NovelToon NovelToon
Menjadi Ibu Susu Untuk Keponakan Kembar

Menjadi Ibu Susu Untuk Keponakan Kembar

Status: tamat
Genre:Tamat / Menikah Karena Anak
Popularitas:812.7k
Nilai: 5
Nama Author: De Shandivara

Berselang dua minggu sejak dia melahirkan, tetapi Anindya harus kehilangan bayinya sesaat setelah bayi itu dilahirkan. Namun, Tuhan selalu mempunyai rencana lain. Masa laktasi yang seharusnya dia berikan untuk menyusui anaknya, dia berikan untuk keponakan kembarnya yang ditinggal pergi oleh ibunya selama-lamanya.

Mulanya, dia memberikan ASI kepada dua keponakannya secara sembunyi-sembunyi supaya mereka tidak kelaparan. Namun, membuat bayi-bayi itu menjadi ketergantungan dengan ASI Anindya yang berujung dia dinikahi oleh ayah dari keponakan kembarnya.

Bagaimana kelanjutan kisah mereka, apakah Anindya selamanya berstatus menjadi ibu susu untuk si kembar?
Atau malah tercipta cinta dan berakhir menjadi keluarga yang bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon De Shandivara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28. Lancang

Anindya dengan langkah terpatah-patah masuk ke kamar si kembar, ternyata ada Sus Anti yang sedang menjaga si kembar. Melihat Anindya dalam keadaan berantakan, pengasuh itu memasang wajah sendu, iba, dan ingin ikut menangis memeluk Sang Nona.

“Tolong tinggalkan aku sendiri, Sus,” pintanya pada Sus Anti yang segera dituruti tanpa berani bertanya, terlebih lagi setelah sempat mendengar kegaduhan di kamar sebelah dan kondisi Anindya yang kacau balau penuh dengan air mata.

Anindya tersungkur di bawah ranjang si kembar, dia menangis sejadi-jadinya di sana. Meremas tepian sprei dengan sangat kuat menyalurkan rasa sakitnya.

Bukan apa, hanya saja Anindya merasa diingatkan dengan kejadian kelam di saat dirinya begitu direndahkan serendah-rendahnya oleh seorang pria dalam keadaan tidak berdaya.

“Kejam, kejam, kejam!” ucap Anindya memukuli tepian ranjang sekuat tenaga.

“Hoek, hoek,” terdengar suara bayi yang menangis, barang kali mereka terganggu dengan getaran yang Anindya timbulkan.

Lantas, Anindya bangkit dan seketika menghentikan tangisnya.

Dia langsung menggendong bayi Ansha yang merengek sebelum mengganggu kembarannya atau Anindya akan kerepotan mengurus keduanya jika sama-sama menangis.

Dengan air mata yang masih berderai, seakan bayi itu memahami jikalau Anindya tengah bersedih. Bayi Ansha bergumam dengan tangan yang mengusap pipi Anindya penuh sayang.

“Tidak, Sayang. Bunda tidak sedang marah padamu, tidak, kamu kesayangan bunda,” ucap Anindya menjawab ocehan bayi Ansha.

Lantas, apa respons bayi itu?

Dia menarik diri dan melepaskan ASI-nya. Kemudian, tersenyum seraya memandangi Anindya. Lucu sekali ekspresinya sampai membuat Anindya yang menangis bisa berubah tersenyum simpul saking menggemaskannya melihat tingkah bayi Ansha.

Berselang beberapa waktu, saat Anindya sedang bonding dengan bayi Ansha, tiba-tiba dikejutkan dengan suara menggelegar dari luar kamar.

“ANIN!” teriakan Arsatya yang menggema di seluruh penjuru rumah karena saking kerasnya sampai membuat bayi Ansha yang tenang berubah menegang karena terkejut. Begitu pun dengan Chesa yang langsung terkesiap dari tidurnya dan menangis keras.

BRAK! Pintu kamar itu terbuka lebar karena dibanting keras oleh ayah si kembar.

