NovelToon NovelToon
Wanita Pelangkah

Wanita Pelangkah

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / Murid Genius / Keluarga / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.1M
Nilai: 4.8
Nama Author: Kuswara

Apa yang akan terjadi pada Jamilah setelah tiga kali dilangkahi oleh ketiga adiknya?.

Apa Jamilah akan memiliki jodohnya sendiri setelah kata orang kalau dilangkahi akan susah untuk menikah atau mendapatkan jodoh?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29 Wanita Pelangkah

"Kamu siapanya Mas Emir?." Tanya Isyana yang duduk di atas kursi roda. Menatap Jamilah yang datang bersama Emir, mantan suaminya. Wanita yang diakuinya sangat cantik walau dengan tampilan sederhana seperti yang ia lihat saat ini. Ada rasa cemburu yang menyelinap masuk dalam hati Isyana, setelah melihat langsung wanita yang kini menjadi istri dari mantan suaminya.

"Saya...saya..." Jamilah menatap Emir yang terlihat sangat dingin menatap kearahnya. Namun Jamilah dengan cepat mengulurkan tangannya pada Isyana sambil tersenyum hangat.

"Saya Jamilah, temannya Pak Emir." Jamilah memperkenalkan dirinya sendiri. Berbohong untuk kebaikan tidak masalah. Walau pun sebagain orang sangat tidak menyukai kebohongan itu sendiri. Tapi di depan wanita yang sedang berjuang untuk bertahan hidup, ia tidak ingin mematahkan semangat juangnya dengan kejujuran yang ditakutkannya akan menjadi bumerang untuk orang lain. Mending ia saja yang menahan semua kesakitan yang sedang dirasakannya.

Isyana menerima uluran tangan Jamilah dan memegangnya dengan sangat erat.

"Aku, Isyana Devanti Puspa." Balas Isyana dengan senyum yang terlihat dipaksakan.

Emir hadir diantara keduanya, berdiri lebah dekat dengan Isyana. "Kau belum makan?.

Isyana hanya mengangguk sambil tersenyum menatap Emir. Tatapan yang begitu banyak dengan cinta dan ketulusan. Namun harus mereka simpan dalam hati terdalam mereka. Entah untuk apa mereka melakukan itu.

Dada Jamilah mulai terasa sesak berada di ruangan kamar itu, bersamaan dengan mereka yang saling mencinta.

"Tapi makanannya masih utuh. Mau aku suapi?." Emir sudah memegang sendok dan mengisinya dengan nasi.

"Tidak Mas Emir!. Aku sudah makan tadi." Tolak Isyana lembut menyentuh tangan Emir yang hendak menyuapinya.

Jamilah melihat lagi sosok Emir yang begitu penyayang dan penuh perhatian pada Isyana. Bibirnya tersenyum melihat pemandangan yang akan di sukai oleh Alexander. Dimana semuanya kembali pada posisi semula, mereka akan bahagia bersama di sisa waktu Isyana.

"Oh iya maaf aku lupa menyuruh mu duduk. Silakan Jamilah duduk." Isyana meminta Jamilah untuk duduk. Jamilah pun duduk di hadapan keduanya.

"Hari ini kau ada jadwal?." Emir menatap Isyana yang merapikan penutup kepalanya berapa topi rajut.

"Udah tadi pagi. Aku udah di antar sama suster." Jawab Isyana menoleh pada Jamilah yang hanya diam, lebih memilih untuk memperhatikan interaksi dirinya dan Emir.

"Kalau boleh tahu, Jamilah kenal Mas Emir dimana?." Tanya Isyana, seolah Isyana begitu ingin tahu tentang kedekatan Jamilah dan Emir.

"Di sekolah. Karena Alexander salah murid saya yang paling pintar." Puji Jamilah menggambarkan sosok Alexander yang di kenalnya pada Isyana.

