NovelToon NovelToon
Dewa Setan Perbatasan Utara

Dewa Setan Perbatasan Utara

Status: sedang berlangsung
Genre:Raja Tentara/Dewa Perang / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:18.5k
Nilai: 5
Nama Author: Jibril Ibrahim

Muda, tampan, kaya, tidak berguna! Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan sosok Huan Wenzhao. Namun…

Siapa sebenarnya Huan Wenzhao tak ada yang tahu.

Mau tahu identitas lain Huan Wenzhao?

Ikuti kisahnya di sini!
Hanya di: Noveltoon/Mangatoon.

~Selamat membaca~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jibril Ibrahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode²⁹

Huan Wenzhao melayang diam tanpa ekspresi di depan pohon dedalu itu dalam cengkeraman tangan raksasa yang dibentuk dari sulur-sulurnya. Tatapannya terpaku lurus ke arah Hu Li Na yang sudah terkulai di batang pohon itu dalam keadaan terikat. “Lepaskan dia,” katanya dengan suara datar.

“Memohonlah…!” Bisik suara itu bernada menggoda. Salah satu sulur dedalu mencolek dagunya. “Berdoalah padaku!”

Huan Wenzhao tetap bergeming.

“Aku baru saja menjadi dewa, kau akan menjadi pengikut pertamaku!” Goda suara wanita itu lagi.

Dua helai sulur dedalu merambat di kedua bahu Huan Wenzhao.

Pemuda itu tersenyum sinis. “Sebagai dewa… bukankah kau terlalu menyedihkan,” ejeknya.

“Memangnya kenapa?” Suara itu berkilah. “Kau sendiri tidak menjadi dewa sejak lahir!”

Sulur-sulur tanaman di kedua bahu Huan Wenzhao merayap turun ke lengannya dan terlepas dengan sendirinya. Melecut lembut menjauhinya.

“Paling tidak aku sudah menjadi dewa lebih dulu darimu,” tukas Huan Wenzhao. “Bisa dikatakan… aku adalah seniormu. Bagaimana kalau kau memanggilku… Kakek?!”

Segerumbul tanaman bangkit bersama-sama membentuk manusia tanaman tinggi menjulang, kepalanya merunduk di atas kepala Huan Wenzhao. Kedua tangannya bersedekap.

“Aiya!” Manusia tanaman itu berdecak dan menggeleng-geleng. “Kau begitu muda dan tampan. Sayangnya… mulutmu tak enak didengar!”

“Lepaskan dia!” Ulang Huan Wenzhao setengah menggeram. Angin kencang berpendar dari tubuhnya.

WUUUUSSSSH!

Pohon keramat di depannya bergoyang. Dahan-dahannya meliuk-liuk. Sulur-sulurnya yang melilit Huan Wenzhao terlepas seketika, lalu tersapu menjauh dan memburai seperti air laut yang tertimpa gunung. Akar-akarnya meregang dan bergetar.

Huan Wenzhao memutar tubuhnya. Angin ribut berpusar di sekelilingnya.

Pohon keramat itu merunduk.

Huan Wenzhao mengembangkan kedua tangannya di sisi tubuhnya.

Hempasan angin di sekelilingnya semakin kencang.

Pohon keramat itu mulai berkeretak. Ranting-ranting kecilnya patah sebagian. Sulur-sulurnya melecut-lecut tanpa kendali.

Para tentara di benteng pertahanan terkejut mendapati sulur-sulur tanaman yang di atas kepala mereka tersingkap seperti tirai diterpa angin.

“Apa yang terjadi?” Pekik seorang perwira. “Sepertinya tanaman itu mundur!”

“Tetap waspada!” Perwira lainnya menginstruksikan. “Ditakutkan gelombang berikutnya menjadi dua kali lebih besar.”

Yang ada dalam benak perwira itu, gelombang tanaman liar itu mungkin seperti ombak. Mundur untuk menerjang kembali.

Sebenarnya pertahanan pohon keramat itu sedang goyah.

Li Asoka tersenyum miring. Ia tahu apa yang sedang terjadi. Dia sedang mencoba merobohkan pohon keramat ini, katanya dalam hati. Kemudian melepaskan elang malamnya.

Lengkingan suara elang itu membahana di langit malam. Mendominasi di ketinggian.

Sebagai leluhur alam semesta yang sudah hidup semejak zaman purba, Li Asoka mustahil tak tahu kelemahan makhluk jenis hydra.

Tapi sebagai seorang dewa, ia dibatasi aturan langit.

Tak boleh membocorkan rahasia langit, tak boleh menggunakan kekuatan dan pengetahuannya dengan sewenang-wenang. Terutama karena keberadaannya di alam fana untuk suatu misi.

