Pelacur Yang Dirindukan ( Emperor Transmigration )

Puteri Dayana berhenti tepat di depan suaminya, dia tau akan menemukan Pangeran disana. Tempat favorit suaminya duduk setiap berada di Istana.

"Ada apa? Aku tidak ingin diganggu," ujar Pangeran dengan suara dingin.

"Cuaca sangat hangat, aku hanya ingin menemanimu disini," Puteri Dayana tak pernah menyerah terus menggoda Pangeran, bahkan dia selalu menghalalkan segala cara meskipun tetap saja dia gagal.

"Jangan membuatku menyakitimu, Puteri. Aku ingin menjaga kehormatan Raja, jadi masih menghormatimu. Lagipula, jika aku menyakitimu... Ayahmu Duke Lewis akan mempengaruhi para Bangsawan dan Menteri untuk memojokkan Raja. Jadi, jangan lewati batasanmu. Aku tidak menghukum mu lagi yang telah menyakiti Eleena, bukan karena aku takut pada Ayahmu tapi aku masih menahan semuanya."

Bibir Puteri Dayana menipis tajam, ia sudah bosan mendengar nama Eleena keluar dari mulut Pangeran.

"Aku istrimu, aku juga didesak terus menerus untuk melahirkan seorang putra. Para Menteri juga mendesakmu untuk menikah lagi jika aku belum juga melahirkan putra untukmu, bukankah sekali saja kamu bisa tidur denganku? Kita coba sekali saja, itu akan menguntungkan bagi kita berdua. Aku menawarkan keuntungan bagi kita berdua."

Genggaman tangan Pangeran pada pedang semakin erat, memang benar para Menteri juga sudah memintanya agar menikah lagi jika Puteri Dayana belum juga hamil dan melahirkan seorang putera. Namun, dia tidak akan terpengaruh dengan desakan dari para Menteri setidaknya Raja masih menunggu keputusannya dan belum mendesak dirinya.

"Aku tidak bisa menyentuh wanita untuk kedua kalinya, kau tau itu 'kan?"

"Aku tau," jawab Puteri.

"Tapi, padamu... aku bahkan tidak ingin menyentuh satu kali pun. Jadi jangan berharap lagi padaku. Terimalah, sampai kapanpun kamu tidak akan melahirkan anak dariku."

"Pangeran! Aku selalu merendah padamu, bisakah sekali saja kamu melupakan perbuatanku pada Eleena dan menerimaku. Kamu tidak akan rugi jika menyentuhku satu kali saja," mohon Puteri.

"Pergi! Aku tak ingin meneruskan pembicaraan ini."

"Aku takkan pergi!"

Pangeran masih mencoba bersabar, dia menghela nafasnya lalu bangkit dari batu yang didudukinya. "Kalau begitu aku yang pergi."

Puteri menatap benci pada punggung Pangeran yang pergi meninggalkannya disana, dia sudah seperti seorang wanita murahan yang terus meminta disentuh. Dia menurunkan harga diri dan menghilangkan rasa malunya, namun semua itu sia - sia.

"Saat kau menemukan wanita pelacur-mu itu, aku akan membunuhnya dengan tanganku sendiri," geramnya.

***

3 Bulan Kemudian...

Perut Eleena semakin membesar, untuk berjalan saja dia sedikit kesusahan.

"Elè... "

Guapo berlari masuk dengan suara khawatirnya.

"Ada apa? Kenapa wajahmu cemas?"

"Pangeran sudah menemukan Andrian dan kedua adikmu, mereka akan segera dihukum."

"Apa maksudmu mereka dihukum?!"

"Pangeran menyiksa mereka untuk mengatakan keberadaanmu, kalau kamu tidak menampakkan diri... mereka... mereka..."

"Tidak! Itu tidak akan terjadi! Aku harus segera pergi, mereka dalam bahaya!"

"Ada apa?" tanya Nenek Sarah.

"Nek, aku harus pergi ke kota Kerajaan. Adikku ditemukan Pangeran, pria kejam itu tidak akan melepaskan keluargaku!" Eleena histeris.

"Kami akan ikut denganmu, di kota Nenek ada saudara. Kita bisa tinggal disana selama kamu berusaha menyelamatkan keluargamu," ujar Nenek Sarah.

Kakek Gerald menatap tajam, akhirnya waktu yang ditunggu - tunggu telah tiba.

Selama perjalanan perut Eleena terasa sakit, namun ia menahan rasa sakitnya. Dia tidak bisa membiarkan keluarganya disakiti Pangeran, jika terjadi sesuatu pada mereka dia tak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.