Saga, Kira Dan Luna adalah tiga bersaudara yang bisa melihat hantu. satu persatu arwah datang untuk meminta pertolongan. Kematian kedua orang tua yang misteriuspun masih menjadi misteri Dan mereka berusaha mengungkapkan siapa dalang di balik pembunuhan kedua orang tuanya. Dapatkah Saga, Kira Dan Luna mengungkap siapa dalang do balik pembunuhan Itu Dan dapatkan mereka menyelesaikan semua maslah para arwah gentayangan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kirei39, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Empat Anak Kecil Bab 7
Saga sudah bersiap dan rapi setelah menyediakan sarapan untuk kedua adiknya.
"Kau mau kemana, Kak? " tanya Kira yang aneh melihat Saga pagi pagi sudah rapih seperti itu.
"Aku akan menyelesaikan teror ketukan pintu itu. " jawab Saga.
"Aku ikut! " Luna yang baru saja keluar dari kamarnya ikut bersemangat.
"Kemana? " Kira masih belum mengerti.
"Ke kantor polisi. " jawab Saga singkat.
Saga pun mengambil kunci mobil dan keluar lalu masuk ke dalam mobil. Saat menutup pintu mobil, pintu sebelah dan belakang pun ikut tertutup dan ternyata Kira ikut duduk di depan dan lLuna di belakang.
Saga tau jika kedua adiknya sudah bersemangat seperti itu, maka dia tak bisa melarang mereka.
"Aku tau ini pasti ada hubungannya dengan Pak Siswo. " ucap Kia saat mereka menuju kantor polisi.
Saga tak menjawab apapun hanya fokus pada jalanan di depannya dan bayangan akan kejadian semalam begitu membuatnya sangat sedih.
Mereka tiba di kantor polisi, awalnya polisi sangat tak percaya dengan apa yang Saga katakan karena tak ada bukti yang jelas.
Tapi setelah Saga kembali meyakinkan untuk memeriksa dahulu rumah Pak Siswo, dan akan bertanggung jawab jika perkataannya adalah bohong, akhirnya polisi pun menyetujuinya.
Mereka pun pergi bersama lima orang polisi bersenjata karena jika menurut mereka perkataan Saga benar, maka Pak Siswo merupakan orang yang berbahaya.
Kira bertanya pada temannya diaman rumah Pak Siswonfan stelah mengantongi alamatnya, mereka pun berangkat menuju rumah Pak Siswo dengan para Polisi.
Saga, Kira Dan Luna menunggu di mobil di luar gerbang, sedangkan tiga polisi mencintai di balik tembok dan dua orang mengetuk pintu depan rumah.
Siswo yang tak mencurigai apapun akhirnya membuka pintu.
"Selamat pagi, dengan Pak Siswo? " tanya ketua divisi.
"Ya, saya. " tanpa curiga apapun Siswo menjawab.
"Kami dari kepolisian, kami punya surat ijin untuk meneleday rumah Anda. " ketua Divisi menunjukan surat resminya.
"A.. Apa? Geledah? Maksudnya apa? Memang apa salah Saya? " Siswo mulai terlihat gugup.
"Nanti akan kami jelaskan, tapi sekarang biarkan kami masuk terlebih dahulu. " ucap Ketua Divisi.
"Tidak! Sa.. Saya menolak! " Siswo merentangkan tangan nya agar tak aa yang bisa lewat.
Kedua polisi itu saling bertatapan dan tiba tiba Siswo akan menutup pintunya namun gerakan cepat dari anak buah Polisi langsung menahannya dan mendorong pintu hingga terbuka membuat Siswo terpental dan jatuh ke lantai.
Tiga orang Petugas Polisi yang bersembunyi langsung keluar dan meringkus Siswo. Dia langsung di borgol dengan tangan di belakang tanpa perlawanan apapun.
Saga yang melihat keributan pun keluar di susul oleh Kira Dan Luna. Saat mereka bertiga masuk, Pak Siswo sudah di amankan polisi dengan wajah tertunduk dan lesu.
Terlihat sekali Saga menahan emosinya sekuat tenaga saat melihat Siswo, bayangan kejadian semalam membuatnya ingin sekali memukul Siswo dan merasakan apa yang anak nya rasakan.