Eksistensinya dalam ketentaraan hanya sebatas penyamaran.

Tak ada yang tahu misinya di dunia fana. Bahkan Huan Wenzhao yang jelas-jelas mengetahui jati diri penyihir itu.

Huan Wenzhao tak ingin memperhitungkannya!

Selama dia tak mengacaukan tatanan semesta, urusannya bukan urusanku, pikir Huan Wenzhao.

Sampai sejauh ini, Li Asoka tidak memanfaatkan kedewaannya untuk bertindak sewenang-wenang. Segala keputusannya sejalan dengan aturan langit. Bahkan untuk sekadar menyerang iblis. Ia hanya menggunakan kekuatan ilahinya untuk menyerang dewa iblis dan dewa palsu.

Dewa palsu adalah manusia yang mencapai kedewaannya dengan merebut kedewaan orang lain.

Huan Wenzhao juga terikat peraturan yang sama.

GROAAAAAAARRR…

Gemuruh angin menderu di kejauhan.

Huan Wenzhao menjulurkan sebelah tangannya ke depan, mendorong angin dengan telapak tangannya.

WUUUUSSSSSH!

Angin menerjang pohon itu lebih kencang lagi. Akar-akar kecilnya tercabut dari tanah. Akar yang lebih besar melesak ke dalam tanah, menancapkan ujungnya semakin dalam supaya tidak tercabut. Sulur-sulurnya merenggut pepohonan lain di sekelilingnya, sebagian melilit sejumlah bukit dan pegunungan.

Huan Wenzhao memutar tubuhnya di udara sekali lagi, kemudian mendarat dengan sebelah kaki, menancapkan ujung sepatu itu di permukaan tanah.

DUAAAAARRRR!!

Tanah di sekelilingnya meledak.

Pohon itu hampir terjungkal.

Hu Li Na terlepas dari cengkeraman sulurnya.

Huan Wenzhao melesat ke arah wanita itu, mencoba menangkapnya.

Tapi akar pohon keramat itu menyergap pergelangan kaki Hu Li Na dan menyeretnya ke dalam tanah.

“TIDAAAAK!” Huan Wenzhao terpekik dan tergelincir di udara.

Bersamaan dengan itu, cabang dedalu merenggut pinggangnya dan melilitnya.

“Jenderal! Bangun!” Teriak Huan Wenzhao.

DUAAAAARRRR!

Sulur tanaman yang melilitnya meledak.

Tapi sulur lainnya menyergap kedua tangannya yang secara otomatis segera menjalar dan melilitnya lagi.

Huan Wenzhao menggerakkan jarinya dan seketika ledakan halilintar terlontar dari ujung jarinya.

DUAAAAARRRR!

DUAAAAARRRR!!

Sulur-sulur dedalu mengering seketika.

Huan Wenzhao melejit menjauhi pohon keramat itu sembari mengayunkan sebelah tangannya.

SLAAAASSSH!

Ujung jemarinya melontarkan energi berbentuk benang cahaya mirip jaring laba-laba untuk meraih pinggang Hu Li Na.

Tubuh wanita itu melesak ke dalam tanah. Akar dedalu itu menyeretnya semakin kuat.

Huan Wenzhao menyentakkan tangannya, mencoba merenggut Hu Li Na.

Bersamaan dengan itu, Li Asoka menyeruak ke arah mereka dalam wujud seekor elang.

WUUUSSSSHHH!

Sayapnya mengepak mendatangkan angin kencang yang lebih besar dari energi Huan Wenzhao.

Pohon itu tersentak dan Hu Li Na terlempar dari cengkeraman akarnya.

Huan Wenzhao melesat ke arah Hu Li Na dan menariknya ke dalam dekapannya. Lalu terbang memutar sembari melontarkan kipas lipatnya.

SLASH!

SLAAAASSSH!

Kipas itu melontarkan sejumlah belati berbentuk mata tombak dengan masing-masing tangkainya terikat pada rantai. Rantai-rantai itu terselip di sela-sela jemari Huan Wenzhao dan tertaut dalam cengkeramannya.

JLEB!

JLEB!

JLEB!

Belati-belati itu menancap pada batang dan dahan-dahan pohon itu.

Huan Wenzhao menarik rantainya hingga pohon itu merunduk dan meregang pada akar-akarnya.

Akar-akar cabang dedalu itu bergetar, akar besarnya melesak semakin jauh ke dalam tanah.

Huan Wenzhao mengetatkan cengkeramannya pada untaian rantai yang terselip di sela-sela jemarinya.

