Cinta Suci Bilqis

Wilda yang baru saja memperkenalkan diri pada Bilqis sebagai ibu kandung Krisna sontak membuat Bilqis terkejut. Bilqis sama sekali tak menyangka akan bisa bertemu dengan mamanya Krisna di sini. Wilda meminta waktu untuk bicara dengan Bilqis sebentar saja, Bilqis kemudian menuruti apa yang Wilda inginkan. Wilda membawa Bilqis untuk pergi ke cafe untuk bicara berdua dari hati ke hati, di sana Bilqis mengeluarkan semua isi hatinya pada Wilda karena entah kenapa Bilqis merasa bahwa Wilda adalah orang yang tulus dan Bilqis bisa merasakan ketulusan serta senyum hangat menenangkan Wilda bukanlah sesuatu hal yang palsu. Wilda adalah seorang pendengar yang baik dan ia sama sekali tak memotong ucapan Bilqis dan membiarkan Bilqis untuk terus mengungkapkan cerita yang selama ini ia pendam hingga pada akhirnya justru malah Bilqis yang merasa tak enak karena ia rasanya terlalu banyak bicara.

"Maaf, saya jadi terlalu banyak bicara."

"Kok kamu malah meminta maaf? Justru saya suka kok kalau kamu bicara panjang lebar sama saya karena itu artinya kamu percaya sama saya."

Hati Bilqis menghangat ketika melihat senyum tulus Wilda yang menenangkan hatinya, ia merasa bahwa Krisna beruntung bisa memiliki Wilda sebagai ibu kandungnya jika dibandingkan dengan dirinya yang memiliki Putri sebagai ibu kandungnya yang bahkan selalu saja menyalahkan dirinya dengan semua yang Bilqis lakukan.

"Berat sekali jadi kamu, ya? Tapi terima kasih karena kamu sudah bertahan."

Air mata Bilqis tak bisa ditahan lagi, ucapan tulus Wilda sukses membuat air matanya meleleh dan Wilda seketika berpindah posisi ke sebelah Bilqis dan kemudian memeluk Bilqis. Di dalam pelukan itu nampak Bilqis langsung memeluk kembali Wilda dan langsung saja mengeluarkan emosinya. Wilda sama sekali tak mengatakan apa pun dan membiarkan Bilqis untuk menangis hingga perasaannya menjadi lebih lega.

"Terima kasih," ujar Bilqis ketika perasaannya sudah jauh lebih lega dari sebelumnya.

Wilda memberikan senyum teduhnya, ia mengusap punggung tangan Bilqis dan mengatakan bahwa kalau Bilqis butuh dia maka jangan sungkan untuk menghubunginya.

****

Krisna baru saja kembali ke rumah dan langsung mencari sang mama di seluruh penjuru rumah. Ketika menemukan mamanya yang sedang ada di taman belakang rumah maka ia langsung saja menghampirinya.

"Ada apa kamu mencari Mama?"

"Apakah Mama sudah menemui Bilqis?"

"Iya, Mama sudah menemui Bilqis."

"Jadi menurut Mama dia bagaimana?"

"Kamu mau Mama jawab dengan jujur?"

Krisna dengan bersemangat menganggukan kepalanya, Wilda kemudian menarik napas sebelum menceritakan bagaimana pendapatnya mengenai Bilqis yang tadi siang sudah ia sempat temui.

"Jadi menurut Mama dia wanita baik-baik kan?"

"Iya, dia wanita baik hanya saja hubungannya dengan ibu kandungnya tak baik."

"Aku tahu itu, selama ini dia melalui masa-masa sulit dalam hidupnya. Harus hidup dengan ibunya yang sakit mental, menikah dengan pria yang menyalahkan dirinya akibat keguguran ditambah lagi sikap mantan mertuanya yang toxic."

"Kamu sepertinya sangat bersemangat sekali kalau kita membahas soal dia."

"Mama tahu jawabannya kan?"

Wilda tergelak dengan ucapan Krisna barusan, ia kemudian merengkuh tubuh anaknya itu dan mengatakan kalau Krisna serius pada Bilqis maka ia mohon jangan pernah untuk memainkan perasaan wanita itu.

"Sudah cukup penderitaan yang ia alami selama ini, jangan menambahkan beban penderitaannya kelak."

