Chelsea bahagia saat orangtuanya menjodohkan dirinya dengan Reno, putra sahabat mereka.
Berbanding terbalik dengan Reno yang terpaksa menerima perjodohan itu karena ancaman papanya.
Segala usaha dilakukan Reno untuk membuat Chelsea membatalkan perjodohan mereka. Mulai dari memperkenalkan Sherly, teman SMA-nya sebagai kekasih sampai membuat Chelsea melihatnya tidur dengan Sherly di kamar hotel, namun semua itu tidak menggoyahkan Chelsea untuk meneruskan perjodohan mereka.
Chelsea akhirnya menyerah setelah Sherly datang dan menunjukkan bukti kalau wanita itu sedsng hamil dari benih Reno.
Chelsea pun pergi menjauh dan memutuskan kembali setelah 4 tahun berlalu dan tampil sebagai Chelsea yang berbeda
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kunjungan ke Kantor Revan
“Jadi Reno berani datang ke kantor dan menemui Chelsea langsung ?” suara Revan terdengar geram mendapat laporan tentang kedatangan Reno.
“….”
“Apa yang mereka bicarakan ?”
“…”
“Cari cara untuk bisa mendegar semua yang dibicarakan Chelsea dalam ruangannya.”
“…”
“Terserah, kamu atur saja. Nanti kasih tahu berapa biayanya, aku akan transfer.”
“Reno kurang ajar !” Revan mengepalkan tangannya setelah panggilan telepon dengan seseorang berakhir.
“Aku tidak bisa menundanya lebih lama lagi,” tegas Revan pada dirinya sendiri.
****
Chelsea sedang tiduran di kamarnya saat notifikasi pesan masuk di handphonenya berbunyi.
Pikirannya terganggu dengan ucapan Reno saat pertengkaran mereka di kantor 2 hari lalu. Sejak hari itu juga Reno tidak pernah mengirimkan pesan untuknya.
Chelsea beranjak bangun, ia menepis bisikan hatinya yang sedikit berharap kalau pesan yang masuk itu dikirim dari nomor Reno.
Revan
Sayang, besok pagi aku akan menjemputmu di rumah. Aku sudah minta ijin pada papi… maksudku pada Om Agam untuk membawamu ke perusahaan papa Robert.
Ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan pada calon istriku supaya tidak ragu-ragu lagi dengan hatinya untuk memilih aku menjadi masa depannya.
Chelsea
Okkey 😊👌🏻
Revan
Hanya begitu jawabannya, Sea ? 😔😔
Chelsea
Sorry, aku ngantuk banget. Besok aku tunggu.
Chelsea langsung meletakkan handphonenya dan membuatnya dalam mode senyap. Revan sendiri sudah berhenti mengirimkan pesan padanya.
Untuk apa Revan mengajaknya ke kantor papa Robert ? Chelsea sudah minta tolong pada papi Agam supaya dirinya jangan dilibatkan dulu dengan pekerjaan yang berkaitan dengan Reno dan tim-nya, tapi Revan berhasil membujuk papinya untuk memberi ijin membawa Chelsea ke sana.
Chelsea kembali merebahkan tubuhnya di atas ranjang sambil menatap ke langit-langit. Pikirannya yang letih memikirkan ucapan Reno membuat mata Chelsea terpejam padahal waktu beru menunjukkan pukul 20.45
***
Alis Chelsea menaut melihat Revan sudah duduk di meja makan bersama Papi Agam dan Mami Nina padahal waktu baru menunjukkan pukul 7 pagi.
“Sudah pulang, Sea ? Revan sudah 15 menit menunggumu,” ujar Mami Nina saat melihat putrinya berdiri di pintu menuju ruang makan.
“Apa memang harus sepagi ini perginya ?” Chelsea bertanya dengan wajah bingung.
“Tentu tidak, Sayang. Aku baru sampai semalam dan tidak sabar ingin bertemu denganmu, makanya aku datang lebih pagi sekalian bisa sarapan dan ngobrol dengan papi mami kamu.”
Revan berjalan mendekati Chelsea dan berniat memeluk gadis itu namun Chlesea malah melangkah mundur dan menjauh.