Anindya mengerutkan dahinya, menatap suaminya dengan tatapan tajam. Melihat wanita itu sedang menimang-nimang bayi di atas ranjang, seolah Arsatya paham apa yang harus dilakukannya. Ia pun menghela napas panjang, mencoba meredakan emosi jiwa yang sebenarnya sedang membara ingin meledak saat itu juga.

Anindya tetap mengisyaratkan lima jarinya pada sang suami untuk tidak melanjutkan aksinya dan supaya mau menahan amarahnya barang sebentar.

Begitu kedua bayi itu sudah tenang, Anindya bersedia menghadapi suaminya yang sepertinya akan marah besar padanya entah karena apa.

"Masih belum cukupkah kemarahannya tadi? Sekarang mau apa lagi?" batin Anindya berbisik.

Mengganti pakaiannya, lalu dia keluar setelah menitipkan si kembar pada pengasuhnya.

Langkahnya terseok-seok karena kakinya semakin berdenyut dan kian tidak bisa diangkat walau sekadar untuk berjalan. Anindya turun ke lantai bawah secara perlahan setelah mendapati sosok yang dicari tengah duduk di sofa ruang televisi.

“Ada apa, Mas? Kumohon jangan keras-keras, kasihan Ansha dan Chesa mereka terkejut,” ucap Anindya setenang yang dia bisa walau yang sebenarnya di dalam hati bergumul rasa kecewa dan sakit hati yang belum usai.

Buk! Sebuah buku catatan tebal berwarna ungu dilemparkannya di atas meja.

“Kamu tahu tentang buku ini? Aku mendapatinya di samping tempat tidur padahal sebelumnya tidak kusimpan di sana,” tanya Arsatya menuding buku itu.

Dia bangkit dari posisinya, mendekat pada Anindya yang berdiri tidak jauh dari hadapannya.

“Tidak mungkin ada yang berani menggeledah kamarku, kecuali kamu. Katakan apa yang kamu lakukan pada buku itu?” tanya Arsatya mulai tersulut emosi.

Arsatya sedikit membungkuk, persis di depan wajah Anindya seraya berucap, “Katakan, apa yang kau lakukan pada buku itu? Apa kau membacanya?” tanya Arsatya lagi dengan suara pelan, tetapi tajam.

Anindya masih diam. Dia menyadari kesalahan ada pada dirinya yang terlupa menyimpan kembali buku itu pada tempatnya.

“Jawab aku, Anindya! Apa kau membacanya?!” kali ini Arsatya sudah mulai habis kesabaran sampai membuat Anindya meringis ketakutan.

“JAWAB! APA KAU BISU?!!” bentaknya menggema hingga membuat tubuh Anindya terkesiap dan bergetar ketakutan.

“Ya, aku membacanya!” pekik Anindya spontan saat bahunya sudah dicengkeram keras oleh suaminya.

“Kurang ajar! Lancang kamu, Anindya!” ujar Arsatya menghempaskan cengkeraman pada tubuh Anindya sampai ia mundur beberapa langkah.

Sungguh, hati Anindya hancur sehancur-hancurnya mendengar seseorang di depannya mengumpati dirinya dengan kata yang tidak pernah dia dengar sebelumnya dari orang lain.

Anindya menangis saat itu juga.

“Memang kenapa kalau aku membacanya? Bukankah di halaman depan Kak Amelia menuliskan jika buku itu juga berhak aku baca?” kilah Anindya yang membuat Arsatya semakin naik pitam karena benar jika Anindya sudah membaca di dalamnya.

“TIDAK! APA KAU TIDAK LIHAT SUAMINYA INI MASIH HIDUP? AKU MASIH ADA DAN KAU NAMA KEDUA YANG AMELIA SEBUT!” jawab Arsatya menggebu-gebu.

Pria itu sudah tidak bisa tenang, langkahnya mondar-mandir dengannya yang berkacak pinggang, menggaruk dan mengacak rambutnya sendiri, dan kadang meraup wajahnya atau menekan pelipisnya. Gambaran pria yang sedang frustrasi berat.

“Sampai mana kamu membaca ini?” ucapnya menepuk-nepuk sampul buku itu.

“Jawab!” sentak pria itu di dapan wajah Anindya.

“Semuanya? Sampai selesai, iya?!” cecarnya pada Anindya.

