The Rocker And The Princess

FBI Quantico akhirnya menghubungi FBI Los Angeles untuk masuk ke apartemen Lunox di daerah Melrose sementara tim Quantico menyelidiki apartemennya di Virginia. Mereka semua mendapatkan bukti yang disebut oleh para agen adalah peralatan untuk membunuh. Terdapat beberapa barel, banyak cutter, pisau, sarung tangan, kloroform untuk membius korban - korbannya dan berbagai alat lainnya.

Pedro Pascal yang datang ke apartemen Lunox hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dia sudah menghadapi dan menemui barang bukti para penjahat, tapi tetap saja merasa takjub dengan pola pikir mereka. Betapa mereka memiliki pola pikir diluar orang waras bahkan lebih dari diluar Nurul, Nurlela dan Nurbayan...

"Boss, kami menemukan beberapa perhiasan milik korban yang dilaporkan oleh keluarga..." lapor Agen Dazzle.

Pedro melongo. "Dia mengumpulkan perhiasan korban? Macam souvenir atau Thropy gitu?"

"Yes Boss..."

Pedro mengangguk. "Akan aku ajukan hukuman mati ke jaksa penuntut umum..."

"Tapi Boss, Virginia sudah menghapus hukuman mati ..."

"Tidak jika para keluarga korban bersatu mengajukan petisi ke mahkamah agung agar dibuka kembali hukuman mati. Harus ada yang pertama ..." jawab Pedro kesal.

***

Kamar Hotel Aghnia

Mark memeluk erat tubuh Aghnia dari belakang karena dirinya masih tidak menyangka gadis itu sangat berani dan sudah berkongkalikong dengan Pedro sebelum masuk ke ruang interogasi.

"Kamu mau sampai kapan memeluk aku seperti ini, Mark?" tanya Aghnia yang keduanya duduk di sofa panjang.

"Sampai aku benar-benar tenang. Kamu bikin aku jantungan, tahu nggak !" ucap Mark sambil meletakkan kepalanya di bahu Aghnia.

"Modusnya dia aja tuh..." ejek Rylee yang sebal melihat kelakuan kekasih kakaknya. "Udah sunat belum lu ?"

Wajah Mark makin memucat. "Duh ..."

Rylee dan Naradipta tertawa terbahak-bahak melihat si mantan Rocker bisa mengkeret mendengar kata 'sunat'.

"Apa sama aku saja. Mumpung aku disini ..." goda Naradipta.

"No. Kamu masih mahasiswa ! Belum ada lisensi bedah !" protes Mark dengan wajah kesal.

"Lho Papaku disini ..." eyel Naradipta.

"Papamu dokter forensik Dipta ..." balas Rylee.

"Tapi kalau cuma sunat mah kecil urusannya ..." timpal Naradipta lagi.

"Bisa-bisa nanti dikira bang Mark salah satu korban kejahatan karena di ruang autopsi ..." gumam Rylee membuat Mark semakin sebal dengan dua adik Aghnia yang seolah tidak ada hati plus akhlak menggoda dirinya.

"Kamu baru ketemu duo vampir belum ketemu yang lainnya. Lebih parah dari mas Kay, Dipta dan Rylee..." kekeh Aghnia ke arah Mark yang semakin erat memeluk dirinya.

"Beneran deh kalian itu ..."

***

Sementara itu di balkon, Jeddah melaporkan semuanya kepada Alexander dan Kalila yang ditemani Jordy di sebelahnya.

"Jadi Aghnia bekerjasama dengan bang Pedro buat bisa membongkar dia menyimpan semua perlengkapan dan peralatan membunuhnya ..." ucap Kalila. "That's my girl ..."

"Iya Nyonya ..." jawab Jeddah.

"Bagaimana dengan Mark? Dia pasti terluka dan tidak menyangka bukan ..." tanya Alexander.

"Mr Kershaw sangat terkejut, Emir Khalid. Dia tidak menyangka selama lima tahun bersama Lunox, pria itu menyembunyikan sisi devil di dirinya. Siapapun tidak akan menduganya bukan, Sir ?" jawab Jordy.

"Sekarang boss kamu dimana Jordy ?"

"Bersama Miss Aghnia, Mr Naradipta dan Mr Rylee."

"Mereka tidak macam-macam kan ?" tanya Alexander sambil memicingkan matanya.

