Bagaimana rasanya jika kamu tiba-tiba terbangun dengan wajah dan tubuh yang asing, juga keadaan yang sudah sepenuhnya berubah? Eliora, seorang ketua gengster berbahaya di California, tiba-tiba terjebak di dalam tubuh seorang wanita lemah bernama Tiara yang sudah memiliki suami dan juga anak.
Dia merasa kasihan ketika mengetahui bahwa selama ini Tiara diperlakukan semena-mena oleh suami dan mertuanya, hingga membuat Elora bertekad untuk mendapatkan keadilan bagi Tiara dan anakknya.
Perjalanannya semakin berwarna saat dirinya dipertemukan kembali dengan Charly, agen rahasia yang beberapa kali menjadikannya target operasi.
Mampukah Eliora membantu Tiara dan anaknya untuk mendapatkan keadilan? Bagaimanakah dengan masa lalu yang dia tinggalkan, apakah dia masih hidup atau sudah mati?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon warnyi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.29 Ingatan menyakitkan
"Maafkan aku, Mas, aku tidak tidak sengaja." Tangis Tiara pecah dengan wajah sembap dan tubuh basah kuyup.
Saat ini Dery membawanya ke kamar mandi dan menyiksanya di bawah guyuran air shower hanya karena Tiara menghilangkan cincin kawin milik mereka. Padahal Dery sendiri sudah lama tidak pernah memakai cincin kawinnya.
"Kamu ke manakan cincin itu, hah! Apa kamu sengaja menghilangkannya agar orang-orang di luar sana mengira kamu belum menikah, hah?!" sentak Dery sambil menjambak rambut Tiara.
Kepala Tiara mendongak, dengan tangisan dan air mata yang menyatu dengan guyuran air shower, kulit kepalanya seakan hendak terkelupas saking kerasnya tangan Dery menarik rambutnya.
"Enggak, Mas. Aku tidak pernah berpikir seperti itu," lirih Tiara dengan menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.
"Nangis lagi! Setiap kali berbicara pasti nangis! Apa sih yang bisa kamu lakukan selain nangis, hah?!" Dery menghentakkan tangannya sambil melepaskan tangan yang menjambak kepala Tiara, hingga kepala Tiara membentur tembok kamar mandi.
"Dasar wanita murahan! Berani kamu tebar pesona di luar sana, aku pastikan kamu tidak akan melihat Davi lagi di dunia ini!" ancam Dery dengan wajah penuh amarah.
Tiara melebarkan matanya, dia mendongak melihat wajah Dery yang sudah berdiri tegak di depannya. Kepalanya menggeleng dengan panik. Davi adalah segalanya untuk Tiara dia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya jika kehilangan Davi.
"Tidak, jangan pisahkan aku dan Davi, Mas. Aku membutuhkan Davi, Mas. Aku mohon." Tiara menangkup kedua tangannya dengan wajah mendongak melawan arus air shower yang jatuh tepat di wajahnya, demi memohon pada sang suami.
Saat itu, seringai Dery terbit dia pun kembali membawa tubuh Tiara untuk berdiri hingga sejajar dengannya, Dery mendekatkan tubuh mereka dengan seringai yang menbuat Tiara menggigil ketakutan. Air shower masih mengalir deras hingga membasahi keduanya.
"Baiklah, aku akan memaafkan kesalahan kamu kali ini. Tapi, layani dulu aku malam ini," ujarnya kemudian langsung menyambar bibir Tiara dengan gerakan kasar, bahkan Dery beberapa kali menggigit bibir Tiara hingga berdarah.
Kegiatan itu berlanjut dengan sikap Dery yang kasar dan menyiksa, Tiara menangis ketakutan sambil menahan sakit di sekujur tubuhnya yang sekarang sudah penuh oleh luka dan lebam berwarna biru keunguan.
"Astaga!" Liora melebarkan matanya dengan keringat bercucuran. Mimpi yang sangat mengerikan sekaligus membuatnya murka karena dia melihat Tiara yang tidak melawan Dery sama sekali.
"Sadomasokisme ...." gumam Liora saat mengingat apa yang Dery lakukan pada mimpinya tadi.
