NovelToon NovelToon
Jodoh Pilihan Ibu.

Jodoh Pilihan Ibu.

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Tukar Pasangan
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Rinnaya

Dijodohkan dengan pria kaya raya? Kedengarannya seperti mimpi semua perempuan. Tapi tidak bagi Cloe.

Pria itu—Elad Gahanim—tampan, sombong, kekanak-kanakan, dan memperlakukannya seperti mainan mahal.

“Terima kasih, Ibu. Pilihanmu sungguh sempurna.”

Cloe tak pernah menginginkan pernikahan ini. Tapi siapa peduli? Dia hanya anak yang disuruh menikah, bukan diminta pendapat. Dan sekarang, hidupnya bukan cuma jadi istri orang asing, tapi tahanan dalam rumah mewah.

Namun yang tak Cloe duga, di balik perjodohan ini ada permainan yang jauh lebih gelap: pengkhianatan, perebutan warisan, bahkan rencana pembunuhan.

Lalu, harus bagaimana?
Membunuh atau dibunuh? Menjadi istri atau ... jadi pion terakhir yang tersisa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rinnaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24. Donat stroberi.

Seluruh ruangan hanya tercium wangi Elad, tak peduli bagaimana Cloe mengendus-endus, hanya ada satu aroma parfum yang tercium. Cloe duduk di atas ranjang, meneliti setiap sudut bersih serta rapi. Mungkin ini tempat khusus bagi Elad saat dia lelah, lampu redup orange mengundang kantuk Cloe.

Tubuhnya begitu saja menempel pada lembutnya kasur, ia tidak mengerti kenapa di sini terasa nyaman.

Perlahan-lahan mata tertutup, otaknya tidak memikirkan apapun selain mengejar mimpi di dalam gelap.

Tapi ketenangan itu pecah oleh suara tembakan dan ledakan kecil?

Cloe mengerutkan dahi, pelan-pelan membuka mata. Matanya menyesuaikan cahaya, lalu menoleh ke sumber suara. Di sudut ruangan, duduk seorang laki-laki muda berseragam SMA, kaki dilipat naik ke sofa, mata fokus pada layar ponsel. Suara efek game tembak-tembakan menyembur dari speakernya.

Cloe bangkit setengah duduk. “Ayano?”

Remaja itu tersentak, buru-buru mengecilkan volume ponselnya. “Maaf, Kak! Aku nggak sengaja ganggu. Aku kira Kak Cloe masih tidur nyenyak.”

Cloe mengusap wajah. “Kamu dari kapan di sini?”

“Baru setengah jam. Aku disuruh Kak Elad datang nemenin Kakak.”

Cloe menyandarkan diri, masih sedikit linglung. “Elad?”

Ayano mengangguk, lalu menunjuk kotak kertas di meja. “Aku bawa donat. Bang Elad bilang, Kakak sangat suka yang rasa stroberi.”

Mata Cloe berkedut, sejak kapan dia 'sangat' menyukai rasa stroberi? Biasa aja menurut Cloe. Elad sok tahu. Beginikah cara dia agar terlihat perhatian? Hah, tidak usah repot-repot, batin Cloe.

Cloe melirik kotak itu, terbuka sebagian, terlihat donat pink berlapis gula yang mengundang. Ia ragu menyentuhnya, tapi senyuman tulus Ayano membuat hatinya melembut.

“Elad mana?” tanya Cloe akhirnya.

Ayano menggigit bibir bawahnya. “Tadi dia pamit buru-buru. Katanya ada urusan mendadak. Satu jam lalu dia udah naik pesawat ke luar negeri.”

Cloe membeku. “Ke luar negeri?”

“Iya. Kayaknya urusan bisnis.” Ayano mengangkat bahu ringan. “Dia bilang, selama dia di luar negeri, aku yang nemenin Kakak.”

