Naina Hilda, gadis yang selalu menghitung mundur hari pernikahannya harus menerima kenyataan ketika kekasihnya memutuskan hubungan sepihak.
Sang kekasih menemukan tambatan hati yang lain yang menurutnya lebih sesuai dengan standarnya sebagai seorang istri yang pantas digandeng tangannya ketika kondangan.
"Maaf, Na. Perasaanku ke kamu, hambar."
Dua pekan sebelum ijab kabulnya terucap dengan sang pria.
Tenda dan katering sudah di pesan bahkan dibayarkan, untung saja undangan belum sempat disebar. Namun, bukan itu yang membuat tingkat stres Naina meningkat hingga ia lampiaskan pada makanan.
Naina baru tahu ternyata mantan tunangannya memiliki kekasih dengan spek idaman para pria. Tinggi, putih, langsing, glowing, shining, shimmering, splendid.
Apa kabar dengan Naina yang kusam, jerawatan dan gendut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisyah az, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ancaman Rere
Sementara itu Reno baru saja membuka mata, meregangkan otot-otot yang terasa pegal. Dia menguap sambil menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 08.30 pagi.
''Ya ampun, badanku terasa lelah sekali,'' keluh Reno sambil memiringkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, sehingga terdengar suara gemelutuk tulang.
Setelah itu dia pun turun dari ranjang dan melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah beberapa menit Reno keluar dengan handuk yang melilit di pinggang, memamerkan roti sobek yang berderet 6 kotak dengan otot-otot yang kekar, membuat siapa saja wanita yang memandangnya pasti akan terpesona.
Apalagi dada bidangnya yang lebar, membuat gadis manapun pasti akan merasa nyaman dalam pelukan dan dekapan Reno.
''Kira-kira Naina sedang apa ya? Apa dia sudah bangun?'' gumam Reno dengan lirih, kemudian dia mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan kepada Naina.
(Naina, apa kamu sudah bangun?)
Setelah menunggu beberapa menit tidak ada jawaban, dan Reno yakin jika Naina saat ini belum bangun. Kemudian dia pun memutuskan untuk keluar menuju rumah sang Ibu, karena Reno sangat lapar.
Jarak kontrakan dengan rumah ibunya hanya 5 menit saja, dan sesampainya di sana dia langsung masuk ke dalam rumah dan menuju meja makan. Melihat sang Ibu tengah menonton TV, tapi Reno tidak perduli, sebab perutnya sudah sangat lapar sekali.
''Reno, kamu tidak ke cafe?'' tanya sang ibu.
''Mboten Bu. Mungkin nanti agak siangan. Reno masih istirahat soalnya masih agak capek,'' jawab Reno dengan nada lembut.
''Semalam nyampe jam berapa?''
''Jam 20.00 Bu, soalnya jalanan sangat macet, ditambah kami ada mampir ke tempat lain juga,'' Jawab Reno sambil mengunyah makanannya.
.
.
Ivan saat ini tengah duduk melamun di kantornya. Xia memikirkan tentang Naina. Entah kenapa sejak pertemuannya dengan wanita itu, Ivan tidak bisa menghilangkan Naina dalam pikirannya.
Wajah cantik dan body yang aduhai, membuat Ivan seakan terlena, bahkan ketika dia bercinta dengan Rere, pria itu malah membayangkan jika yang ada di bawah tubuhnya adalah Naina.
''Apa Iya, aku dan dia bisa kembali lagi? Apa iya Naina masih mencintaiku? Dan apa Naina mau kembali kepadaku, dengan statusku sekarang yang sudah menjadi suami Rere?'' gumam Ivan dengan lirih.
Kepalanya terasa pening, memikirkan perbedaan antara Rere dan juga Naina. Ivan memang tidak mencintai istrinya. Dia hanya tergoda saja dengan bujuk rayu Rere, ditambah wanita itu sangat cantik dibandingkan Naina yang dulu.
Akan tetapi, semenjak kehadiran Naina kemarin di acara resepsi pernikahannya, Ivan malah berpikir jika sekarang yang lebih cantik dan yang lebih menantang adalah Naina. Tidak dia pungkiri, jika di dalam hatinya masih ada secercah cinta untuk gadis itu. Hanya saja, Ivan lebih mengutamakan gengsi karena dia malu memiliki pacar seperti Naina yang tidak bisa untuk merawat dirinya.
Tiba-tiba saja ponselnya berdenting, dan ternyata itu adalah pesan masuk dari Rere.
(Sayang, aku mau belanja ke mall. Kamu transferin uang ya! Soalnya ada tas branded nih. Nanti kalau kehabisan gimana?)
Ivan yang membaca itu pun menghela nafasnya dengan kasar. Entah harus seperti apa dia menolak permintaan Rere. Karena yang Ivan rasakan sekarang, Rere hanyalah menghamburkan uangnya saja.
Tak lama pesan pun kembali masuk.
(Sayang, kok cuma dibaca aja sih? Kamu kirimin aku uang ya! Kalau nggak, nanti aku ngambek. Aku nggak mau makan, biar anak kamu di dalam perut juga kelaparan!)
Membaca ancaman dari istrinya membuat Ivan mengusap wajahnya dengan kasar. Selalu saja ancaman-ancaman dan ancaman yang diberikan oleh Rere, agar membuat pria itu takluk padanya.
"Sepertinya memang aku harus kembali kepada Naina," gumam Ivan dengan lirih.
"Buat apa kamu kembali kepadanya? Kamu kan sudah punya istri!" ucap seseorang di ambang pintu kerja milik Ivan.
Bersambung.....