Petualangan mereka dimulai saat melakukan Riset di sebuah desa terpencil.Mereka mengalami hal ajaib.
Tanpa pernah diduga mereka terjebak dalam situasi yang mengharuskan mereka untuk mengupas rasa penasaran.
Mengapa mereka tiba-tiba memiliki kekuatan?,apakah untuk menumpas kejahatan?.
Petualangan yang penuh misteri menghadirkan persahabatan dan cinta yang tak terduga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana NS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29. Musuh utama.
Semua tatapan kini menerkam satu sasaran, yang mereka taruh akan harapan. Paman itu. Paman yang mereka cari. Yang menolong Haris. Yang mereka yakini mengetahui akan semua hal aneh yang mereka alami.
Senyum terukir, sebagai penyambut kehadiran mereka yang dikatakan istrmewa. Pembawa harapan akan segera lepas dari kesesatan. Meraka PILIHAN. Begitu juga jalan yang akan mereka hadapi kedepan. Bahkan kini sudah setengah jalan.
"Masuklah" dengan langkah mengarah pada rumah. Paman tersebut meminta kepada Langit dan yang lainnya.
Segera mereka semua mengikuti. Mulai masuk ke dalam rumah yang pintunya sudah dibuka oleh pemiliknya.
Disaat yang lain melangkah pasti. Seseorang masih tetap tinggal berdiri mematung. Menatap nanar kedepan. Netranya menangkap semua sama. Hanya hutan. Mana rumahnya.
"Kamu masih tidak melihatnya?"
Suara pelan serupa bisikan itu tepat masuk dari belakang telinganya. Tidak ada respon yang ia berikan. Hanya diam.
Seakan tahu jawabannya, kembali suara pelan itu menyapa. "Ayo. Kita cari tahu, kenapa kamu tidak dan yang lain bisa"
Wajah datar itu kini mengarah pada dia yang dari tadi bersua. Memandang sosok yang dari tadi bicara dengan wajah somplaknya.
"Ayo" ajaknya lagi.
Langkah pelan mulai menyusul. Terlihat tidak masuk akal. Semua temannya kini seperti berkumpul dan duduk. Sama seperti saat mereka biasa kumpul diruang depan.
"Duduk, Re" kata Sarah.
Suara sahabatnya menarik kembali Reta dari kegiatannya yang mengamati. Sesaat Reta bingung dia mau duduk dimana. Dirinya sama sekali tidak melihat adanya tempat. Apa ia juga harus seperti semua temannya, yang sekarang seakan duduk tapi juga melayang.
"Sini ikut aku" Rio menarik pelan Reta. Membawa gadis yang dari tadi ia amati itu untuk duduk. Rio tahu kebingungan Reta.
"Kursi biasa" kata Rio.
Reta berpaling, menatap Rio yang kini ada disampingnya. Ia edarkan pandangan, Langit bersisian Haris, dan Clara bersisian Sarah. Sempat terbesit tanya. Kenapa dou bucin duduk dengan posisi demikian. Tapi tak lama ia sudah tahu alasannya dan sekarang ia kembali menatap pada Rio. Disisinya ada Rio, yang melempar senyum tipis. Mata Reta sesaat mengerjap. Kenapa sekarang mereka yang seperti pasangan.
"4×3. Dengan dua jendela disisi kiri" kata Rio.
Reta terdiam. Apa yang Rio katakan. Ia lihat Rio mengedarakan pandangan kesekeliling. Ia ikuti. Hutan, semua pepohonan.
"Satu jam dinding dibelakang kita. Mm... Tirainya berwarna pink" Rio terkekeh kecil.
Kini Reta mengerti. Rio tengah menggambarkan ruangan ini untuknya.
"Dan ada satu foto wanita di dinding. Sepertinya istri paman itu" Rio terus berkata, meski tak mendapat tanggapan apa pun dari gadis disampingnya.
Garis tipis terlihat memebentuk pada wajah gadis itu. Meski diam dan pandangan mengarah kedepan. Ia mendengar semua yang Rio gambarkan.
