Di negara barat, menyewa rahim sudah menjadi hal lumrah dan sering didapatkan.
Yuliana adalah sosok ibu tunggal satu anak. Demi pengobatan sang anak, ia mendaftarkan diri sebagai ibu yang menyewa rahimnya, hingga ia dipilih oleh satu pasangan.
Dengan bantuan alat medis canggih, tanpa hubungan badan ia berhasil hamil.
Bagaimana, Yuliana menjalani kehamilan tersebut? Akankah pihak pasangan itu menyenangkan hatinya agar anak tumbuh baik, atau justru ia tertekan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kinamira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam panas
Sean kembali ke rumah tepat di jam sepuluh malam. Ia yang lelah karena lembur. Pria itu berjalan santai memasuki rumahnya yang sudah sepi dan gelap.
Memasuki lift, pria itu terhenti saat akan menekan tombol lift lantai 4. Tangannya bergerak turun hingga ujung jari manisnya berada di depan tombol angka tiga. Ia lalu segera menekannya.
Entah kenapa perasaannya membuatnya ingin menemui Yuliana. Mungkin untuk mencari sedikit hiburan.
Sean menggerakkan otot lehernya yang sedikit kaku. Menunggu lift naik dan terbuka dengan sendirinya di lantai tiga.
"Sebelum Mommy pulang memang ada baiknya, aku menganggu wanita ini lebih dulu," batinnya seketika merasa semangat.
Ia menatap pintu kamar Yuliana, tangannya terulur ingin menekan handle pintu. Berulang kali ia menekannya, dan membuatnya mendesis karena pintu itu ternyata terkunci.
Sean berjalan ke arah lemari setinggi pinggangnya yang ada di sana. Membuka salah satu laci, dan memperlihatkan beberapa anak kunci di sana. Ia memeriksa, menatap setiap anak kunci, hingga ia menemukan satu anak kunci yang memiliki gantungan biru. Ia meraihnya, dan menyeringai.
Sean memasukkan anak kunci itu, dan segera memutarnya, hingga suara kunci terlepas di sana. Usai pintunya terlepas, Sean segera membuka pintu tersebut dengan pelan. Masuk dalam kamar dengan pencahayaan remang-remang.
Dengan cahaya remang itu, ia melihat ke arah kasur di mana ada suara dengkuran halus Yuliana.
"Hm, ayo kita ganggu wanita ini lagi, sampai dia menghilang dari sini," batinnya merasa begitu semangat.
Sean melepaskan kemejanya, hingga tubuhnya kembali bertelanjang dada. Ia lalu menarik selimut yang menutupi tubuh Yuliana.
Meski hanya dalam cahaya remang, ia bisa melihat tubuh Yuliana yang dibalut gaun tidur berwarna biru.
"Lucu sekali," batinnya, perlahan naik ke atas kasur, menopang tubuhnya dengan tangan ia naik di atas tubuh Yuliana, yang terlihat sama sekali tidak terganggu akan kehadirannya.
Dalam gelap cahaya remang, Sean menatap lekuk wajah Yuliana.
"Kenapa bisa ada manusia, yang memiliki hidung
semugil ini," batinnya merasa tertarik, mengusap ujung hidung itu.
"Semua bagian tubuhnya kecil. Apa benar, dia sudah menjadi Ibu? Apa dia sanggup, menampung anakku di tubuhnya yang kecil ini?" batin Sean kembali memikirkan hal itu.
Tangan Sean bergerak menyentuh perut rata Yuliana. Jantungnya berdebar cepat, hatinya kembali terasa hangat. Mungkin karena keinginannya yang menjadi sosok ayah membuatnya merasakan kehangatan itu.
Yuliana melenguh, ingin tidur menyamping. Hal itu membuatnya menyentuh tubuh Sean.
Sean mendesis saat pangkal pahanya tersentuh, dan hal itu membuat Yuliana seketika terbangun. Menatap lengan besar, putih di depannya.
"Akh, siapa kau!" pekik Yuliana.
Sean memejamkan mata saat suara memekik Yuliana menusuk indera pendengarannya.
"Siapa kau!" teriak Yuliana berusaha mendorong tubuh Sean.
"Aish, berhenti berteriak." Sean menangkap kedua tangan Yuliana.
"Tuan Sean? Akh, anda mau apa lagi!" pekik Yuliana malah semakin berteriak dan panik.
Wanita itu memberontak, dan tidak mau diam. Gerakannya itu membuat Sean meringis, karena miliknya yang tersentuh.
Karena Yuliana tidak mau diam. Sean menahan tangan Yuliana, dengan kasar menahan menjepit pipi Yuliana.
"Kau, emm ...." Yuliana tidak melanjutkan ucapannya, karena bibirnya dibungkam dengan bibir Sean.