"Dimana menurutmu dia menguburkan istri dan anak anaknya? " tanya ketua Divisi pada Saga. "Sekali lagi aku bertanya, kau yakin dengan semua ini? "
Saga mengangguk lalu membawa para Polisi termasuk Siswo ke dapur.
"Apa yang kalian lakukan? Tak ada apapun disini! Aku tidak menguburkan apapun disini! " teriak Siswo.
Perkataan Siswo mebuat Polisi heran, dan akhirnya dia pun mulai mempercayai Saga.
"Geser kulkas itu, di bawahnya dia menguburkan istrinya. " Saga menatap tajam ke arah Siswo.
"Cepat gali. " perintahkan ketua Divisi dan dua orang polisi mulai menggali.
Setelah beberapa meter menggali akhirnya merek menemukan tulang manusia masih memakai baju yang terakhir kali dia pakai walaupun sudah koyak.
Ketua Divisi terkejut dan akhirnya dei percaya pada Saga. Mereka mengangkat tulang itu lalu polisi menelpon petugas inafis untuk memeriksa lebih detail.
Setelah di dapur, Saga menunjukan kamar anak anak. Di kamar itu tertata rapi semua barang seperti layaknya Kamar anak anak yang setiap hari di bereskan.
"Dia mengubur anak nya hidu hidup disana. " Saga menujuk bawah tempat tidur.
Polisi kembali menggali dan benar, empat tulang manusia lengkap di temukan di bawah sana. Saga sungguh tak tahan merasakan kesedihan saat tulang anak anak itu di temukan.
Saga langsung pergi keluar rumah karena tak tahan melihat tulang belulang mereka di temukan. Rasanya kejam sekali mengubur hidup hidup anak yang tak berdosa.
Buk..
Saga memukul tembok dengan kepalanya tangannya hingga tangannya terlihat memar.
Luna yang melihat pun langsung berlari dan memeluk kakaknya.
"Kaka hentikan, jangan lakukan itu. Kalau kau meluapkan emosimu, kau tidak lebih baik dari Pak Siswo." ucapan Luna menyiarkan Saga bahwa memang benar jika dia hilang kendali maka dia sama saja dengan Siswo.
Para polisi pun berdatangan untuk mengambil foto dan bukti bukti. Rumah Siswo pun ramai-ramai oleh polisi dan juga para tetangga yang melihat apa yang terjadi.
"Saga, aku benar benar berterima kasih atas bantuanmu. " Ketua Divisi menghampiri Saga, Kira dan Luna.
"Sama sama, Pak. " jawab Saga yang terlihat sudah tenang kembali.
"Tapi,, aku masih penasaran. Kau tau drimana tentang semua ini? " tanya Ketua Divisi.
Saga tersenyum" salah satu anak mereka memberi tahu ku. "
"Apa? Apa maksudnya? " ketua Divisi benar benar tak mengerti perkataan Saga.
"Kalau begitu kami permisi. Nanti kami akan datang sebagai saksi jika di perlukan. " Saga pun pergi meninggalkan Rumah Siswo.
"Hei tunggu dulu.. "
Luna dan Kira hanya tersenyum melihat Polisi yang kebingungan dengan perkataan Saga.
Saga berhenti sebentar saat akan masuk ke mobil dan berbalik me atap rumah Siswo. Dari halaman belakang terlihat ke empat anak anak Siswo berdiri sambil tersenyum dan melambaikan tangan.
" terimakasih. "
Saga, Kira dan Luna pun tersenyum melihat ke empat anak itu sekarang baik baik saja dan bisa pergi dengan tenang.
Kejadian Pak Siswo menjadi perbincangan di semua kalangan termasuk sekolah Luna dan Kampus Kira.
Anna pun sudah kembali ke sekolah ke esok anda harinya, dia sembuh total. Tak ada tanda tanda baru saja sakit dan teror ketukan pintu pun berakhir.
Saga lebih memilih lebih menyibukan diri menulis novel karena bayangan akan semua kejadian itu masih melekat di hatinya dan dia berjanji akan lebih lagi menjaga adik adik kesayangannya.