"Alexander" Gumam Isyana lirih dengan air mata. Cepat-cepat ia segera menghapusnya. Ia tidak ingin lemah oleh kedua anaknya. Supaya mereka tidak bersedih jika dirinya harus meninggalkan mereka semua.

"Iya Alexander. Putra mu dan Pak Emir. Alexander anak yang baik, cerdas, penurut. suka menolong." Puji Jamilah lagi, sosok Alexander beberapa bulan ini. Jamilah tidak ingin menceritakan sosok Alexander yang dulu saat Isyana meninggalkannya. Supaya Isyana tidak bersedih dan berkecil hati sudah meninggalkan mereka di saat mereka sangat membutuhkan perhatian, cinta dan kasih sayangnya.

"Jadi kamu seorang guru?. Pantas saja tutur kata mu begitu sangat baik. Kamu juga bisa menempatkan diri seperti ini. Kamu bisa menyembunyikan sesuatu dengan rapi. Tapi sayang aku sudah mengetahuinya. Tapi lupakan hal itu. Sepertinya kamu sangat menyukai Alexander?." Isyana menuangkan teh panas untuk Jamilah. Kemudian ia kembali menatap Jamilah. Sesekali ia melirik pada Emir yang diam-diam mencuri pandang dari Jamilah. Isyana tahu posisinya dalam hidup dan hati Emir kini sudah terganti dengan sosok Jamilah yang sudah diceritakan oleh Emir sebelumnya.

"Terima kasih." Jamilah menarik cangkir tersebut, karena berada di bibir meja. Takutnya Isyana akan kena tumpahan air panas kalau saja cangkir itu jatuh.

"Siapa pun yang bertemu dengan Alexander, saya rasa akan sangat dengan mudah untuk menyukai anak itu." Lanjut Jamilah. Bibir manisnya selalu memuji Alexander, hingga menimbulkan rasa iri dalam hati Emir. Anaknya itu orang pertama yang sudah berhasil menempati hati Jamilah. Tentu saja dirinya harus berjuang lebih keras lagi supaya bisa bersama Jamilah. Emir tidak meragukan sedikitpun tentang kasih sayang yang diberikan Jamilah pada putra nya. Jamilah memang sangat menyayangi Alexander.

Drt Drt Drt

Ponsel Emir berbunyi. Pandangan Emir begitu lekat tertuju pada Jamilah. Namun hanya pada Isyana saja Emir berpamitan, saat akan menerima telepon dari seseorang. Emir keluar dari dalam kamar hotel Isyana dan langsung saja memulai obrolannya bersama Arkam.

"Halo..."

"Ku tahu dari sekertaris kau lagi di Jakarta?. Aku tunggu di kantor karena ada yang ingin aku bahas. Masalah proyek ku yang di Batam."

"Tidak bisa, aku datang ke sini karena ada urusan lain. Jadi aku tidak bisa mampir ke kantor mu, lain kali saja."

"Aku mumpung di sini juga, besok aku harus balik ke Batam. Ayolah kita bertemu, tidak mesti lama yang penting kita bertemu. Farhan juga sudah ada di sini bersama ku. Rasanya kurang puas kalau aku belum meminta pendapat kalian berdua."

Emir tampak berpikir, tapi kali ini ia benar-benar tidak bisa untuk menemui kedua sahabatnya. Terlebih saat ada Jamilah bersama dirinya. Emir belum ingin mempertemukan Arkam dengan istrinya itu. Emir sedang memikirkan semuanya sebelum pada akhirnya ia akan membuat keputusan besar dalam hidupnya.

"Tapi sorry banget, aku enggak bisa."

"Memang urusan itu lebih penting dari pada kami."

"Bukan, hanya saja aku tidak bisa kalau sekarang."

"Udah ya, nanti kita sambung lagi."

Emir kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku celana, setelah mematikan sambungan telepon dengan sepihak.

Emir kembali ke dalam kamar Isyana, dimana kedua wanita itu masih duduk masih dengan posisi semula.