Meski rantai itu tak lebih besar dari ukuran tali rami, ketangguhannya tak bisa diremehkan.

Rantai itu terbuat dari logam mulia terkuat di alam semesta. Begitu juga dengan belati-belatinya.

Kipas itu merupakan pusaka salah satu klan dewa purba generasi pertama. Disebut Kipas Prahara.

“Hancurkan akar tunggangnya!” Huan Wenzhao menginstruksikan.

“Begini juga masih harus aku yang turun tangan?” Seloroh Li Asoka. Kemudian menangkupkan kedua sayapnya di depan wajah dan berputar, menciptakan pusaran kabut berwarna hitam.

Ia muncul kembali dari pusaran itu dalam bentuk manusia berpakaian ksatria dengan sayap dan tombak. Lalu melesat dan menukik ke arah pohon dedalu itu sambil menjujukan tombaknya.

GROAAAAAAARRR…

Ujung tombaknya menyemburkan api yang terlihat seperti komet.

Sedetik kemudian…

DUAAAAARRRR!

Tanah di bawah pohon itu meledak.

Sejumlah akar mencuat dan melecut-lecut seperti cambuk.

Huan Wenzhao melesat semakin jauh sembari menarik rantai di tangannya sekuat tenaga.

KRAAAAKKKK….

Pohon dedalu terjungkal. Akar tunggangnya menggeliat-geliut seperti ular raksasa. Dahan-dahannya bergetar dan memberontak.

Huan Wenzhao mengerahkan seluruh tenaga untuk menarik rantainya lebih keras lagi.

Akar tunggang dedalu itu tercabut sedikit.

Li Asoka memanfaatkan kesempatan itu untuk menghujamkan tombaknya lagi.

WUSSSHHH!

Ia melesat ke arah pohon itu sekali lagi dan menusukkan tombaknya, tepat ke arah akar tunggang pohon tersebut.

DUAAAAARRRR!

“AAAAAAAAAAAAARRRRRRGH!” Pohon keramat itu melolong dengan suara perempuan. Akarnya hanya tergores sedikit.

“Dewa Li! Apa kau belum makan?” Ejek Huan Wenzhao dari udara.

“Tanyakan itu pada dirimu!” Tukas Li Asoka balas mengejek. “Mencabut rumput saja tak bertenaga!”

“Baik!” Tantang Huan Wenzhao. “Aku akan menariknya dalam sekali hentak, dan kau harus memotong akar tunggangnya dalam sekali tebas. Kita lihat siapa yang belum makan?”

“Kurangi bicara supaya tak tambah lapar!” Dengus Li Asoka sambil melejit memantulkan dirinya ke udara.

Huan Wenzhao melesat ke arah pohon itu, terbang meliuk dan berputar-putar, melilitkan rantainya di sekeliling pohon itu, kemudian melejit menjauh sembari menarik rantainya dalam sentakan keras.

Pppppptttt!

Pohon itu akhirnya tercabut dengan akarnya.

WUSSSHHH!

Li Asoka terbang menukik dan menghujamkan tombaknya pada akar tunggang pohon dedalu itu.

SLASH!

DUAAAAARRRR!

Akar tunggang yang mirip belalai gajah itu meledak dan terputus.

Ledakan cahaya dan angin kencang membuncah di lembah itu.

Jeritan suara wanita melengking ke langit tinggi, kemudian melebur bersama gemuruh ledakan dan menguap dihempas pusaran angin.

Pohon itu bergetar dan meretih. Lalu hangus terbakar dimulai dari potongan akar sampai ke ujung-ujung lancip akarnya yang paling halus. Ranting-rantingnya mengering. Daun-daun dan sulur-sulurnya memudar menjadi abu.

Huan Wenzhao dan Li Asoka mendarat bersamaan.

Tak lama kemudian, keduanya terbang berpencar.

Li Asoka berubah bentuk menjadi elang dan terbang tinggi dengan kedua cakar mencengkeram tubuh Hu Li Na yang belum sadarkan diri.

Huan Wenzhao menghilang di balik awan meninggalkan keredap cahaya berbentuk cakram bercorak simbol-simbol astrologi.

Satu jam kemudian, ayam jantan sudah berkokok sementara Huan Wenzhao baru terlelap.

Huan Wenzhao tersentak dan mengerang.

“AYAM JUGA TAK INGIN AKU BERISTIRAHAT?!”

1
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Clink
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yeaaah
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Hancurken
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yuhuuuuu
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yeaaah
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Shi
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yeaaah
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Clink
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Jlebz
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yeaaah
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Jlebz
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Klik
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Iyeeeees
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Jlebz
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow
Sembilαn βenuα
😂😂😂😂😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!