah ekspresi dari cinta mereka yang tulus dan dalam.

"Nathan..." bisik Vivian dengan suara serak, tangannya mencengkeram bahu Nathan dengan erat. "Aku tidak pernah merasa seutuh ini."

Nathan menatap mata Vivian, melihat kejujuran dan cinta yang memancar dari dalamnya. "Aku juga, Vivian," jawab Nathan dengan suara rendah. "Kau adalah segalanya bagiku."

Waktu terus berlalu, namun mereka tidak peduli. Mereka hanya ingin menikmati momen ini, momen di mana mereka bisa menjadi diri mereka sendiri tanpa ada yang mengganggu. Mereka berdua hanyut dalam lautan perasaan, menciptakan kenangan yang akan selalu mereka kenang.

Akhirnya, kelelahan mulai menguasai tubuh mereka. Dengan napas yang terengah-engah, Nathan memeluk Vivian erat, membiarkan tubuh mereka bersandar satu sama lain. "Kau benar-benar membuatku gila," bisik Nathan dengan suara yang hampir tidak terdengar.

Vivian tersenyum lelah namun bahagia. "Aku senang bisa membuatmu merasa seperti itu," jawabnya pelan, menyusuri dada Nathan dengan jari-jarinya.

Nathan mencium kening Vivian dengan lembut, memeluknya lebih erat. "Tidurlah, sayang," bisik Nathan. "Kau pasti lelah,"

Vivian mengangguk pelan, matanya mulai tertutup. "Aku mencintaimu, Nathan," bisiknya sebelum akhirnya terlelap dalam pelukan hangat Nathan.

Nathan menatap Vivian yang sudah tertidur dengan damai, merasakan kehangatan yang luar biasa dalam hatinya. "Aku juga mencintaimu, Vivian," bisiknya pelan, sebelum akhirnya membiarkan dirinya terlelap bersama wanita yang ia cintai dengan sepenuh hati.

***

Bersambung

1
sella surya amanda
lanjut
Lissaerlina
lanjuttttt
sella surya amanda
lanjut
Vanettapink Fashion
Luar biasa
sella surya amanda
next
sella surya amanda
lanjut
sella surya amanda
next
sella surya amanda
lanjut
sella surya amanda
next
sella surya amanda
lanjut
Lissaerlina
lanjuttttt
Musringah
lanjutt
sella surya amanda
next
sella surya amanda
lanjut
Anonymous
semangat nulis😁
Iyan
/Ok/
Meiriya Romadhon
bagus
Putu Sriasih
Luar biasa
NAJ L
/Rose//Rose//Rose/
NAJ L
Buruk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!