Gadis manis itu menghilang begitu saja meninggalkan luka yang cukup dalam untuk seorang sang most wanted. Hingga bertahun-tahun lamanya Darren memendam kebencian pada Dila
Setiap mengingat gadis itu darah Darren mendidih, Darren merasa terbuang, padahal Darren yang digilai para gadis itu memilih Dila, gadis sederhana yang energik. Darren tak ingin bertemu gadis itu lagi
Namun takdir berkata lain, ia malah dipertemukan lagi dengan Dila >>>>
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon irra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan malam
Darren kembali ke hotel, bukan untuk pekerjaan tapi untuk Dila. Ia sudah berjanji akan mengantar pulang wanita malang itu. Ketika memasuki pelataran hotel Darren tak sengaja melihat seorang wanita cantik sedang duduk dibangku taman
Itu adalah Dila. Bibir Darren tersenyum melihatnya. Tak lama Darren memarkirkan mobilnya di sembarang tempat, ia keluar dan mendekati Dila
Semakin dekat dahi Darren semakin berkerut karena ternyata wanita itu sedang menangis tersedu-sedu
" Hei." Darren memegang pundak itu dan duduk disamping Dila. Menyadari itu suara Darren, Dila segera menepis tangan Darren dipundaknya dengan kasar
" Ada apa, kenapa menangis ditempat gelap seperti ini?" Tanya Darren
"Darimana saja!" Bentak Dila sambil memukul dada Darren membuat pria itu terkejut dengan kedua mata melotot sempurna
" Aku-"
" Aku sudah lama menunggu, kakiku sampai sakit. Badanku pegal, perutku juga lapar." Ucap Dila sambil menangis. Darren spontan menangkup wajah itu, melihat airmata Dila Darren menjadi kasihan dan tak tega
" Lagipula kenapa tidak menunggu didalam." Saut Darren
" Kenapa lama sekali?"
" Aku ada pekerjaan diluar." Saut Darren dengan suara lembut. Tapi kenapa hari ini Darren berbohong, Darren sudah seperti seorang suami yang berselingkuh. Kenapa juga sekarang Darren merasa bersalah pada Dila?
Darren mengusap airmata yang terus merembes keluar itu dengan kedua ibu jarinya
" Maaf, aku membuatmu menunggu ya." Ucapan itu malah membuat tangisan Dila semakin kencang. Darren segera memeluk tubuh itu, meskipun Dila meronta. Darren tetap memeluknya sambil mengusap-usap punggungnya
Dila sedang hamil dan Darren sangat tahu, mood wanita hamil sangat sensitif. Jadi Darren sebisa mungkin harus bersabar. Darren bahkan terlihat tak perduli jika karyawannya yang lain melihatnya dan Dila
Tapi Darren juga tak tahu kalo sang Daddy yang baru saja keluar dari hotel melihatnya menggandeng Dila masuk kedalam mobil. Pria itu tampak sangat gelisah takut semua orang yang mengenal Darren melihatnya. Pria itu masuk kedalam mobil dan menyuruh supirnya untuk mengikuti Darren
Didalam mobil Dila masih saja sesegukan
" Berhenti menangis." Ucap Darren sambil melirik Dila dan memberikan tisue yang berhasil ia gapai didasbor mobil. Darren menyentuh perut yang mulai sedikit menonjol itu
" Mau makan apa? Kali ini aku akan menuruti semua kemauanmu." Mendengar itu Dila menoleh pada Darren, entah kenapa Darren sangat senang, bibirnya tersenyum
Bahkan dengan wajah sembab pun Dila masih terlihat cantik, puji Darren dalam hati tanpa sadar
" Mau makan apa?" Tanya Darren sekali lagi tanpa melepaskan sentuhan tangannya dari perut Dila dan menyetir dengan satu tangannya
Tapi Dila tak menjawab, ia malah memalingkan wajahnya kedepan
" Dila, aku sedang bertanya padamu?"
" Aku tidak tahu." Saut Dila sambil mengelap kedua sudut matanya yang masih terus mengalirkan airmata
" Steik? Ramen? Oh ayolah, aku tidak tahu seleramu!"
" Memangnya boleh makan steik saat sedang hamil?"
" Memang dokter melarangnya?" Tanya Darren melirik sejenak
Dila menggelengkan kepala
" Selama tidak ada larangan dari dokter, kau bebas memakan apapun."
