Wulan Riyanti merebut suami adiknya lantaran dia diceraikan sang suami karena terlalu banyak menghamburkan uang perusahaan. Tia sebagai adik tidak tahu bahwa di balik sikap baik sang kakak ternyata ada niat buruk yaitu merebut suami Tia.
Tia tidak terima dan mengadukan semua pada kedua orangtuanya, akan tetapi alangkah terkejutnya Tia, karena dia bukan saudara seayah dengan Wulan. Orang tua Ita lebih membela Wulan dan mengijinkan Wulan menjadi istri kedua Ridho-suami Tia.
Rasa sakit dan kecewa Tia telan sendiri hingga akhirnya Tia memutuskan untuk bercerai dan hidup mandiri di luar kota. Suatu kebetulan dalam kesendiriannya Tia bertemu dengan sang mantan suami Wulan yang bernama Hans. Bagaimana kisah Cinta Tia dan Hans selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aryani Ningrum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Meri meronta-ronta tapi si Mandor yang bertubuh kekar dan tenaga jauh lebih besar mampu membuat Meri kalah.
"Diamlah! Atau Kamu ingin anakmu menangis dan terbangun! Jika kau menurut maka aku jamin suamimu akan naik jabatan! Jika kau melawan bisa kupastikan besok suamimu sudah tidak bekerja lagi di sini!" ancam Si Mandor itu lagi.
Meri pun luruh, dia bingung harus bagaimana. Di satu sisi adalah kehormatannya yang dia melawan pun pasti kalah dan disisi lagi nasib pekerjaan suaminya yang jadi taruhan. Meri tidak melakukan perlawanan lagi, si Mandor yang mengetahui sudah tidak ada perlawanan dari Meri, dia segera memanfaatkan kesempatan ini untuk memuaskan nafsunya.
Daster Meri pun dikoyak dengan paksa hingga robek tak berbentuk lagi. Dengan masih memakai seragam pabrik, si Mandor menggagahi Meri di atas sofa ruang tamu. Air mata Meri sudah tak terbendung lagi,dibawah kungkungan Si Mandor dia terisak dan menatap nama dada di baju seragam milik si Mandor dan tertulis nama Gunawan.
Erangan dari Gunawan membuat Meri muak, dia mengepalkan kedua tangannya. Hantaman dan desakan senjata milik Gunawan membuat Meri meringis kesakitan, pasalnya tanpa ada pemanasan Gunawan memaksa masuk ke inti kewanitaan Meri. Air susu yang tumpah dari bola kembar Meri langsung diminum oleh Gunawan membuat nyeri yang amat sangat di dada Meri.
Setelah sampai puncaknya, Gunawan mengerang dan ambruk di atas Meri, tapi dengan segera Gunawan bangkit dan berdiri merapikan bajunya. Bau yang menguar dari bekas bercintanya hanya dia bersihkan dengan baju Meri yang robek. Sedangkan Meri lemas tak berdaya. Dia tertatih bangkit dari sofa.
"Sungguh tubuhmu membuatku melayang, Cantik. Tapi sayang Aku hanya suka memakai wanita sekali saja. Ini uang untuk tutup mulutmu. Ingat jangan sampai orang lain tahu!" ancam Gunawan sebelum dia keluar dari rumah Meri.
Meri menatap nanar uang ratusan ribu yang berjumlah sepuluh lembar itu. Air matanya belum mau berhenti. Dia mengutuk perbuatan Gunawan lalu menangis meraung meratapi nasibnya.
Gunawan tidak mempedulikan kondisi Meri yang berantakan, dia segera pergi dari rumah Meri setelah menengok keluar dan mendapati keadaan aman.
Meri duduk sambil memeluk kedua kakinya, dia terus menangis. Tiba-tiba Wulan yang sedang tidur nyenyak pun menangis, dia seperti merasakan apa yang ibunya saat ini rasakan. Meri bangkit dari duduknya, dia segera mandi dan memakai daster lain. Dia tidak ingin anaknya merasakan bekas mulut si iblis berbadan manusia tadi.
Area dada Meri yang masih nyeri apalagi daerah organ intimnya yang masih sakit membuatnya tidak bisa bergerak cepat. Dia jalan terseok-seok untuk menuju kamar mandi. Di kamar mandi pun dia masih menangis sambil mengguyur tubuhnya dari atas kepala hingga kaki, dia merasa kotor karena lelaki lain sudah menjamah tubuhnya.
"Oek ... Oek ..." suara tangisan Wulan makin terdengar nyaring, Meri segera menyudahi mandinya dan segera berpakaian lalu menyusui Wulan.
"Ssstt ... tenang sayang, Mama tidak apa-apa kok. Kamu harus jadi anak yang kuat ya, jangan cengeng. Demi Kamu, Mama akan menyimpan semua rahasia ini rapat-rapat. Sekarang Wulan anak mama yang cantik bobok ya ...." Meri memberikan Asi pada Wulan senabari mengusap dan menepuk-nepuk badan Wulan agar kembali tidur.
Pandangan Meri kosong, dia juga menyalahkan suaminya. Andai tadi Cahyo suaminya tidak pergi, maka kejadian ini tidak akan terjadi.
2 Bulan kemudian ...
"Hoek ... Hoek ...." Meri lari ke kamar mandi saat dia mencium bau yang menusuk hidungnya. Cahyo suaminya sedang memasak tumis kangkung kesukaan Meri. Cahyo hari ini memasak sebelum pergi karena Meri sudah satu Minggu ini meriang dan masuk angin. Badannya lemas, setiap nasi yang masuk pun selalu dimuntahkan lagi.
"Dek, Ayo kita periksa ke bidan. Biar kita tahu Adek sedang hamil atau masuk angin biasa. Sudah Mas kerokin tapi belum juga baikan," ucap Cahyo sembari menggendong Wulan. Cahyo merasa Meri masuk angin karena terlalu capek merawat Wulan anaknya yang masih kecil .
Deg ...
Bersambung ...
Cahyo dan Tia boleh bersentuhan kerana merupakan Bapak Tiri Tia ,
Gunawan dan Sinta boleh bersetuhan , Seperti bersalaman ataupun sekadar cium kening , Kerana Sintia anak tiri Gunawan ,
Gunawan tidak boleh menjadi wali Sintia ketika menikah begitu jugak dengan Tia ,
Cahyo tidak boleh menjadi Wali Tia tetapi boleh menjadi Wulan kerana anak kandung Cahyo ,
Kalau tidak mahu bersalaman dengan Gunawan boleh tapi haruslah berlapik .
Berbeda sama Gunawan dan anaknya mereka tidak sedarah dengan Tia , Kerana Tia adalah yang lahir dari pemerkosaan atau pun lebih tepat anak tidak sah taraf ,
Tia bersentuh dengan Gunawan walaupun hanya sekadar bersalaman tanpa lapik itu tidak di benarkan dalam Islam kerana Gunawan bukanlah mahram dari Tia , Gunawan juga tidak pernah menikahi Ibu kandung Tia ,
Berbeda pula dengan Bapak Wulan kerana menjadi bapak tiri Tia kerana menikah Ibu Tia ,
Wulan , Tia dan adik lelakinya adalah saudara dari satu Ibu dan mereka tidak batal air sembahyang ketika bersentuhan .