Hanya dengan tinjunya, dia menghancurkan gunung.
Hanya dengan tinjunya, dia membuat lawan gemetar.
Hanya dengan tinjunya, dia menjadi yang terkuat di bawah langit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ARDIYANSYAH SALAM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11.
Tak lama kemudian, penjaga yang melapor tadi kembali. Meskipun masih menunjukkan sikap meremehkan, ia memberi isyarat agar Yao Ming mengikutinya.
"Ikuti aku," ujarnya singkat. "Tuan Muda Sulung mengizinkanmu masuk, tapi jangan buang-buang waktu beliau."
Yao Ming mengangguk patuh, mempertahankan ekspresi rendah hatinya. Ia mengikuti penjaga itu melewati koridor-koridor yang lebih rapi dan megah, hingga mereka tiba di arena latihan pribadi yang luas di belakang rumah.
Di sana, Yao Huang sedang berlatih. Di sekelilingnya, energi internal mengalir dalam bentuk pusaran yang halus, menunjukkan tingkat kultivasi yang tinggi. Ia menghentikan latihannya saat Yao Ming masuk.
"Saudara Ketiga," sapa Yao Huang, nada suaranya sedikit menunjukkan ketidaknyamanan karena latihannya terganggu. "Aku terkejut kau berani datang lagi. Aku ingat aku sudah memberimu peringatan."
Yao Ming membungkuk rendah. "Maafkan saya mengganggu waktu berharga Anda, Saudara Sulung. Tapi saya ingat, Anda yang menawarkan bantuan jika saya membutuhkan sesuatu."
Yao Huang menyilangkan tangannya di dada, tatapannya menyiratkan penghinaan. "Ya, memang. Jadi, apa yang dibutuhkan si 'pahlawan' yang mengalahkan Ham Bo ini? Apakah kau butuh pil untuk mengobati tulang kering Kapten Penjaga itu?"
Yao Ming menahan dorongan untuk menyeringai. Ia tahu, ia harus menyampaikan permintaannya dengan cara yang menunjukkan kelemahan.
"Saya butuh ramuan, Saudara Sulung," kata Yao Ming. "Bukan untuk meningkatkan kekuatan, tetapi untuk menghilangkan sisa racun yang masih menghancurkan tubuh saya. Saya telah berlatih fisik sekeras mungkin, tetapi tanpa menghilangkan racun, jalur energi saya tidak akan pernah pulih. Saya butuh Rumput Pembersih Roh (Spirit Cleansing Grass) dan beberapa Bunga Akar Salju (Snow Root Flower)."
Permintaan itu tidak mahal, tetapi juga bukan ramuan yang bisa didapatkan sembarangan.
Yao Huang mendengarkan, dan senyum tipis, licik, muncul di wajahnya. Itu adalah senyum yang jauh lebih berbahaya daripada amarah Yao Fang.
"Rumput Pembersih Roh, ya?" Yao Huang tertawa kecil. "Ramuan sederhana untuk pemulihan, bukan untuk peningkatan. Permintaan yang masuk akal untuk seseorang yang putus asa."
Ia melangkah mendekati Yao Ming. "Baiklah, aku akan memberikannya. Tapi ada syaratnya."
Mata Yao Huang berkilat tajam. "Aku melihat caramu mengalahkan Ham Bo. Itu menarik. Aku ingin tahu seberapa jauh 'keberuntungan' itu bisa membawamu."
"Syaratnya sederhana, Saudara Ketiga," lanjut Yao Huang. "Bertarunglah denganku sekarang. Gunakan semua kemampuan fisik yang kau miliki. Jika kau berhasil bertahan selama tiga gerakan dariku, aku akan memberimu semua ramuan yang kau minta dan bahkan menambahkan satu Pil Energi Pemulih untuk mempercepat prosesmu. Anggap saja ini sebagai biaya hiburan."
Wajah Yao Ming tetap tenang di luar, tetapi di dalam hatinya, ia dipenuhi kegembiraan.
Yao Huang telah menggigit umpan! Ia tidak hanya mendapatkan izin untuk meminta ramuan, tetapi juga sebuah kesempatan untuk menguji batas kekuatannya melawan seorang kultivator sejati.
"Tiga gerakan? Dengan tubuh saya yang hancur? Ini adalah penghinaan terbesar," batin Yao Ming, sambil menyunggingkan senyum di dalam hati. "Baiklah, Saudara Sulung. Mari kita lihat siapa yang akan menjadi hiburan siapa."
Yao Ming mengangkat kepalanya dan mengangguk. "Tiga gerakan. Saya menerima tantangan Anda, Saudara Sulung."
Yao Ming menerima tantangan itu.
Di luar, ekspresinya tampak serius, seolah ia sedang mempertimbangkan peluang kecilnya untuk bertahan hidup. Namun, di dalam hatinya, ia dipenuhi perhitungan yang lebih dalam.
"Tiga gerakan," batin Yao Ming. “Yao Huang ingin melihat apakah 'keberuntungan' yang mengalahkan Ham Bo itu nyata. Dia ingin mempermalukanku di arena latihannya sendiri, dan mendapatkan hiburan murahan dariku.”
Yao Ming memandang Yao Huang, yang kini mulai mengalirkan energi ke tangannya, siap menyerang kapan saja. Aura yang tenang itu kini terasa seperti badai yang terkandung.
"Aku tidak bisa menunjukkan semua yang kupunya. Jika aku bertahan dari ketiga serangannya, dia akan curiga dan mungkin melanjutkannya, atau bahkan menguji batas kultivasiku," pikir Yao Ming. “Lagipula, mengapa aku harus bersusah payah membuktikan sesuatu pada pecundang seperti dia?”