Hamil Diluar Nikah

Hamil Diluar Nikah

BAB 1. Patah Hati

"Suprise...!!!"

Nadia membuka pintu ruangan CEO dengan membawa sebuah launch box yang dia masak sendiri tadi pagi.

Mata Nadia mengerjab ketika melihat Aditya memeluk seorang wanita cantik berpenampilan seperti model profesional. Niat baik Nadia ingin memberikan Aditya kejutan di siang hari itu, malah dia sendiri yang mendapatkan kejutan.

Launch box yang dipegangnya hampir terjatuh, untungnya Nadia sigap menahannya dan tetap aman digenggaman nya. Nadia buru-buru mengubah ekspresi kagetnya dan menunduk seolah-olah memberikan salam kepada Aditya.

"Siapa dia sayang?" tanya wanita cantik yang berada diperlukan Aditya sambil menatap Nadia dengan tatapan sinis. Dia menatap Nadia mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki seolah-olah memberikan penilaian penting saja.

Keningnya berkerut saat menandai jika pakaian yang melekat di tubuh Nadia merupakan salah satu brand terkenal dan sangat mahal pula. Sudah pasti harganya selangit.

"Sekretaris ku" jawab Aditya tanpa ragu-ragu.

Aditya menoleh ke arah wanita cantik yang ada di dalam dekapannya itu. Dia semakin mengeratkan pelukannya seolah-olah dia takut kehilangan lagi.

"Sekretaris...?!" batin Nadia.

Memang benar kalau dia menjabat sebagai sekretaris di perusahaan itu. Tapi dia juga kekasihnya Aditya. Wanita yang sudah memberikan cinta tulus dan kehangatan selama setahun belakangan ini. Namun hubungan mereka memang tidak pernah Aditya publish.

Karena laki-laki itu beralasan dirinya tidak mau Nadia akan di musuhi oleh rekan-rekan kerja sekantornya. Selain itu dia juga belum siap kalau orang tuanya yang berasalan dari keluarga konglomerat, salah satu keluarga terpandang itu mengetahui hubungannya dengan Nadia yang notabennya seorang anak yatim piatu.

Tapi Nadia selalu ingat dan memegang janji Aditya waktu mereka pertama sekali melakukan hubungan terlarang itu. Aditya berjanji untuk mengenalkan Nadia secara resmi kepada orang tuanya dan kepada keluarga besarnya saat waktunya tiba.

Namun setahun berlalu, janji Aditya belum juga ada hilalnya. Dan sayangnya Nadia tidak memiliki keberanian untuk menanyakannya.

"Oh sekretaris mu. Pantas saja dia sepertinya akan memberikan makanan, berhubung sekarang sudah jam makan siang juga. Ambil saja yang kasihan dia kelelahan berdiri dan memegangnya terlalu lama" katanya sambil tersenyum. Tatapan sinis nya yang tadi seketika berubah menjadi ramah.

Wanita yang berada di dalam dekapan Aditya itu bisa dibilang sangat sempurna dari segi mana pun. Dia tidak hanya cantik, tetapi juga terlihat sangat berkelas. Juga semua yang dipakainya adalah barang-bara branded.

"Taruh saja di atas meja" ujar Aditya dengan dagunya. Matanya menyorot tajam Nadia yang hanya menunduk dalam. Wanita itu juga tidak tahu harus berbuat apa setelah mendengar ucapan Aditya tadi.

Dengan ragu-ragu Nadia menyeret kakinya menuju meja yang ada di dekat dua sejoli tersebut. Rasanya seluruh tubuhnya kaku untuk digerakkan. Dan rasanya sangat menyakitkan saat melihat pria yang amat sangat dicintainya memeluk wanita lain tanpa memperdulikan perasaannya.

Tanpa berucap sepatah kata pun Nadia keluar dari ruang kerja Aditya. Pria itu sempat bertatapan dengannya sebelum Nadia memutuskan kontak matanya. Setelah menutup pintu ruang kerja Aditya, Nadia berlari menuju toilet dan menangis di sana.

Cukup lama Nadia menangis di sana. Dan setelah keluar dari toilet, dia bergegas ke meja kerjanya dan duduk dengan nyaman barulah dia melanjutkan pekerjaannya.