Akhirnya Darren membawa wanita hamil itu ke sebuah restaurant steik yang cukup terkenal di Jakarta. Ketika mobil sampai disana, Darren segera memarkirkan mobilnya dan keluar. Ia berputar membuka pintu mobil untuk Dila
Keduanya duduk dekat jendela. Seorang pelayan membawa menu untuk Darren dan Dila
" Pilihlah apapun yang kau suka, tapi harus yang matang." Darren mengangkat wajah menatap pelayan untuk berbicara
" Apa yang paling rekomen disini?"
" Ada kobe beef dengan sauce Japanese."
" Kau mau?" Tanya Darren
" Aku mau ini." Tunjuk Dila
" Dila itu mentah, tidak baik untuk orang hamil."
" Tapi aku benar-benar mau ini." Dila memelaskan wajahnya pada Darren dengan manja membuat Darren merasa gemas melihatnya
" Apa Oyster ini bisa dibuat matang?" Tanya Darren pada pelayan
" Kita ada dua pilihan Tuan, ada yang Raw dan Grill."
" Yang grill saja, buat sematang mungkin."
" Dua porsi." Potong Dila
" Kita coba satu dulu saja."
" Aku akan menghabiskannya, aku mau dua." Darren menghela nafas, sejak hamil Dila jadi menyebalkan, dan Darren jadi sering mengalah sekarang
" Oke, dua porsi Oyster grill, satu kobe beef japanese dengan kematangan welldone."
" Tuan, ada tambahan side dish?"
" Kalian punya apa?"
" Mashe potato or friend fries?"
" Dila, you want?"
" Aku mau dua-duanya."
" Nyonya ada tambahan minumnya?" Tanya pelayan wanita itu sambil menunjukan satu menu yang berbeda ditangannya
" Pesankan untuknya Avocado jus."
" Darren, aku tidak ingin Avocado."
" Berhenti membantahku, avocado sangat baik untuk janin." Gerutu Darren
" Tapi aku mau ini."
" Itu ada coktilenya." Saut Darren kesal lalu menutup sepihak menu ditangan pelayan
"Untuk saya still watter." Ucap Darren lalu mengibaskan tangannya mengusir pelayan itu sebelum Dila meminta hal yang aneh lagi. Sepertinya Darren salah membawa Dila ketempat seperti itu
" Tidak seperti yang tadi kau ucapkan, kau bilang akan menuruti semua kemauanku." Gerutu Dila melipat tangannya didada dengan pandangan kedepan dan wajah kesal
Darren segera berpindah tempat duduk disamping Dila
" Dengar, aku berikan jika itu baik untuk anak kita." Ucap Darren seraya menyelipkan rambut Dila ketelinganya
Keduanya benar-benar seperti pasangan pengantin baru pada umumnya, itu terlihat dipandangan mata sang ayah, Pak Erwin. Sejak tadi pria itu memperhatikan interaksi keduanya sambil menyemil roti dan kopi dalam mobilnya
Kedua mata Dila berbinar terang ketika makanan datang ke meja mereka setelah menunggu hampir 15 menit lamanya. Dila langsung saja mengambil Oyster yang masih panas itu dan langsung memasukan kedalam mulutnya
" Darren panas." Ucap Dila melemparnya kembali ke piring membuat Darren terkekeh lucu, ia mengusap puncak kepala itu
" Pelan-pelan saja, memangnya siapa yang akan merebutnya darimu."
" Tapi anakku benar-benar kelaparan karena Papanya yang lama."
" Dila, aku sudah minta maaf." Bibir Dila mencebik akan hal itu, namanya juga wanita. Kesalahan 10 tahun yang telah berlalu saja akan selalu diungkit apalagi hanya kesalahan beberapa jam yang lalu
Darren akhirnya berinisiatif mengambil satu Oyster itu, meniupinya untuk Dila. Setelah dingin ia menyuapkannya ke mulut Dila yang sengaja wanita itu buka lebar. Hari ini Dila merasa sangat disayang oleh Darren, entah apa yang merubah prilaku buruk pria itu padanya. Atau mungkin juga karena ikatan ayah dan sang jabang bayi?
Dila mengusap perutnya yang terasa kencang, ia kekenyangan saat ini. Darren mengusap lagi puncak kepala itu
" Do you want dessert?"