“JAWAB, ANINDYA! JAWAB! JANGAN DIAM SAJA!” bentaknya mengguncang kedua lengan Anindya kuat-kuat.

“Hampir semua,” ucapnya lirih. Tidak ada yang perlu disembunyikan lagi, Anindya mengakui yang sebenarnya.

Arsatya melepaskan Anindya, emosinya memuncak dan dadanya naik turun seperti ingin menerkam orang di depannya jika benar saat ini dia adalah binatang buas.

"Keterlaluan kau, Anindya. Lancang kau," ucapnya tegas sebelum melangkah pergi.

Arsatya sudah tidak bisa berkata-kata lagi terkait semua yang telah Anindya lakukan.

Tidak habis pikir, kesalahan terbesar membawa Anindya masuk ke dalam kamarnya yang berakhir membaca tulisan-tulisan mendiang istrinya yang penuh dengan rahasia kehidupan berumah tangga. Hanya gelengan kepala yang mampu Arsatya berikan untuk menggambarkan seberapa besar rasa kecewa atas perbuatan Anindya yang tidak mampu lagi diungkapan dengan kata.

Tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, Arsatya lekas membawa pergi buku berwarna ungu itu bersamanya.

“Apa sekarang Mas akan mengulang kejadian yang sama?” tanya Anindya yang mampu menghentikan langkah Arsatya sebelum menginjakkan kaki semakin jauh.

“Terus menyakitiku dengan ucapan dan perbuatanmu, sama seperti yang kamu lakukan pada Kak Amelia dulu?”

...🦋🦋🦋...

Next part masih seru sama konflik mereka, tungguin ya... Kira-kira siapa yg akan kalah atau mengalah duluan? Tolong kasih like setelah baca. Tks.

1
Novita Anggraini
Luar biasa
Ah Serin
cerita menarik knapa tak buat saessson2 lagi
mang tri
ternyata adiknya pantesan panggilnya mas ☺️
mang tri
😭😭😭😭😭😭😭
mang tri
ya ampuuunnnn 😭😭😭😭😭
mang tri
Anin pernah berkata Tuhan boleh mengambil apapun asal jangan ansha, jd orang tua nya sebagai pengganti ansha 😭
Safa Almira
,suka
Muhammad Hakim
Buruk
Dewi Kadimen
Luar biasa
Jisa Ajach
bgus
Tety Boreg
kasian anin thor..jgn dgn keadaan mabuk lah thor..😭😭😭
MommaBear
Luar biasa
Ita Listiana
ceritanya sangat bagus dan menarik, gk muter", dan banyak menguras emosi dan air mata. makasih buat othornya yg udah bikin cerita ini, sehat" terus ya thor biar bisa terus berkarya 😊
Kadek Bella: trima kasih banyak thor ,,ceritanya bagus
hello shandi: Terima kasih banyak ya kak untuk ulasan dan doanya. Salam kenal. 😇🙏
total 2 replies
imhe devangana
crtnya terlalu berbelit2 menurut ku, & hanya septr mereka doang ngk ada crt orng lain.
maaf ya thor
hello shandi: Terima kasih ya untuk masukkannya🙏
total 1 replies
imhe devangana
thor sebenarnya anak Amelua putra atau putri sich.awal bab di blng putra kok skrng putri.
hello shandi: Maaf ya, mungkin typo. Keduanya putri, Kak. Boleh bantu tunjukkin di bab berapa yang bahas kata "putra?". Terima kasih. 😇
total 1 replies
Budi Raka
Luar biasa
hello shandi: Terima kasih penilainnya, Kak.🙏✨
total 1 replies
retiijmg retiijmg
happy ending.
gak cmn mewek kak, gemes,kesel pokoknya nano nano
hello shandi: Makasih ya udah kasih ulasan feel-nya. 😊
total 1 replies
Mei Mei
Luar biasa
hello shandi: Terima kasih penilaiannya kak.💖
total 1 replies
Misaza Sumiati
Satya itu mah bukan cinta ke Amelia, tapi merasa berdosa ke Amelia semasa hidupnya
Misaza Sumiati
awas Satya nanti nyesel lagi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!