Selama jam kerja berjalan, Nadia berusaha menutupi wajahnya yang terlihat sembab. Dia tidak mau teman kerjanya yang lain melihat penampilannya yang berantakan. Karena dia tidak tahu dia harus mengatakan alasan apa nanti ketika yang lain melihat dia habis menangis.

"Nadia, ini laporan yang kamu minta." Rosa meletakkan tumpukan berkas di atas meja kerja Nadia. Gadis itu tersenyum sambil mengusap punggung Nadia dengan lembut.

"Terima kasih Rosa, tapi bisakah kamu mengantarkannya ke ruangan Pak Aditya?" tanya Nadia dengan suara sedikit serak.

Rosa sedikit bingung dengan permintaan rekan kerjanya itu. Karena biasanya semua yang berhubungan dengan atasan mereka itu diserahkan kepada Nadia.

"Kamu lagi sakit?" tanya Rosa dengan wajah cemas. Apalagi dia melihat wajah sembab Nadia.

Nadia pun mengangguk. Menahan sakit hati, tidak tahu harus melakukan apa, rasanya ingin sekali menghilang dari dunia ini. Tapi janin yang tak berdosa di dalam rahimnya itu membuat dia mengurungkan niatnya tersebut.

"Ya sudah, biar aku yang antar sekarang."

Rosa pun mengambil kembali tumpukan berkas yang dia letakkan tadi di atas meja kerja Nadia tadi. Lalu dia berjalan menuju ruang kerja Aditya.

Nadia hanya bisa menghela napas kasar saat melihat Rosa masuk ke dalam ruangan yang tadinya salah satu ruangan favoritnya. Tetapi tidak lagi setelah dia melihat pemandangan yang menyayat hatinya tadi.

Masuk ke dalam ruang kerja Aditya membuat pria itu menoleh ke arah Rosa. Dia sempat menatap wanita itu sebelum tatapannya kembali ke laptop nya lagi.

"Ke mana Nadia?" tanya Aditya. Dia heran kenapa Rosa melakukan pekerjaan yang seharusnya Nadia kerjakan.

"Maaf pak, Nadia sedang sakit."

Fokus Aditya yang tadi ke laptop nya kembali menatap Rosa. Dia langsung menghentikan pekerjaannya lalu mengangkat dagunya dengan wajah cemas.

"Sakit...?"

"Iya, pak."

Aditya mengangkat interkom nya dan menekan tombol yang langsung terhubung dengan Nadia.

Di mejanya Nadia menahan napasnya saat interkom di depannya berbunyi. Jantung nya berdebar kencang, bingung harus mengangkatnya atau tidak.

"Iya, pak...?" Akhirnya Nadia mengangkat panggilan tersebut.

"Ke ruangan ku sekarang!"

Sambungan telepon itu pun terputus begitu saja. Nadia memegangi jantungnya yang berdenyut nyeri. Dia takut Aditya marah kepadanya. Tapi bukankah dia yang seharusnya marah karena Aditya berbohong tadi? Pria itu yang sepertinya sudah membuangnya. Namun, karena status Aditya yang merupakan CEO di perusahaan itu membuat nyali Nadia menciut.

Tidak lama kemudian pintu ruang kerja Aditya terbuka. Rosa keluar dari sana dan langsung menghampiri Nadia. "Nadia..."

Belum selesai Rosa berbicara, Nadia sudah berdiri dan langsung pergi menuju ruang kerja Aditya. Dia terlihat sangat aneh membuat Rosa kebingungan.

Setelah Nadia mengetuk pintu ruangan itu dan mempersilahkannya masuk, Nadia pun masuk dengan wajah dibuat secerah mungkin.

"Apakah Pak Aditya mencari saya?" tanya Nadia seramah mungkin.

Aditya langsung berdiri dari duduknya dan menghampiri Nadia tanpa mengucapakan sepatah kata pun. Dia langsung meletakkan punggung tangannya di kening wanita di depannya itu.

"Kalau kamu sakit harusnya kamu tidak perlu melanjutkan pekerjaanmu Nadia" kata Aditya dengan suara datar dan terkesan memerintah.

Nadia hanya menganggukkan kepalanya. Dia juga tidak tahu harus berkata apa.

"Mengenai yang tadi aku akan menjelaskannya sekarang. Wanita itu adalah Nindi dan aku akan segera menikahinya."