"Kau kenapa harus keluar dari sini saat menerima telepon?. Apa itu dari Tiffani dan Joy?." Isyana tidak merasa risih atau canggih sedikit pun menyebutkan nama wanita yang saat ini menjadi tunangan suaminya.

Emir menggeleng, "Bukan, bukan dari mereka. Hanya teman bisnis. Tidak enak kalau aku bicara di sini."

"Oh " Balas Isyana.

"Mas Emir boleh aku minta tolong, aku belum mengambil obat ku di rumah sakit. Suster baru nanti malam akan ke sini nya. Aku harus minum obat sekarang." Pinta Isyana begitu terdengar lembut di telinga Emir dan Jamilah.

"Baiklah aku akan tinggalkan kalian berdua. Jamilah tolong titip Isyana, kalau ada apa-apa segera hubungi saya." Untuk pertama kalinya Emir menyebut nama Jamilah di depan Isyana.

"Iya Pak Emir." Balas Jamilah sambil mengangguk.

Emir sudah menutup pintu, kini hanya ada Jamilah dan Isyana. Isyana menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan.

Wajah Isyana tidak seceria tadi saat pertama kali mereka bertemu. Ada banyak beban yang sedang ditanggungnya seorang diri.

"Jamilah, aku tidak akan berbasa-basi pada mu. Aku yakin Mas Emir sudah menceritakan semuanya pada mu." Isyana menerima tissue dari tangan Jamilah.

Jamilah memang sudah tahu, sedikit banyak cerita dari Emir tentang keadaan Isyana. Tapi ada banyak hal yang ingin Jamilah tanyakan langsung pada Isyana karena Isyana sendiri yang memiliki jawabannya.

"Terima kasih." Balas Isyana, Jamilah hanya mengangguk.

"Umur ku sudah tidak lama lagi. Aku hanya sedang menghitung mundur usia ku." Lanjut Isyana kembali menyeka air matanya.

"Tapi mohon maaf Isyana, waktu yang kamu bilang sedikit itu tidak sampai lima tahun atau enam tahun. Sampai kamu harus kehilangan waktu berharga mu bersama kedua anak mu." Jamilah begitu emosional memberikan pendapatnya, pandangannya tentang usia yang dibilangnya sudah tidak lama lagi.

Lima tahun bukan lah waktu singkat, menurut Jamilah. Masih banyak hal yang bisa Isyana lakukan untuk keluarga kecil mereka terutama kedua anaknya. Tidak harus tercerai berai semuanya. Tapi itu lah keputusan yang di sudah dilakukan oleh Isyana untuk mereka yang dicintainya.

"Aku tidak memiliki pilihan lain Jamilah. Aku tidak ingin melihat mereka menangisi keadaan ku dan kematian ku nantinya." Isyana membela diri, ia merasa apa yang dilakukannya sudah yang terbaik untuk keluarga kecilnya.

Jamilah mengangguk paham, mungkin siapa pun yang ada dalam posisi Isyana saat itu akan melakukan hal yang sama. Jamilah pun tidak bisa mengalahkan apa yang sudah diputuskan Isyana.

"Apa sekarang mereka tidak menangisi mu?, mereka tidak tahu keberadaan mu?, bahkan mungkin mereka sudah mengira kalau kamu sudah pergi dari dunia ini. Sementara kenyataannya kamu masih hidup dan berjuang untuk tetap bisa hidup dan bahkan mungkin bisa sembuh." Jamilah memberikan sedikit gambaran apa yang tejadi dengan Alexander dan juga Joy.

Isyana terisak, menumpahkan semua rasa sesak yang hanya mampu ditumpahkan saat sedang menyendiri. Tapi kini, saat ini sudah ada wanita yang sudah berstatus istri mantan suaminya. Yang memiliki hati yang sangat baik dan begitu tulus.

"Aku tidak memikirkan itu semua. Yang aku pikirkan hanya kesakitan ku dan kesedihan ku. Aku tidak ingin menjadi lemah melihat mereka yang bahagia namun tiba-tiba aku harus merenggutnya dengan penyakit ku." Isyana meraih tangan Jamilah dan menggenggamnya sangat erat.