“Jangan ! Aku tidak nyaman karena badanku masih basah dan lengket,” Chelsea mengulurkan tangan, menahan Revan yang kembali berusaha mendekat.
“Aku mandi dulu,” secepat kilat Chelsea berbalik dan langsung naik ke kamarnya yang ada di lantai 2.
Chelsea mengunci pintu kamarnya dan sempat bersandar pada pintu sambil memegang dadanya. Untung saja badannya masih sedikit basah oleh keringat setelah joging 30 menit keliling taman yang ada di dekat rumah.
“Reno brengsek, gara-gara omongannya aku jadi bawaanya curiga dan tidak nyaman berada di dekat Kak Revan,” gumam Chelsea pada dirinya sendiri sambil berjalan ke kamar mandi.
Selesai mandi dan berpakaian ala wanita kantoran, Chelsea turun ke lantai satu dan langsung menuju ke ruang makan.
“Papi dan Mami mau kemana. ?”alis Chelsea menaut saat melihat kedua orangtuanya sudah berpakaian rapi.
“Mau kencan,” sahut Mami Nina sambil tertawa. “Kayak kalian kencan ala orang kantoran.”
Chelsea memutar bola matanya dan mencibir.
“Ingat umur, nanti kalau kebablasan Sea malah dapat adik lagi,” ledek Chelsea sambil tertawa pelan.
“Nggak perlu nambah adik, sekarang waktunya menunggu cucu. Iya kan, Pi ?”
“Hmmm”
Chlesea menjulurkan lidah meledek maminya yang mendapat perlakuan datar dari sang papi.
“Mau berangkat sekarang, Kak Revan ?” tanya Chelsea setelah menghabiskan segelas susu dan mengambil sepotong roti.
“Makan jangan jalan-jalan dong, Sayang,” Revan mencoba menasehati yang dibalas dengan anggukan karena mulut Chelsea sedang menggigit roti.
“Sebetulnya ada acara apa di kantor papa ?” tanya Chelsea saat keduanya sudah di mobil dan Revan mulai menjalani mobil meninggalkan halaman rumah Chelsea.
“Kejutan, Sayang. Yang pasti semuanya untuk persiapan masa depan kita,” Revan mengelus kepala Chelsea membuat gadis itu tersenyum canggung.
“Gimana pekerjaanmu di kantor ? Sudah mulai bisa menyesuiakan diri ?”
“Lumayan, belum juga 6 bulan. Masih banyak yang harus dipelajari.”
“Aku yakin kalau kamu cepat belajar dan bisa menggantikan Om Agam dengan baik.”
Chelsea tersenyum sambil mengangguk. Ia pura-pura mengambil tas nya saat tangan Revan sudah kembali terulur hendak kembali mengelus kepalanya.
Chelsea sendiri memilih bermain dengan handphonenya.
“Kamu lagi ngapain, sih ? Nggak pusing main handphone di mobil ?”
“Lagi chatting sama Nia soal kerjaan. Dia lupa kalau aku tugas keluar hari ini. Divisi Marketing sempat menanyakan keberadaanku.”
“Apa perlu aku yang menghubungi kantor kamu ?”
“No !” Chelsea mengangkat tangannya dengan mata yang membola. “Aku bukan anak kecil lagi. Bukannya tadi kamu bilang aku pasti bisa meneruskan usaha Papi ? Aku harus bisa belajar tanggungjawab dan menangani masalah sendiri.”
“Ya… ya … Chelsea wanita karir,” Revan tertawa. “Aku lupa kalau kamu bukan lagi Chelsea yang bawel dan pecicilan.”
Chelsea hanya tertawa pelan menanggapi ledekan Revan.
”Kalau sudah dewasa, berarti sudah siap untuk menjadi seorang istri, ya ?”
“Kan aku sudah bilang, Kak, tunggu satu sampai dua tahun lagi, biar aku benar-benar bisa fokus mendalami usaha Papi dulu.”
“Bagaimana kalau kita menikah dalam waktu dekat dan menunda punya anak hingga 1 atau 2 tahun ke depan ?”