Nadia langsung mendongak menatap Aditya dengan tatapan tidak percaya. Dia sangat kaget dengan apa yang terucap dari mulut kekasih nya itu. Mereka belum ada kata putus sampai detik itu juga, tetapi Aditya sudah membuat keputusan yang sangat di luar dugaan Nadia.

"Me-menikah...?" tanya Nadia dengan suara terbata-bata.

Aditya terlihat menelan saliva nya dengan susah payah. Dia menatap mata jernih di hadapannya itu yang sudah dia rusak sekaligus sudah menemaninya satu tahun belakangan ini.

"Maafkan aku. Aku sangat mencintainya."

Nadia menunduk dan tanpa sadar air matanya kembali menetes lagi. Namun secepat kilat dia mengusapnya.

Nadia kembali mendongak dengan senyum manisnya sambil berkata "Saya turut senang mendengarnya. Semoga anda bahagia, pak."

Aditya tampak tidak nyaman dengan ucapan selamat dari Nadia, apalagi wanita itu mengubah kembali panggilannya. Dia tahu dirinya brengsek, tetapi Nindi adalah cinta pertamanya. Ditambah lagi orang tuanya meminta dia segera menikahi Nindi setelah wanita yang pernah meninggalkannya itu kembali ke sisinya.

Awalnya Aditya memang berniat untuk menikahi Nadia. Tapi setelah dia pikir-pikir lagi apalagi orang tuanya tidak merestui hubungannya dengan Nadia. Hubungan mereka sangat ditentang keras oleh ibu Aditya. Nadia yang hanya seorang anak yatim piatu dari keluarga bias-biasa saja dianggap tidak sepadan dan tidak pantas untuk menjadi istri Aditya yang berasal dari keluarga konglomerat.

"Nadia, aku akan memberikanmu kompensasi atas waktumu yang terbuang selama ini" kata Aditya dengan suara rendah.

Nadia langsung menggelengkan kepalanya. Dia tidak butuh uang dan yang dia butuhkan itu hanyalah Aditya. Ayah dari anak yang sedang dia kandung sekarang.

"Tidak perlu, pak! Saya tidak butuh apa pun!"

Nadia menolak dengan tegas dan berusaha tersenyum. Tapi Aditya tahu bahwa wanita itu tidak baik-baik saja seperti yang diperlihatkan Nadia di hadapannya.

Aditya mengangkat tangannya hendak mengusap pipi Nadia, tetapi wanita itu reflek mundur beberapa langkah menjauh dari Aditya. Sikap Nadia tersebut membuat laki-laki itu menurunkan tangannya kembali.

"Maaf..."

Hanya kata itu yang bisa dia ucapkan. Aditya sendiri tidak tahu apakah keputusan yang sudah dia ambil itu sudah benar.

"Apa masih ada yang bapak butuhkan lagi?" tanya Nadia lagi setelah beberapa saat kesunyian menyerang di antara mereka berdua.

Aditya tidak menjawab, dia hanya menatap Nadia. Mencoba memberikan sedikit alasan lain agar dia tak dirundung rasa bersalah. Namun lidahnya terasa kelu.

"Kalau tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, saya pamit" ujar Nadia. Kemudian dia membungkukkan badannya dan perlahan mundur sebelum berbalik melangkah menuju pintu keluar dari ruangan itu.

"Nadia, tunggu...!"

Nadia langsung menghentikan langkahnya dan tunangannya yang sudah memegang gagang pintu.

"Nadia tunggu sebentar. Ada yang ingin aku tanyakan samamu."

"Iya, ada apa?" Nadia berbalik menatap Aditya.

Aditya pun kembali menghampiri Nadia yang sudah berdiri di depan pintu. Kamu tidak sedang hamil, kan?" tanya Aditya dengan perasaan was-was.

Mengingat saat mereka melakukan hubungan terlarang itu, sekali pun Aditya tidak pernah memakai pengaman. Pria itu takut jika Nadia sedang hamil karena itu akan menjadi masalah besar baginya nanti.

"Memangnya kalau aku hamil, apakah anda akan membatalkan pernikahan anda" tanya Nadia dengan suara bergetar menuntut jawaban.

Terpopuler

Comments

Eka Kaban

Eka Kaban

baru baca cerita nya Lang suka kasih bunga aja karena gak vote ny6

2024-05-31

2

Cicih Sophiana

Cicih Sophiana

mampir thor.

2024-06-11

1

Vivo Smart

Vivo Smart

tau gitu kenapa kamu nidurin Nadia furgoso,.....