"Minumlah"
Paman itu kembali datang dengan membawa teko air dengan beberapa cangkir, entah dari mana. Dimata Reta. Paman itu muncul tiba-tiba dari sebelah kiri belakangnya.
"Ada dapurnya. Disekat dengan dinding berwarana biru" celetuk Rio berbisik pada Reta dengan tangan yang sudah siap menghantarkan secangkir teh kebibirnya.
Reta hanya diam. Indra pendengarnya juga menangkap suara seruputan. Sepertinya Rio tengah minum. Reta benar-benar tidak melihat apa pun.
"Kalian semua sudah mendapatkan kekuatan?" Paman itu kini sudah mengambil posisi bergabung dengan Langit dan semua temannya.
"Tidak. Masih ada Sarah dan Reta" kata Langit.
Paman itu menatap kearah Sarah dan Reta yang Langit arahkan dengan jari telunjuknya.
"Kamu belum menyadarinya?" pandangan fokus pada Sarah.
Sarah menggeleng kecil.
Senyum terbit diwajah yang kini sudah tak muda lagi. Terdapat beberapa kerutan mungkin karena angka usianya.
"Kamu harus berkonsentrasi atas diri mu. Singkirkan semua yang mengganggu pikiran, terutama rasa takut"
"Kamu, Nak" kini pandangannya merangkum wajah Reta.
"Sesuatu yang istimewa memang akan hadir disaat yang tepat"
"Kamu pasti kesulitan didalam rumah ini ya, semuanya hanya hutan" Paman itu kini terkekeh kecil.
"Aku menyelimutinya dengan kekuatan ku. Sulit berurusan dengan warga. Aku hanya ingin ketenangan, sudah tua" lanjutnya lagi beserta tawa kecilnya.
"Paman mengetahui apa yang kami alami?" tanya Langit.
Tawa kecilnya terhenti. Dan kini menatap pada Langit.
"Nama ku, Sutomo. Warga desa biasa memanggil ku Pak Sut" Paman yang mengaku bernama Pak Sutomo itu memilih memperkenalkan diri terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan dari enam anak muda didepannya ini.
"Paman tahu apa yang kalian alami dan apa yang akan kalian hadapi" kata Pak Sut.
"Sudah diketahui dari lama akan kalian semua. Lumpur itu juga sudah lama menanti. Sekarang dia telah pergi karena tugasnya sudah selesai"
"Paman, juga tahu tentang lumpur hisap itu?" tanya Haris.
Terlihat anggukan dari pria paruh baya tersebut.
"Dialah prantara kalian mendapatkan kekuatan"
"Benarkan. Jika kekuatan kita berasal karena kita terjebak dilumpur" sambung Rio.
"Kekuatan itu tidak berasal dari lumpur"
Rio terdiam dan kini semua memandang pada Pak Sut.
"Hanya prantara. Kekuatannya berasal dari sumpah mereka. Cinta yang kuat untuk tetap bersama"
Saat mendengarnya, Langit dan semua temannya sudah mulai meninggalkan diri, membawa pikiran yang berlari kesana kemari, mencari arti.
Cinta yang kuat untuk bersama. Apa maksudnya.
"Kalian harus tetap bersama. Saling menjaga satu dengan yang lainnya. Kalian pilihan, dengan kekuatan yang bisa membebaskan desa ini dari kesesatan"
"Kesesatan?. Siapa yang akan kami hadapi sebenarnya?" tanya Langit.
"Dia yang membawa kesesatan. Yang tak berhati"
"Dimana kami bisa menemukannya?" tanya Langit lagi. Dirinya terlihat bersemangat. Sudah menemukan target. Kunci lalu segera lumpuhkan dan semua terselesaikan.
Pak Sut namapak terkekeh melihat semangat Langit. Ya inilah jiwa muda. Membara dan makin menyala jika bersama cinta. Seperti mereka, yang tangguh bahkan sampai mengorbankan nyawa.
