Evan dan via adalah sepasang suami istri yang belum lama menikah.
karena keadaan ekonomi yang kurang mampu mereka mencoba bertahan hidup d jakarta.
dengan bermodalkan uang yang sedikit mereka membuka usaha dagang yang bertempat d sebuah terminal.
usaha tersebut perlahan mulai membuahkan hasil yang cukup lebih, namun ketentraman mereka sering terganggu oleh pemalakan preman sekitar.
Evan membawa adiknya yang bernama Galla untuk ikut berjualan, karena pada saat itu Galla baru lulus sekolah dan belum punya pekerjaan d kampung
sampai suatu malam terjadilah keributan hingga menewaskan adiknya hingga menimbulkan rasa dendam bagi Evan untuk membalasnya.
akankah Evan mampu membalaskan dendam itu..... dan apa yang terjadi selanjutnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galla Neo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 23 taman kota
Di keheningan malam itu, Evan masih menancap gas motornya, untungnya saat itu jalanan masih sepi dengan kendaraan yang melintas, dengan begitu Evan bisa membawa lari motornya dengan kecepatan tinggi, walaupun begitu ia harus tetap hati-hati karena banyak sekali tikungan-tikungan tajam yang menanti di depan, saat itu ia mengarah ke pusat kota Sumedang,karena saat itu ia belum tahu arah ke ujungjaya, dan sebab ingin mengobati luka dan lelahnya, ia bermaksud mencari tempat untuk beristirahat sejenak.
Dengan jarak yang cukup memakan waktu, akhirnya ia sampai di pusat kota, saat itu Evan berada di sebuah taman tepat di pusat kota Sumedang, tampak di tempat tersebut masih banyak para pedagang kaki lima dan masih ada pula orang-orang yang berlalu lalang demikian juga kendaraan-kendaraan yang lewat. Evan memarkirkan motornya di depan pagar taman, Lalu ia melangkah mencari pedagang minuman. Dan tak lama ia pun sudah memperoleh dua buah botol air mineral, lalu ia mencari tempat agar ia bisa duduk tenang sebentar saja, dan ia pun menemukan sebuah kursi panjang di dalam taman tersebut, lalu Evan pun membuka air mineral itu , yang pertama Evan pakai untuk membasuh luka, Sampai bercak darah yang mengering itu hilang dari wajah dan tangannya dengan menggunakan tisu yang di basahi air tersebut , setelah air itu habis ia buka kemasan yang ke dua dan meminumnya, lalu sejenak ia pun bersandar dan merenung, ia masih membayangkan ke jadian yang baru saja ia alami, ia masih merasa trauma karena peluru yang di tembakan Danial, untungnya saja meleset dan hanya menggores kulit kepalanya saja.
Saat dengan ketenangan itu, tiba-tiba Evan di datangi oleh tiga orang yang tanpa permisi langsung mengejutkan Evan di tengah lamunannya, Evan pun tersentak kaget bukan kepalang, dan ia merasa di permalukan saat tiga orang itu tak henti-hentinya tertawa mengejek Evan yang baru sadar dari lamunannya, sambil tertawa salah seorangnya itu mencoba meraih kerah bajunya Evan, tapi Evan langsung menepis dengan gerakan tangannya dengan cepat, dan ke tiganya masih saja tertawa terbahak-bahak, kini Evan tahu, dari gelagat ke tiga pria itu tampaknya mereka sedang dalam keadaan tak sadarkan diri karena mabuk minuman, karena bau alkohol yang sangat menyengat mengubah suasana.
Tak sampai di situ saja, pria yang tadi hendak mencengkeramnya, membuli Evan dengan melayangkan sebuah tamparan, sontak saja Evan mengelak menghindarinya, lalu ke dua temannya pun tak merasa puas melihat kejadian itu dan mereka menyerang Evan dengan serentak, mungkin kondisi orang mabuk tak begitu bertenaga sehingga mudah bagi Evan untuk menjatuhkan lawannya. setelah ketiga pria itu tersungkur, Evan menarik satu persatu tubuh mereka untuk di satukan, lalu ia bergegas ke tempat WC umum untuk mengambil seember air dan menyiram ketiga pria itu, lantas saja mereka basah kuyup. Evan mengira, dengan di siramnya air ke mereka, mereka akan sadar dari mabuknya, tapi itu tak terjadi, mereka masih saja tak sadarkan diri karena mabuknya, seperti orang yang sedang mengigau.
Evan menghela nafas panjang, lalu pergi meninggalkan orang-orang tersebut dan kembali ke tempat semula ia duduk, Evan merasa iba kepada ketiga pria itu, tapi apa lagi yang harus di lakukannya....
Suasana itu semakin dingin, saat itu Evan mengeluarkan handphone yang berada di tas miliknya, ia menghidupkan handphonenya untuk mengetahui jam berapa saat itu, dan ternyata waktu menunjukkan pukul 02.32 dini hari dan terlihat ada beberapa panggilan tak terjawab, yang tertera di aplikasi WhatsApp nya, setelah di buka seperti biasa itu adalah panggilan dari via, Evan merasa sangat bersalah, karena apa yang di alami sangat menguras fikiran dan tenaga, sehingga selalu lupa untuk memberi kabar untuk istri tercintanya, teringat akan istrinya Evan sampai mengeluarkan air mata yang tanpa terasa berlinang. Lalu ia membalas panggilan itu hanya dengan pesan kata, ....sebentar lagi sayang..... begitulah kalimat pesannya, agar via tak terlalu merasa khawatir.
namun kesedihan itu hanya sekilas ia rasakan setelah mengingat lagi tentang si kohar emosi yang saat itu meredam kini membara kembali karena dendamnya belum terbalaskan.
Sekali lagi ia membuka google map yang ada di handphonenya, ia cermati di setiap jalan nya karena akan menjadi arah yang akan di tuju nya saat ini, setelah itu ia masukan lagi handphonenya ke dalam tas, lalu Evan bangkit dan mulai melangkah ke parkiran dan menaiki motornya, evan tak memperdulikan tiga orang yang masih terkapar itu, lantas ia pergi dengan sepeda motornya itu yang ia curi dari rumah Danial.
".…... bismillah..." ia berdoa dalam hati dan langsung menancap gas motornya.
Ia menelusuri jalan demi jalan dan suasana demi suasana, dan melihat sekitarnya agar ia dapat mengingatnya saat pulang nanti. "......kini tak boleh lagi terhambat untuk menemukan si kohar...." ucap Evan dalam hati sambil terus melajukan motornya dengan kencang.