Cloe mengalihkan pandangan ke jendela. Hatinya terasa aneh. Elad pergi tanpa pamit langsung padanya. Biasanya pria itu berlebihan dalam segala hal, bahkan hanya untuk bilang "sampai jumpa." Dan keberadaan Ayano sendiri pasti bukan sesuatu yang biasa, dia ditugaskan untuk memastikan Cloe tidak melarikan diri.

Ayano menatap Cloe sambil menggoyang-goyangkan ponselnya. “Maaf ya kalau aku terlalu berisik tadi.”

“Enggak, Ayano.” Cloe menghela napas. “Kamu malah bikin ruangan ini nggak terlalu sepi.”

Ayano tersenyum malu. “Kak Cloe suka game?”

“Dulu suka main congklak. Sekarang, nggak sempat mikir main.” Cloe nyengir kecil.

Ayano tertawa. “Aku juga enggak sempat main congklak. Udah nggak ada papan congklaknya!”

Cloe tersenyum. Tapi pikirannya tetap berputar.

Elad pergi. Sehan masih di rumah. Dan kini ia berada di kantor bersama adik iparnya.

Ayano menurunkan kaki dari lipatan di sofa, kali ini lebih tenang, suara gamenya benar-benar dimatikan. Ia sekadar membuka layar, menggulir-gulir menu tanpa benar-benar bermain. Mungkin untuk memberi ruang pada Cloe agar merasa tidak diawasi.

Cloe berjalan mendekati sofa, memandang ke arah donat yang dibiarkan terbuka. Tangannya menggapai satu, menggigit pelan. Tidak terlalu manis, pas di lidah, tapi hatinya tetap getir.

“Elad selalu sibuk, ya?” gumamnya, entah untuk Ayano atau hanya dirinya sendiri.

Ayano menoleh. “Dia sibuk, tapi dia sering bicara soal Kak Cloe, lho.”

Cloe melirik. “Bicara apa?”

“Macam-macam. Kadang lucu sih. Katanya Kak Cloe keras kepala, bikin pusing, tapi selalu bikin dia penasaran.”

Cloe mendengus. “Seperti main rubik warna-warni yang nggak bisa dia susun dengan benar?”

Ayano tertawa pelan. “Kurang lebih begitu. Tapi dia juga pernah bilang, Kakak itu rumah paling aneh yang pernah dia tempati.”

Kata-kata itu membuat Cloe terdiam. Rumah paling aneh. Paling aneh, tapi tetap ditinggali? Kenapa tidak ditinggalkan?

“Dia pergi tanpa bilang langsung. Kau tahu kenapa?”

Ayano menggeleng. “Aku kira Kakak tahu duluan.” Ia tampak sungguh-sungguh. “Tapi dia kelihatan gelisah tadi. Buru-buru banget. Biasanya dia santai, tapi tadi enggak. Dia seram banget tadi, bulu kudukku masuk merinding.”

Cloe menatap lurus ke depan. Elad, gelisah? Apa yang mengganggu pikirannya? Masalah bisnis? Atau ... Sehan?

“Apa dia bilang kapan balik?” tanya Cloe.

“Enggak. Cuma bilang beberapa hari.” Ayano ragu sejenak. “Tapi kupikir... dia agak khawatir ninggalin rumah.”

Cloe meremas selimut di genggamannya. Ayano mungkin tidak tahu apa-apa, tapi ia bisa membaca situasinya. Elad tidak tenang, Sehan masih tinggal, dan ia... diapit di antara dua lelaki Gahanim dengan rahasia masing-masing.

“Kak Cloe,” panggil Ayano pelan. “Kalau ada yang bikin Kakak enggak nyaman, Kakak bisa bilang ke aku. Serius. Aku enggak akan omong ke siapa-siapa.”

Cloe menatap Ayano, cukup lama. Anak ini bukan musuh. Bahkan mungkin satu-satunya orang di keluarga itu yang masih memiliki hati yang utuh. Tapi Cloe tidak bisa gegabah. Belum.