"Alexander dan Joy kelemahan terbesar ku selain Mas Emir. Mereka hidup dan mati ku. Aku tidak ingin melihat mereka bersedih karena aku." Kini Isyana sudah memeluk Jamilah dengan derai air mata.

"Bagaimana jika setelah aku bertemu dan bersama mereka, aku harus meninggalkan mereka untuk selamanya." Ketakutan terbesar Isyana dari semenjak tahu dirinya di vonis sakit kanker yang sangat ganas, tapi anehnya sampai sekarang Isyana masih bisa bertahan dengan bantuan obat-obatan dan treatment yang lainnya untuk menunjang pengobatan Isyana.

"Paling tidak kamu dan anak-anak mu merasa bahagia udah bertemu dan mengatakan rasa sayang yang selama ini kamu simpan untuk mereka dan begitu juga sebaliknya. Dan pada akhirnya mereka tahu bahwa Mommy mereka wanita yang tangguh, begitu penuh kasih dan cinta. Jadi kamu tidak akan menyesal kalau harus meninggalkan mereka." Nasihat yang coba Jamilah sampaikan untuk wanita yang begitu lemah dan rapuh. Jamilah berharap Isyana akan kembali berkumpul bersama dengan Emir dan kedua anak mereka.

Tatapan Jamilah dan Emir beradu saat Emir masuk ke dalam kamar hotel Isyana, dan melihat Jamilah yang sedang menguatkan Isyana.

1
Farida Husein
mama nya alexsander kah 🤔🙆‍♀️
Farida Husein
semangat author
Nazwan Faiq
kok sedihh ya😭😭
kirei ardilla
aku pernah di posis Jamilah di langkah smp 2x, tapi yg pertama kali ibu aku ksih alasan ke org2 klw aku lgi nunggu pacarnya yg sedang kerja diluar kota. padahal kenyataannya ga seprti itu, aku memang lagi g punya hubungan sm siapapun dan aku lagi enjoy dengan kehidupan sendiri ku dan membahagiakan kedua ortu terutama ibu, karena jika sudah nikah pasti fokusnya bukan ke ortu lagi tapi ke pasangan kita. klw dilangkahi ke 2x nya udah g ada ibu(meninggal) jadi ga ada yg belain sprti itu lagi, hanya saja kakak2 sepupu aku pada nangis semua karena aku dilanfkah lagi. mungkin juga pola pikir aku hampir sm sprti Jamilah jadi biasa aja. jika ditanya org kapan nyusul Ade2 nya nikah? aku cukup bilang nanti akan ada undangan datang tanpa tau siapa pacar aku. terkadang mereka itu g mikir apa, jika punya anak perempuan digituan enak g? ga takut apa kalw kata2 itu balik ke mereka. emosi kadang2 klw dengar org gomong gitu.
Yashlaura
ukuran anak kelas 5 sd terlalu itu anak
zhoedjie liem
huh..bener* rubah si Tiffani...akhirnya ketahuan jg siapa bapak si bayi
Roha yati
Luar biasa
Roha yati
Buruk
Yashlaura
gimana 3 minggu usianya. sedangkan emir nyebutin jamila udah jadi istri beberapa bulan dan artinya emir d indo udah beberapa bulan
Kiki
Luar biasa
Anonymous
n
Rahmawati
bagus bgt
Ryan Jacob
semangat Thor
Sha Yusuf
begitu kurang diajar itu anak🥴🥴
Erlina Candra
Luar biasa
Lilik Farihah
bagus ceritanya ...sy suka sy suka😀
Alfi Yah
Luar biasa
Mutya Wendra
Kecewa
elly fitriyatun
Terima kasih atas cerita yg disajikan,benar2 SBG pljrn hidup kita jg,smgt dg karya yg lain
elly fitriyatun
/Sob//Sob/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!