Dambi nekat mencari gigolo untuk memberikan keperawanannya. Ia pikir kalau dirinya tidak perawan lagi, maka laki-laki yang akan dijodohkan dengannya akan membatalkan pertunangan mereka.
Siapa sangka kalau gigolo yang bertemu dengannya di sebuah hotel adalah profesor muda di kampusnya, pria yang akan dijodohkan dengannya. Dambi makin pusing karena laki-laki itu menerima perjodohan mereka. Laki-laki itu bahkan membuatnya tidak berkutik dengan segala ancamannya yang berbahaya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Damai sementara
"Rupanya kalian sepupuan." Angkasa menatap Rassya dan Dambi bergantian. Rasa marah dan cemburunya yang hampir membuncah tadi kini hilang. Ia tersenyum senang. Lalu menatap Dambi yang kini raut wajahnya berubah. Gadis itu tampak bingung dan tidak senang melihat keakraban mereka. Beberapa kali gadis itu memberikan kode dengan matanya ke Rassya.
Angkasa sadar sekarang bahwa Dambi rupanya sengaja mau menggunakan Rassya kakaknya sebagai tameng untuk membuat pertunangan mereka terancam. Huh! Jangan harap. Keberuntungan memilih Angkasa. Hampir saja. Untung dia dan Rassya adalah sahabat lama.
"Kak Rassya," Dambi menarik Rassya menjauh dan berbisik.
"Katanya mau nolongin aku, kenapa kak Rassya malah jadi akrab sama dia?" bisik Dambi sedikit kecewa. Matanya sesekali mencuri-curi pandang ke Angkasa yang berdiri di sana.
Rassya tersenyum. Kemudian menarik pergelangan tangan Dambi dan berhenti di depan Angkasa lagi.
"Dambi sayang, sepertinya kamu salah paham sama Angkasa." ucapnya sontak Dambi melotot dan makin bingung. Makin tidak terima. Salah paham apanya, orang Angkasa memang adalah lelaki menyebalkan yang suka membuatnya kesal.
"Dengar, Angkasa dan aku sudah sahabatan sejak SMA. Dulu dia sekolah di Bandung. Kamu ingat aku pernah cerita tentang ketua genk yang jauh lebih hebat dari aku kan?" jelas Rassya. Dambi mengerutkan kening, ia tampak mengingat-ingat. Beberapa detik kemudian matanya melotot sempurna. Jangan bilang Angkasa ini...
"Dia ketua genk yang sering kak Rassya ceritain?!" serunya tidak percaya. Astaga, kebetulan macam apa ini? Pupus sudah harapannya untuk melihat Angkasa dibuat ciut dan tidak berkutik. Nyatanya pria itu lebih menakutkan dari Rassya. Posisi ternyata Rassya dibawah lelaki itu. Sial, sial, sial. Dambi menunduk kecewa. Ia merasa takdir mempermainkannya.
"Sepertinya kau sangat puas dengan permainanmu sekarang." ledek Angkasa dengan nada mencemooh. Dambi langsung melemparkan tatapan kesalnya pada sang tunangan. Rassya sendiri merasa cukup kasihan ke sang adik.
Awalnya Rassya memang marah mendengar Dambi dijodohkan dengan laki-laki yang tidak gadis itu sukai, makanya mau membantunya. Tapi ketika mengetahui siapa tunangan adiknya, semua rencana Rassya untuk memisahkan mereka batal.
Dia tahu Angkasa adalah laki-laki yang setia, bertanggung jawab, dapat dipercaya, dan bisa membahagiakan Dambi. Angkasa juga keliatannya memang menyukai Dambi. Rassya yakin sahabat lamanya tersebut bisa membuat Dambi jatuh cinta padanya. Tinggal butuh waktu. Memang tak sedikit hubungan yang di mulai dari saling benci akan diakhiri dengan saling jatuh cinta. Rassya percaya itu. Lagipula Dambi sepertinya memang tidak benci-benci amat sama Angkasa. Dia lebih terlihat kesal karena tidak bisa mengalahkan laki-laki seperti Angkasa.
"Kalian sudah makan? Bagaimana kalau kita makan bersama?" tawar Rassya kemudian. Dambi tidak menjawab, gadis itu berbalik dan membanting dirinya ke sofa dengan kesal sambil bersedekap dada. Angkasa dan Rassya saling menatap, kemudian tertawa. Sikap Dambi sungguh sangat kekanak-kanakan.
"Apa dia selalu seperti itu kalau marah?" tanya Angkasa. Ia ingin lebih mengenal Dambi, ingin tahu segala sesuatu tentang gadis itu. Rassya mengangguk.
"Gadis itu memang sedikit labil. Tapi sebenarnya dia gampang dibujuk. Dia belum pernah pacaran sebelumnya, tapi kalau kau ingin dia jatuh cinta padamu, itu gampang. Aku akan memberimu sebuah trik. " Rassya sengaja mengecilkan suaranya agar Dambi tidak mendengar pembicaraan mereka.
"Bagaimana caranya?" balas Angkasa tak kalah pelan. Demi mendapatkan hati Dambi dia bisa melakukan apa saja.
"Perlakukan dia dengan lembut, ajak dia jalan-jalan dan sering-seringlah berkomunikasi tentang hal-hal yang kalian sukai. Kau juga bisa sesekali melakukan sentuhan fisik padanya. Seperti menggenggam tangannya saat jalan-jalan dan lain sebagainya." itu menurut pengalaman Rassya berhubungan dengan wanita. Bahkan sebagian besar wanita menyukai sentuhan. Bohong kalau mereka bilang tidak. Itu hanya berguna bagi beberapa orang saja.
Angkasa tersenyum tipis. Rassya sepertinya sudah sangat berpengalaman dengan wanita. Dia akan menyimpan perkataan pria itu, meski dirinya memiliki cara sendiri untuk membuat Dambi jatuh cinta padanya. Angkasa memiringkan kepalanya menoleh ke Dambi lagi. Posisi gadis itu masih sama seperti tadi. Bahkan masih terus menatap mereka dengan tatapan kesal.
"Jadi, bagaimana dengan makan siang?" Rassya kembali bertanya karena dirinya sudah merasa lapar.
"Pesan saja, kita makan di sini. Dengan kondisinya, tidak mungkin kita bisa makan diluar." sahut Angkasa menunjuk Dambi dengan dagunya. Rassya tertawa pelan lalu mengangguk mengerti.
"Baiklah kalau begitu."
***
Jam tujuh malam. Dambi turun ke dapur untuk minum, sedang Angkasa tampak santai diruang duduk sambil menikmati alunan musik. Setengah jam yang lalu, mereka di rumah setelah pertemuan dengan Rassya yang berakhir dengan kekalahan Dambi.
Perasaan Dambi sudah jauh lebih santai. Mungkin karena sejak pulang dari hotel tempat kak Rassya menginap, Angkasa tiba-tiba memperlakukannya dengan lembut. Tidak menggodanya atau menjahilinya seperti biasa. Dambi juga lelah terus-terusan bermusuhan dengan laki-laki yang kini berstatus tunangannya itu. Jadi dia memutuskan untuk berdamai dulu. Dia akan melihat sikap Angkasa. Kalau laki-laki itu membuatnya kesal lagi, dia akan kembali memusuhinya.