2024-06-02

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1. Patah Hati
2 BAB 2. Bertahan
3 BAB 3. Orang Asing
4 BAB 4. Keluar Dari Apartemen
5 BAB 5. Jadi Simpanan
6 BAB 6. Terpaksa Menurut
7 Pengumuman Up Date
8 BAB 7. Bertindak Sesuka Hati
9 BAB 8. Pria Paling Beruntung
10 BAB 9. Menjauh Menjaga Jarak
11 BAB 10. Arti Sebuah Kepercayaan
12 BAB 11. Sekretaris Multitalen
13 BAB 12. Tidak Tahu Diri
14 BAB 13. Membohongi Diri Sendiri
15 BAB 14. Gagal Move On
16 BAB 15. Hanya Bisa Menyakiti
17 BAB 16. I am Sorry
18 BAB 17. Pergi
19 BAB 18. Penyesalan Diakhir
20 BAB 19. Empat Tahun Berlalu
21 BAB 20. Apakah Ini Takdir ?
22 BAB 21. Mau Sekolah
23 BAB 22. Bocil Si Mulut Comel
24 BAB 23. Meminta Tolong
25 BAB 24. Pergi Menemui
26 BAB 25. Mengajak Berbicara
27 BAB 26. Ungkapan Perasaan
28 BAB 27. Merasa Diikuti Pengunt*t
29 BAB 28. Bertemu Aditya Versi Mini
30 BAB 29. Memilih Mengabaikannya
31 BAB 30. Bertemu Lagi Nenek Lampir
32 BAB 31. Keluar Dari Pekerjaan
33 BAB 32. Tidak Sengaja Bertabrakan
34 BAB 33. Rasa Ketakutan Menghantui
35 BAB 34. Gundah Gulana
36 BAB 35. Sepertinya Darah Dagingku
37 BAB 36. Dia Anakku Kan?
38 BAB 37. Keras Kepala Nek Lampir
39 BAB 38. Jatuh Miskin Dalam Sekejap
40 BAB 39. Memohon Kembali
41 BAB 40. Menemui Nadia
42 BAB 41. Berniat Mengambil Leonel
43 BAB 42. Si Paling Berhak Memiliki
44 BAB 43. Bertahan Karena Rasa Gengsi
45 BAB 44. Mengakhiri Hidup (?)
46 BAB 45. Akan Segera Menikah
47 BAB 46. Memulai Usaha baru
48 BAB 47. Dasar Manusia Keras kepala
49 BAB 48. Tidak Tahu Sama Sekali
50 BAB 49. Pergi Menemuinya
51 BAB 50. Tidak Bisa Kembali Seperti Semula
52 BAB 51. Hanya Bisa Melihat Dari Jauh Lagi
53 BAB 52. Apakah Ini Namanya Karma ?
54 BAB 53. Untuk Pertama Kalinya Bertemu
55 BAB 54. Ngajak Kencan
56 BAB 55. Melihatnya Semakin Terpuruk
57 BAB 56. Kembali Siuman
58 BAB 57. Rencana Pindah
59 BAB 58. Hampir Saja Keciduk
60 BAB 59. Pindah Tempat Tinggal Baru
61 BAB 60. Panggil Aku Papi
62 BAB 61. Pertama Sekali Bermain Bersama
63 BAB 62. Mempertemukan Leonel
64 BAB 63. Perasaan Dilema
65 BAB 64. Bertemu Nyonya Sinta
66 BAB 65. Nenek Ini Onel
67 BAB 66. Ada yang Cemburu
68 BAB 67. Shik Shek Shok
69 BAB 68. Bertemu Orang Asing
70 BAB 69. Hari Lahir Leonel
71 BAB 70. Ikut Makan Malam Bersama
72 BAB 71. Posisi yang Perlahan Tergeser
73 BAB 72. Hadiah Ulang Tahun Kedua
74 BAB 73. Rutinitas Baru
75 BAB 74. Berjalan Dengan Lancar
76 BAB 75. Menghabiskan Waktu Bertiga Saja
77 BAB 76. Like Tom and Jerry
78 BAB 77. Jatuh Sakit
79 BAB 78. Unsur Tidak Kesengajaan
80 BAB 79. Pertemuan Mengharukan
81 BAB 80. Kakek Uyut Onel
82 BAB 81. Pergi Ziarah
Episodes