“Kak, aku…”
“Jujur Sea, aku melihat banyak pria yang sering melirik padamu. Aku sangat cemburu. Terutama soal Reno. Aku khawatir adikku melakukan hal-hal yang tidak terduga karena obsesi dan sifatnya yang selalu iri padaku. Bahkan aku bisa melihat kalau Reno menganggap papa lebih menyayangiku dan memberikan banyak keistimewaan padaku. Padahal kamu sama kenalnya dengan papa kan, Sea ? Papa selalu bersikap adil pada anak-anaknya, kecuali sama kamu.”
“Memang ada masalah apa lgi dengan Reno ?” Chelsea mengerutkan dahinya.
“Aku akan menjelaskan setelah kita sampai di kantor. Tapi kadang aku khawatir kamu akan menganggap aku pria yang bertabiat buruk karen menjelek-jelekkan adiknya sendiri di depan mantan tunangannya.”
“Kan statusnya mantan, bukan tunangan,” Chelsea mencoba tertawaz “Lagipula sudah 4 tahun berlalu, bahkan aku sendiri sudah lupa bagaimana rasanya.
“Ya…ya… aku percaya padamu.” Revan tertawa renyah membuat Chelsea ikut tersenyum.
Dahi Chelsea berkerut saat mobil Revan berhenti persis di depan lobby, terlihat beberapa orang seperti paagar ayu berdiri menunggu mereka.
“Sebetulnya ada acara apa Kak Revan ? Kok kayak mau kawinan aja pakai penyambutan segala ?”
“Nggak ada acara apa-apa, Sayang. Jangan khawatir begitu. Kekasihmu ini akan selalu ada di sampingmu.”
Chelsea mengangguk sambil tersenyum. Ia sedikit terkejut saat pintu mobilnya dibukakan oleh seorang pria berbadan tegap dengan pakaian safari berwarna cokelat tua.
“Selamat datang Nona,” pria itu membungkukkan badannya, begitu juga dengan tiga orang yang berdiri sepanjang jalan masuk menuju lobby.
“Selamat datang Nona, Tuan Muda.”
Tuan muda ? Kenapa berbeda dengan Reno yang tidak suka dengan panggilan hormat begini, batin Chelsea
Chelsea mengerutkan dahi sambil menoleh menatap Revan yang hanya tertawa pelan.
“Biarkan mereka mau memanggil dengan sebutan apa, Sayang. Kenyataannya kalau kita berdua adalah generasi penerus perusahaan keluarga kita, kan ?”
Chelsea hanya tersenyum tipis. Bagaimana Revan hanya menganggap mereka berdua ? Bagaimana dengan Kak Carmila dan Reno ?
Chelsea yang tidak mengerti apa rencana Revan hanya mengikuti skenario yang disusun oleh kekasihnya itu.
Chelsea masih menebak-nebak kejutan apa yang disiapkan Revan hanya bisa mengikuti langkah pria yang menggandengnya masuk ke dalam lift.
“Kenalkan, ini Nino, asistenku yang akan membantu di sini.”
Pria yang ikut masuk ke dalam lift hanya membungkukan badan dan tidak berani mengulurkan tangan seperti orang berkenalan pada umumnya.
“Salam kenal, saya Chelsea,” Chelsea menyapa pria yang disebut asisten Revan itu.
“Saya Nino, Nona. Suatu kehormatan bisa bertemu dengan calon istri dengan Tuan muda Revan.”
Chelsea tertawa pelan padahal dalam hatinya ia mengomeli Revan yang memperkenalkan dirinya sebagai calon istrinya.
Tunangan saja belum, berani-beraninya mengumumkan kalau kami ini calon suami dan istri, gerutu Chelsea dalam hati.
Lift berhenti di lantai 8 dan tentu saja Nino langsung menahan pintu dan mempersilakan Revan keluar bersama Chelsea.
Dengan penuh rasa percaya diri, Revan menggandeng lengan Chelsea dan menuntunnya ke arah kanan lift.
“Aku belum pernah sampai di lantai ini,” gumam Chelsea.
“Tentu saja sayang, lantai ini baru saja didekorasi ulang olehku. Papa memberikan seluruh lantai ini untuk ruang kerjaku bersama tim design. Setelah dipikir-pikir memang lebih baik kalau aku bergabung dengan perusahaan Papa. Semakin kemari, banyak klien yang membutuhkan interior design.”