“Aku baik-baik saja,” ucapnya akhirnya. “Tapi terima kasih, Ayano.” Cloe menggigit donatnya lagi, menghabiskan beberapa buah secara perlahan-lahan. Baiklah, dia mengakui donat ini enak, mungkin dia bisa mulai mengagumi rasa stroberi.

“Kak, sebelum kita pulang nanti, mau nggak aku ajak Kakak keliling kota?” tawarnya sambil tersenyum lebar, seperti anak kecil yang baru saja mendapat mainan baru.

Cloe menaikkan alis. “Keliling kota?” Rasanya tidak percaya, semua orang ingin membelenggu Cloe, mungkin cuman Ayano yang menganggap Cloe manusia.

“Iya. Aku baru dapat SIM bulan lalu, kan. Mobil Kak Elad juga ada di basement. Kita cuman mutar-mutar, sih. Aku enggak berani bawa kakak turun. Lagian, kayaknya Kak Cloe juga butuh lihat dunia luar setelah sekian lama di rumah.”

Cloe menatap Ayano cukup lama. Tawaran itu ... terdengar menggiurkan. Meski ia tahu Ayano bukan pelindung hebat seperti Elad, tapi bocah ini punya niat baik, dan yang lebih penting: keluar dari gedung ini meski cuma dari balik jendela mobil.

“Boleh,” jawab Cloe akhirnya. “Tapi kalau kau nabrak tiang listrik, aku turun dan jalan kaki pulang.”

Ayano tergelak. “Tenang, aku anak yang bertanggung jawab.”

Beberapa menit kemudian, mereka sudah berada di dalam mobil Mercy

hitam elegan milik Elad yang entah sejak kapan terparkir rapi di basement. Ayano tampak bersemangat, memasang sabuk pengaman dengan cepat, memutar-mutar kunci, lalu menatap Cloe seperti menanti persetujuan final.

“Siap, Kak?”

“Jangan ngebut,” perintah Cloe dengan nada galak.

“Siap!” Ayano memberi hormat, lalu membawa mobil meluncur perlahan keluar basement.

Mereka tidak pergi jauh, hanya berputar di jalanan besar kota, melewati taman-taman yang penuh anak-anak bermain, kafe-kafe kecil di sudut jalan, dan deretan toko dengan lampu-lampu hias.

Cloe bersandar pada jendela, menikmati pemandangan, membiarkan udara kota meresap ke dalam paru-parunya meski hanya dari balik kaca.

“Aku senang Kak Cloe mau ikut,” kata Ayano sambil mengemudi santai. “Daripada aku bawa Kakak ke rumahku, lebih baik kita tetap di rumah Kakak. Aku bosan mendengar titah ibu yang bagaikan seorang ratu itu.”

Cloe mendengus pelan. “Aku sudah cukup stres tinggal satu atap dengan sepupu kakakmu yang berlagak malaikat itu.”

Ayano tersenyum canggung. “Aku ngerti. Tapi tenang aja, aku janji. Aku bakal jaga Kak Cloe.”

Cloe mengangguk kecil. Dalam hatinya, ia tidak sepenuhnya merasa aman. Tapi dibanding sendirian menghadapi Sehan, keberadaan Ayano sedikit mengurangi ketegangan yang menjerat lehernya belakangan ini.

Mereka terus berkeliling hingga senja mulai turun, lampu-lampu kota menyala satu per satu, menciptakan pantulan cahaya keemasan di kaca mobil.

Setidaknya, untuk sejenak, Cloe merasa bukan tawanan. Ia hanya seorang gadis biasa yang sedang menikmati sore, bersama seorang adik laki-laki yang polos dan tulus.

‘Bahkan dalam keterkurungan ini, Tuhan masih memberiku sedikit celah untuk bernapas.’

Bersambung....

1
Rittu Rollin
yuk up nya dtunggu ya thor
Rittu Rollin
/Smile/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!