****

Sementara itu Cathrine yang sudah resmi menikah dengan Rendi justru sama sekali tak bisa dikatakan menikmati perannya sebagai seorang istri yang dimanjakan oleh suami. Rendi tetap saja bersikap dingin dan angkuh padanya, sikap yang sama sekali berbeda ketika dulu ia tunjukan ketika mereka berpacaran.

"Aku mau bicara denganmu."

"Aku tak punya waktu untuk bicara denganmu."

Rendi tetap saja tak mau menatap wajahnya ketika sedang membuka pakaian kerjanya yang mana membuat Cathrine kesal bukan main karena suaminya ini berani mengabaikannya namun Rendi sama sekali tak takut.

"Bukankah kamu yang menginginkan pernikahan ini? Sekarang kamu sudah mendapatkan pernikahan seperti apa yang kamu inginkan jadi berhenti mengungkit apalagi yang kurang!"

"Apakah kamu masih mencintai Bilqis?!"

"Itu sama sekali bukan urusan kamu!"

"Jadi benar kalau kamu masih mencintai mantan istri kamu itu?!"

Rendi geram bukan main dengan ucapan konyol Cathrine ini, sejak tadi ia tak pernah membicarakan soal Bilqis namun kenapa tiba-tiba saja Cathrine malah mengungkit soal Bilqis.

"Keluar dari kamarku sekarang juga!"

"Kenapa kamu memerlakukan aku begini, Rendi? Kenapa?!"

Rendi tak mau menjawab pertanyaan Cathrine barusan dan malah mendorong wanita itu untuk keluar dari dalam kamarnya dan kemudian mengunci kamar itu. Ia sengaja mengabaikan suara gedoran pintu yang Cathrine lakukan.

"Kenapa sih semakin lama tingkahnya makin menyebalkan saja?"

****

Eny sama sekali tak menceritakan soal pertemuannya dengan Suwito di rumah kontrakan Bilqis pada Putri karena adik iparnya itu saat ini tak dalam kondisi baik-baik saja. Putri masih belum bisa menerima kalau Bilqis berpisah dengan Rendi dan menyalahkan Bilqis ketika berpisah dengan Rendi ditambah lagi ada Suwito yang tiba-tiba saja datang dan menceritakan kisah masa lalu mereka yang pada akhirnya Putri mengandung dan Bilqis lahir ke dunia ini.

"Semua sudah digariskan oleh Tuhan, kenapa kamu masih saja menyalahkan Bilqis?"

"Karena memang dia yang salah. Sudah baik dapat suami seperti Rendi namun bisa-bisanya dia meminta cerai."

"Kalau aku jadi Bilqis, maka aku juga pasti akan menceraikan abang kamu kalau dia kepergok selingkuh."

Putri seketika menoleh ke arah Eny, nampak wajahnya tenang ketika mengatakan itu namun kalimatnya barusan penuh dengan penekanan. Eny mengatakan bahwa saat ini Bilqis tengah berjuang memperbaiki mentalnya yang selama ini babak belur dan Eny meminta bahwa Putri jangan sekali-kali untuk mengatakan hal buruk pada Bilqis kalau semua itu hanya berdasarkan asumsi saja namun Putri bebal dan masih saja mendebat pendapat Eny barusan. Eny sama sekali tak menanggapi apa yang Putri katakan dan meninggalkan adik iparnya itu sendirian di ruang tengah.

****

Suwito meminta Bilqis untuk memberikan keputusannya segera. Suwito menjamin bahwa Bilqis akan aman kalau tinggal di rumah itu karena ia sudah memberikan Lily peringatan. Bilqis mengatakan pada ayah kandungnya itu bahwa ia sama sekali tak bisa melakukan itu.

"Maaf namun saya tak bisa."

"Kenapa? Bukankah Ayah sudah bilang bahwa kamu jangan memikirkan soal Lily?"

"Bukan, hanya saja saya sudah nyaman tinggal di sini."

Suwito tahu bahwa semua itu hanya alasan Bilqis saja untuk tak tinggal bersamanya padahal ia sangat berharap bisa tinggal satu atap bersama dengan putri kandungnya yang selama ini ia telantarkan.

"Maafkan Ayah kalau selama ini kamu harus menderita bersama bundamu."