Chelsea hanya mengangguk-angguk dan mengikuti Revan melewati satu pintu kaca.
“Ini ruangan untuk Nino dan Irma, sekretarisku.”
“Selamat datang Nona Chelsea,” sapa wanita seumuran Revan yang terlihat sangat sopan dengan pakaian ala kantornya.
“Salam kenal Mbak Irma,” Chelsea balas menyapa dan membungkukan sedikit badannya.
“Dan sekarang yang utama,” tangan Revan sudah memegang gagang pintu kayu berwarna cokelat.
“Taaraaa…” Revan merentangkan kedua tangannya. “Ini ruangan kerjaku. Gimana ? Kamu suka ?”
Chelsea mengangguk-angguk dan melewati Revan, melihat-lihat ke sekeliling ruangan yang diatur dengan design minimalis.
“Aku ingin menunjukkan sesuatu khusus untuk kita, Sayang.”
Revan kembali menarik lengan Chelsea menuju satu pintu yang dibuat seperti menyatu dengan lemari buku.
Chelsea memperhatikan Revan yang menarik semacam tuas pada rak buku dan salah satu bagian rak itu terbuka seperti pintu.
“Masuklah.”
Chelsea menautkan alisnya, tampak ragu untuk mengikuti pernintaan Revan. Akhirnya karena tidak sabar, Revan kembali menarik tangan Chelsea dan membawanya masuk.
Mata Chelsea membola dan jantungnya berdebar. Ternyata ruangan yang ditunjukkan Revan lebih mirip sebuah kamar.
“Kita bisa program buat anak di sini setelah menikah,” bisik Revan sambil memeluk pinggang Chelsea dari belakang.
Tubuh Chelsea menegang dan bulu kuduknya meremang saat merasakan hembusan nafas Revan di ceruk lehernya.
Chelsea bergerak menjauh dan tertawa kikuk.
“Sepertinya cocok untuk tempat istirahat Kak Revan kalau harus lembur.”
Chelsea pun bergegas jalan keluar kamar itu dan kembali melihat-lihat ruangan kerja Revan.
“Gimana, kamu suka desainnya ?” Revan kembali mendekat dengsn tatapan yang sulit diartikan oleh Chelsea.
“Suka. Keren. Desain Kak Revan memang layak diberi acungan jempol. Pantas saja klien-nya sampai ke macanegara,” puji Chelsea sambil terus bergerak, tidak ingin memberi kesempatan Revan memeluknya.
Tidak lama handphone Revan berbunyi dan pria itu sedikit menjauh dari Chelsea.
“Kita turun sebentar, Sayang,” Revan mengulurkan tangan berniat menggandeng Chelsea kembali.
Dengan sedikit canggung, Chelsea menggandeng tangan Revan sambil menyunggingkan senyum.
Sama seperti tadi, Tino kembali ikut menemani dan bergegas membukakan dan menahan pintu lift.
Aku tidak menduga kalau Kak Revan penggila hormat begini, batin Chelsea.
Revan senyum-senyum sambil mengeratkan genggamannya membuat Chelsea tersenyum canggung dan malah risih.
Reno asem. Kenapa ucapannya bikin aku jadi membandingkan Kak Revan sama dia, omel Chelsea dalam hati.
Ketiganya sampai di lantai dasar. Sama seperti masuk ke dalam lift dilayani oleh Nino, Revan menunggu asistennya itu mempersilakan bossnya keluar.
Asli lebay, gerutu Chelsea
Tanpa sadar gadis itu mencibir membuat Revan sempat mengerutkan dahinya.
Begitu keluar dari lift, mata Chelsea langsung membola melihat siapa yang berdiri tidak jauh dari lift.
Reno yg menolak perjodohan sehingga dia membuat rekayasa pacaran sama Serly,
Revan yg hanya pura pura mencintai mu padahal dia sudah punya anak dari Dita
Bastian yg mencintai mu tapi dia punya masa lalu yang kelam sehingga dia punya anak dari perempuan lain 🤭🤭🤦♀️