"Kalian tidak perlu mencarinya"
"Dengan sendiri, ia akan terus menyerang kalian. Tidak akan berakhir jika yang ia yakini miliknya, belum berada ditangannya"
Paman itu mengatakan banyak hal yang sebenarnya di kepala Langit dan semua temannya masih mengawang. Tapi semua buyar saat Haris berdiri cepat.
"Makhluk bajingan itu ada disini" kata Haris geram.
Semua terdiam. Menatap Haris yang tiba-tiba berdiri dan lekas menghampiri Sarah.
"Ada apa, Ris?" tanya Rio.
"Aku merasakannya. Monster itu ada" kata Haris.
"Tenanglah, Nak" Pak Sut juga ikut berdiri.
"Kekuatan mu semakin menyatu dengan dirimu. Kamu bisa merasakan kehadirannya, Nak?" tanya Pak Sut.
"Aku mencium aroma anyirnya. Dia ada disini" Haris menggenggam erat tangan Sarah.
Pak Sut mengangguk. Dia paham dengan yang dikatakan Haris.
"Duduklah. Dia jauh. Kekuatan mu sudah menyatu dengan dirimu hingga ia jauh pun kamu bisa merasakannya"
"Apa maksudnya?" tanya Haris. Dirinya tetap berdiri, enggan untuk duduk kembali.
"Dia tidak disini. Rumah ini juga sudah diselimuti. Dia memang merasakan aura dari teman mu" pandangan Pak Sut jatuh pada Sarah.
"Dia tidak akan menyerang, apalagi saat kalian semua bersama. Hanya akan membuat kamu yang belum mendapatkan kekuatan segera mendapatkannya. Itu adalah akhir darinya" Pak Sut kini menatap Reta.
"Saling melindungi dengan rasa mengasihi yang besar adalah kekuatan yang sangat ia benci. Dia pasti akan menghindarinya" kata Pak Sut.
"Apa hanya dia musuh kami?" Langit melempar tanya pada Pak Sut.
Pak Sut tersenyum "Mereka yang berjiwa sesat adalah musuh kalian" Pak sut kemudian diam, dengan masih menatap Langit "Kamu hampir terkurung dalam kesesatannya, Nak. Berjuanglah untuk membebaskan dirimu"
Langit mencoba mengurai semua kata yang diucapkan Pak Sut. Dirinya terkurung dalam kesesatan. Apa kesesatan itu saat dirinya menepikan Clara dan menyeruakan wanita gila itu dalam benaknya.
"Bagaimana caranya?" apa pun arti dari perkataan Pak Sut. Yang penting Langit harus tahu caranya bebas.
"Kembalilah. Kembali ketempat dimana kamu bahagia dan di terima" kata Pak Sut.
Langit mencerna dengan baik semua perkataan Pak Sut. Tampat dia bahagia hanya satu. Clara. Kini netranya mengarah pada wanitanya yang masih diam dengan wajah datar. Clara masih marah dengan dirinya. Tapi jauh direlung hati terdalam, Langit menyimpan risau. Apakah Clara mau kembali menerimanya.
ikaaaaaann
😭😭😭😭🐟🐟🐟🤧🤧🤧🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️
papiiiiih aku dipermainkan lagi di sini 🤧🤧🤧🤧🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️
jadi satria itu horcruxnya apa lord voldy lagi pindah dimensi nyari wangsit sihir hitam baru?
oke fix ini cerita fantasy 🤪🤪🤪🤪🤪
aku sukanya angka 7. dan 8.
🤧🤧🤧🤧
ini fantasy apa horor sih. 🤧
jadi yang bener murni atau murti?
atau keduanya benar?
karena tak ada benar tanpa tak benar? dan tak ada tak benar tanpa benar?
benar-benar... jam segini mesti laper...
🤧🤧🤧🤧🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️
kan? kan?
yang ikan yang ikan. lima belas ribu tiga.
🐟🐟🐟🐟
seperti dia.
hueeeeekkkk. 🤮🤮🤮🤮🤮🤣🤣🤣🤣🤣🤣🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️