"Kan ada Mr Dipta dan Mr Rylee, tuanku ..." senyum Jeddah.

"Ah aku lupa duo vampir itu..."

***

Sehari sebelum Aghnia dan Mark kembali ke Qatar, Pedro Pascal datang bersama istrinya, Nadira dan agen Dazzle ke kediaman Nathaniel Kershaw. Mereka semua ingin tahu perkembangan hukuman Lunox. Apalagi korbannya cukup banyak dan itu pun yang ketahuan di Maryland, Virginia dan Washington DC. Hasil penyelidikan di Los Angeles, ternyata juga ada korban yang sama modus operandinya dengan di FBI Quantico.

***

"Kemungkinan besar korban pertama di Los Angeles karena usai konser keliling dunia, Mark tampak dengan jelas tertarik kepada Aghnia ... Itu menjadi trigger pertama lalu menjadi meningkat akibat Mark mundur dari band dan pindah ke Qatar serta foto-foto kalian berdua ..." ucap Pedro Pascal membuat semua orang terkejut.

"Berapa korban di LA, agen Pascal ?" tanya Matthew Kershaw.

"Sekitar empat atau lima orang. Hanya saja setelah tahu Mark adalah CEO Boeing dan markasnya di Washington, Lunox memilih terbang kemari guna mencari perhatian Mark namun Mark tidak tahu akan hal itu ... Jadi dia semakin berusaha membuat perhatian..." jawab Pedro Pascal.

"Astaghfirullah... Kejam sekali dia, mas ..." celetuk Nadira yang sudah cukup kenyang dengan kasus-kasus suaminya tapi tetap saja dia terkejut setiap kasus baru.

"Sangat kejam, Mrs Pascal. Kalau saja aku tidak menahan diri, sudah aku dor dia ..." timpal Agen Dazzle.

"Bagaimana dengan ... Hukuman Lunox ?" tanya Mark pelan.

"Semua anggota keluarga sudah mengajukan petisi untuk menuntut hukuman mati ..." jawab Pedro Pascal. "Sedang digodok oleh pihak hakim dan kejaksaan karena tahu sendiri di Washington sudah dihapuskan hukuman mati ..."

"Semoga dikabulkan..." ucap Nathaniel. "Dia sudah sangat keji membunuh banyak wanita tidak berdosa hanya karena mirip dengan Aghnia. Hukuman mati paling pantas ..."

Aghnia melihat wajah Mark yang tampak galau karena satu sisi dia masih sayang pada Lunox sebagai teman tapi mengingat dia sudah melakukan kejahatan yang sangat keji ... Aghnia bisa paham mengapa pria itu tampak bimbang.

"Kamu baik-baik saja, Mark?" tanya Aghnia sambil menggenggam tangan Mark.

"Aku sendiri tidak tahu apa perasaan aku sekarang ..." jawab Mark. "Aku senang pembunuhnya tertangkap tapi kenapa harus Lunox yang melakukannya..."

Semua orang tahu Mark sangat care dengan teman-teman bandnya bahkan saat member yang lain tetap maju tanpa dirinya dan Lunox yang ikut mundur saat dirinya mundur, Mark mendukung penuh.

Sungguh Mark sangat tidak menduga di balik mundurnya Lunox ada alasan yang membuat orang lain tidak habis pikir dengan pola pikir Lunox.

"Mark, jika kamu merasa semua itu karena kamu, bukan Mark. Semua itu karena pola pikir Lunox sendiri. Dirinya memiliki pemikiran yang tidak lazim layaknya orang normal lainnya ..." ucap Pedro Pascal. "Intinya, semua itu bukan kesalahan kamu."

Mark menatap agen FBI senior itu dengan wajah sedih. "Aku tahu Oom Pedro tapi tetap saja ... Lima tahun lebih bersama dan aku tidak menyangkanya..."

"Mark, dengar kata Agen Pascal ... It's not your fault..." Nathaniel menatap lembut ke putra bungsunya.

Mark mengangguk.

"Aku akan membantu kamu bisa melewatinya, Mark..." senyum Aghnia membuat hati Mark menghangat.

"Terima kasih calon istriku..."

Semua orang melongo.

"WHAAAATTTT?" seru mereka.

***

Yuhuuuu Up Pagi Yaaaaaaaa

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu ❤️🙂❤️