" Aku sudah kenyang." Saut Dila
Lalu Darren bangkit, meninggalkan Dila. Ia menuju kasir untuk menbayar semua makanan yang ia pesan. Sambil sesekali memperhatikan Dila yang tampak mengantuk, bayangkan saja wanita itu menghabiskan beberapa pcs Oyster, mashed potato, friend fries, dan kobe beef milik Darren ia habiskan. Darren hanya makan setengah porsi dan Oyster sisa Dila
Darren kembali ke meja Dila
" Kalau setiap hari kau makan banyak seperti ini, pasti kau akan cepat gendut."
" Kau mendoakanku seperti itu?"
" Dila, kau sedang berbadan dua. Berat badanmu tentu pasti akan naik. Dan kau akan seperti gajah betina." Ledek Darren dengan senyum lucunya
Dira mendecih kesal lalu bangkit. Ia hendak melangkah namun pergelangan tangannya ditahan Darren
" Aku mau pulang." Ucapnya manja
" Iya kita pulang." Saut Darren melepaskan Dila dan berpindah menggandeng wanita itu
Keduanya tampak serasi, banyak pasang mata yang melihat mereka. Meskipun Darren terlihat lebih berkelas dengan setelan mahalnya
" Minggu ini, bagaimana kalau kita membeli baju bayi."
" Dia masih kecil, nanti saja kalau sudah 7 bulan. Bahkan kita tidak tahu jenis kelaminnya."
" Kapan kita akan mengetahuinya?"
" 5 atau 6 bulan mungkin."
" Aku tak sabar." Saut Darren membuat Dila tersenyum
Darren membawa Dila kembali menaiki mobilnya. Ketika Darren masuk kedalam, Dila sudah memejamkan mata membuat Darren menggelengkan kepalanya
Dila belum memakai sabuk pengaman membuat Darren bergerak mendekat dan memakaikan sabuk pengaman ditubuh Dila. Jarak yang begitu dekat membuat Darren melihat dengan jelas kecantikan natural wanita itu. Darren perhatikan sejenak lalu tanpa sadar ia mengecup pelan bibir Dila
Membuat sang pemilik bibir membuka kedua matanya. Darren dan Dila saling menatap saat ini, hingga Darren lebih mendekat lagi lalu meraup bibir merah jambu tersebut. Keduanya berciuman saling membalas seperti orang kehausan yang menemukan oasis digurun pasir
Sampai-sampai decapan bibir yang saling bertaut itu memenuhi mobil mewah Darren. Darren semakin memperdalam ciumannya ketika kedua tangan Dila mengalung dilehernya, bahkan kini lidah keduanya saling membelit didalam mulut Dila. Ini ciuman terpanas mereka
Ketika jemari nakal Darren mulai merayap dipangkal pahanya, Dila sedikit mendorong Darren hingga ciuman itu terlepas
" Kenapa?" Tanya Darren ngos-ngosan
" Dirumah saja." Bisik Dila malu-malu tanpa mau melihat kedua mata Darren. Darren tersenyum manis
" Tentu saja, dengan senang hati." Darren menjauhkan dirinya dan langsung menancap gas menuju Apartement Dila
Namun ketika tak sengaja melihat kaca spion depan, dahi Darren berkerut, ia mengenali mobil putih dibelakang mobilnya. Ia juga sangat mengenal siapa sang pengendara mobil tersebut
" Daddy, benar-benar." Gerutu Darren. Jika sang ayah tahu keberadaan Apartement Dila, tentu itu akan jadi boomerang untuk Darren. Pasti sang ayah akan mendatangi Dila dan menyuruh wanita itu pergi darinya. Darren tak akan membiarkan itu, ia akan berusaha mempertahankan Dila karena anak mereka yang masih didalam rahim Dila
Lalu Darren menancap gas mobilnya lagi dengan kecepatan maksimal membuat Dila sedikit khawatir
" Memangnya tidak bisa pelan-pelan."
" Aku tidak tahan." Jawab Darren asal membuat Dila tertawa pelan. Darren melirik Dila sejenak
" Berani mentertawakanku, rasakan nanti kalau sudah dirumah."
Dila menggelengkan kepala akan kemesuman itu
" Darren, sepertinya ini bukan jalan kerumah kita."
" Kita jalan-jalan sebentar, aku ingin ada sensasinya. Ketika sampai di rumah, aku akan benar-benar menelanjangimu."
" Darren." Gerutu Dila. Darren tersenyum, padahal pria itu sedang mencoba mengalihkan sang ayah. Ia jadi berputar-putar disekitaran kota sampai satu jam lamanya untuk mengelabuhi sang aya