Updated 82 Episodes

1
BAB 1. Patah Hati
2
BAB 2. Bertahan
3
BAB 3. Orang Asing
4
BAB 4. Keluar Dari Apartemen
5
BAB 5. Jadi Simpanan
6
BAB 6. Terpaksa Menurut
7
Pengumuman Up Date
8
BAB 7. Bertindak Sesuka Hati
9
BAB 8. Pria Paling Beruntung
10
BAB 9. Menjauh Menjaga Jarak
11
BAB 10. Arti Sebuah Kepercayaan
12
BAB 11. Sekretaris Multitalen
13
BAB 12. Tidak Tahu Diri
14
BAB 13. Membohongi Diri Sendiri
15
BAB 14. Gagal Move On
16
BAB 15. Hanya Bisa Menyakiti
17
BAB 16. I am Sorry
18
BAB 17. Pergi
19
BAB 18. Penyesalan Diakhir
20
BAB 19. Empat Tahun Berlalu
21
BAB 20. Apakah Ini Takdir ?
22
BAB 21. Mau Sekolah
23
BAB 22. Bocil Si Mulut Comel
24
BAB 23. Meminta Tolong
25
BAB 24. Pergi Menemui
26
BAB 25. Mengajak Berbicara
27
BAB 26. Ungkapan Perasaan
28
BAB 27. Merasa Diikuti Pengunt*t
29
BAB 28. Bertemu Aditya Versi Mini
30
BAB 29. Memilih Mengabaikannya
31
BAB 30. Bertemu Lagi Nenek Lampir
32
BAB 31. Keluar Dari Pekerjaan
33
BAB 32. Tidak Sengaja Bertabrakan
34
BAB 33. Rasa Ketakutan Menghantui
35
BAB 34. Gundah Gulana
36
BAB 35. Sepertinya Darah Dagingku
37
BAB 36. Dia Anakku Kan?
38
BAB 37. Keras Kepala Nek Lampir
39
BAB 38. Jatuh Miskin Dalam Sekejap
40
BAB 39. Memohon Kembali
41
BAB 40. Menemui Nadia
42
BAB 41. Berniat Mengambil Leonel
43
BAB 42. Si Paling Berhak Memiliki
44
BAB 43. Bertahan Karena Rasa Gengsi
45
BAB 44. Mengakhiri Hidup (?)
46
BAB 45. Akan Segera Menikah
47
BAB 46. Memulai Usaha baru
48
BAB 47. Dasar Manusia Keras kepala
49
BAB 48. Tidak Tahu Sama Sekali
50
BAB 49. Pergi Menemuinya
51
BAB 50. Tidak Bisa Kembali Seperti Semula
52
BAB 51. Hanya Bisa Melihat Dari Jauh Lagi
53
BAB 52. Apakah Ini Namanya Karma ?
54
BAB 53. Untuk Pertama Kalinya Bertemu
55
BAB 54. Ngajak Kencan
56
BAB 55. Melihatnya Semakin Terpuruk
57
BAB 56. Kembali Siuman
58
BAB 57. Rencana Pindah
59
BAB 58. Hampir Saja Keciduk
60
BAB 59. Pindah Tempat Tinggal Baru
61
BAB 60. Panggil Aku Papi
62
BAB 61. Pertama Sekali Bermain Bersama
63
BAB 62. Mempertemukan Leonel
64
BAB 63. Perasaan Dilema
65
BAB 64. Bertemu Nyonya Sinta
66
BAB 65. Nenek Ini Onel
67
BAB 66. Ada yang Cemburu
68
BAB 67. Shik Shek Shok
69
BAB 68. Bertemu Orang Asing
70
BAB 69. Hari Lahir Leonel
71
BAB 70. Ikut Makan Malam Bersama
72
BAB 71. Posisi yang Perlahan Tergeser
73
BAB 72. Hadiah Ulang Tahun Kedua
74
BAB 73. Rutinitas Baru
75
BAB 74. Berjalan Dengan Lancar
76
BAB 75. Menghabiskan Waktu Bertiga Saja
77
BAB 76. Like Tom and Jerry
78
BAB 77. Jatuh Sakit
79
BAB 78. Unsur Tidak Kesengajaan
80
BAB 79. Pertemuan Mengharukan
81
BAB 80. Kakek Uyut Onel
82
BAB 81. Pergi Ziarah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!