Yuliana mengatup rapat bibirnya, namun Sean memaksa, hingga ia tidak mampu dan membuka mulutnya. Saat mulutnya terbuka, Sean langsung memainkan lidahnya.
"Kenapa begini?" batin Yuliana berusaha memberontak, namun tenaganya tidak cukup melawan Sean yang jauh lebih besar darinya.
Setelah puas di mulut, Sean beralih mencium ceruk leher Yuliana.
"Tidak Tuan, jangan, aku mohon," ucap Yuliana berusaha menyingkirkan Sean dari ceruk lehernya.
"Ah ..." Desah Yuliana saat merasakan Sean menghisap bagian lehernya, meninggalkan sebuah tanda di sana.
Satu tangan Sean bergerak turun menarik gaun tidur Yuliana hingga ke dada. Kebiasaan Yuliana tidak menggunakan pengait saat tidur, sehingga dadanya kembali terekspos langsung.
Tanpa basa-basi, Sean menyentuh dada itu, membuatnya bisa mendengarkan racauan Yuliana. Pria itu menyinggung senyumnya, perlahan tangannya yang menahan tangan Yuliana di lepaskan.
"Aku mohon, jangan Tuan," pinta Yuliana dengan suara bergetar. Kedua tangannya menyentuh pundak Sean.
Sean yang merasa tidak akan mampu menahan diri, mendekatkan wajahnya di telinga Yuliana.
"Layani aku malam ini. Aku ingin menjenguk anakku," bisiknya dengan suara berat.
Yuliana menggeleng. "Tidak Tuan, aku mohon jangan. Ingatlah istrimu," pintanya dengan suara lemas.
"Tidak ada penolakan," bisik Sean tanpa peduli permohonan Yuliana, ia mencium dan mengigit pelan telinga Yuliana.
Yuliana menolak, ia terus berusaha memberontak. Namun, ia juga tidak mampu menahan suara desahan yang membuat Sean semangat.
"Tidak Tuan, tidak! Jangan melakukannya," pinta Yuliana memohon.
Tubuhnya kini sudah tidak memakai apapun lagi, dan ia juga bisa merasakan milik Sean yang menggesek pahanya.
Suara nafas Sean semakin berat. "Anna, aku akan menjenguk anakku," bisik Sean membuat Yuliana hanya bisa menangis pasrah, merasakan area bawahnya tersentuh.
Dua bulan lebih sudah ia berada di sana. Untuk pertama kalinya ia mendengar Sean menyebut namanya.
"Aku mohon pelan-pelan, aku sudah lama tidak melakukannya," pinta Yuliana tanpa sudah terbuai akan sentuhan rayuan Sean.
Ucapannya itu jelas sudah mengizinkan Sean menyentuhnya.
Sean menyinggung senyumnya, "Rilekslah Anna, demi anakku, aku akan membuatmu senyaman mungkin," bisiknya.
"Oh, shit. Dia sungguh sudah melahirkan kan? Bahkan miliknya ini sangat kecil. Apa akan muat?" batin Sean merasa kesulitan memasukkannya.
Ia jadi ingat, sejak awal menikah hingga sekarang. Tidak pernah kesulitan melakukan dengan istrinya. Begitu juga dengan wanita-wanita yang pernah bermain semalam dengannya. Mengingat itu Sean jadi kesal sendiri.
Sean menekan tubuhnya, dan saat itu ia juga merasakan cengkraman tangan Yuliana.
"Anna kau seorang ibu kan? Kau tidak membohongi, Mommy ku kan?" ucap Sean akhirnya mengutarakan isi pikirannya saat itu.
"Tentu saja!" Jawab Yuliana ikut kesal. Keringat di keningnya jatuh, merasakan rasa perih di bawah sana.
"Lalu kenapa kau begitu sempit?"
"Sudah ku bilang aku sudah lama tidak melakukannya!" sentak Yuliana berusaha mendorong pinggul Sean.
"Aku mohon lepaskan, rasanya perih!" pinta Yuliana merasa tidak mampu menahannya.
Namun, Sean semakin menekannya. Membuat Yuliana menjerit.
"Kau memang bukan perawan, tapi aku ragu seorang Ibu. Syarat menjadi Ibu pengganti, itu sudah pernah melahirkan. Kau menipu Mommy kan?" desak Sean menuntut jawaban, sekaligus tengah mengalihkan pikirannya dari rasa semangatnya itu.
"Aku seorang Ibu Tuan Sean Sawyer, aku seorang Ibu. Sekarang aku mohon lepaskan dulu," pinta Yuliana mendorong perut kotak Sean.
Namun, Sean enggan melepaskan, dan semakin menekan. Hingga malam itu menjadi malam yang panas bagi keduanya.
Yuliana yang sudah lama tidak tersentuh, terbuai dalam sentuhan rayuan Sean. Dan Sean yang tidak mampu menahan diri, akibat kejahilannya sendiri.
up yg bnyk y Thor