Sadomasokisme adalah kelainan dalam perilaku sek‐sual di mana seseorang akan merasakan kenikmatan dan kepuasan di saat dia menyakiti pasangannya. Semakin pasangannya meraskaan kesakitan maka ekspresi itulah yang bisa membuatnya semakin berga‐irah.
"Ish, dasar laki-laki gila!" decak Liora sambil meringis jijik membayangkan apa yang terjadi di dalam mimpinya. Dia juga merasa iba dengan Tiara yang dulu.
"Tunggu! Itu bukan di kamar ini." Liora mengedarkan pandangannya melihat seluruh kamar yang sekarang dia tempati.
"Berarti itu terjadi ketika Tiara masih berada di kamar utama? Jadi, Dery sudah melakukan kekerasan pada Tiara bahkan sebelum Niken ada di rumah ini?"
Liora mengepalkan tangannya, menahan geram dengan perilaku Dery pada Tiara yang begitu kejam. Jika saja saat itu dirinya yang berada di dalam situasi itu, mungkin dirinya sudah mematahkan batang milik Dery hingga tidak bisa berdiri tegak lagi.
Beberapa saat sibuk mengatur napas dan emosinya. Liora kini mengernyit mencoba mengingat semua letak barang yang ada di kamar utama, tetapi anehnya dia tidak bisa mengingat apa pun selain adegan penyiksaan yang dilakukan Dery pada Tiara di kamar mandi.
"Ish, ayolah Tiara, biarkan aku mengetahui di mana rahasia suami kamu itu berada, biar aku bisa lebih mudah melakukan apa yang kamu inginkan," gumam Liora masih berusaha keras untuk mengingat semua mimpinya.
Lama berusaha sekuat tenaga, akhirnya Liora menyerah setelah kepalanya merasakan sakit hebat akibat terlalu memaksakan ingatan.
Bulir keringat sebesar biji jagung terlihat jelas di keningnya, dengan sesekali bibir bergetarnya meringis menahan sakit. Liora menurunkan kedua kakinya untuk mengambil obat yang sengaja dia sembunyikan di dalam sebuah pot bunga yang ada di salah satu sudut kamarnya.
Dengan tangan bergetar menahan sakit, Liora cepat meminum obat itu yang disusul oleh air putih yang sudah dia bawa dari atas nakas sebelumnya.
.
Matahari memang tidak pernah mengingkari janjinya pada bumi, dia akan tetap terbit di pagi hari dan tenggelam pada sore hari, walau terkadang cahayanya tertutup oleh awan.
Begitu juga dengan pagi ini, sinar matahari yang masih malu-malu ke luar, membuat suasana pagi menjadi terasa dingin. Seperti hari-hari sebelumnya, Liora atau Tiara sudah bersiap dengan baju oleh raganya, untuk berlari pagi bersama dengan Charly.
Dia sudah menyiapkan menu sarapan untuk suami dan madunya yang sama-sama menyebalkan itu. Namun, langkahnya terhenti begitu suara Dery yang memanggilnya terdengar.
Apa lagi ini? Tiara menghembuskan napasnya kasar, bersiap untuk menghadapi Dery yang pasti akan membuatnya pusing tujuh keliling.
"Iya, Mas?" Tiara berbalik kemudian menatap datar wajah sang suami.
"Aku akan pergi ke luar kota untuk beberapa hari, untuk itu Ibu akan menginap di sini agar bisa menjaga Niken. Tolong bersikap sopan padanya, karena dia adalah orang yang telah membesarkanmu, jika kamu lupa," ujar Dery yang membuat Liora melebarkan matanya.
Pergi satu, datang satu yang lebih menyebalkan, desah Liora dalam hati.
Dia tidak terlalu perduli dengan siapa yang telah membesarkannya, karena dirinya tidak merasakan itu. Lagi pula mereka juga mendapatkan perusahaan dan semua kekayaan milik kedua orang tuanya.
Sebaliknya Liora malah merasa hari-harinya ke depan tidak akan lebih mudah dengan kedatangan ibu mertuanya yang seperti memiliki dendam tersendiri padanya.
Tiara mengangguk. "Baiklah, nikmati perjalanan bisnismu. Aku akan menjaga ibu dan istri ke duamu itu."
Dengan sangat baik, sampai kamu akan melihat tangisan mereka ketika kamu kembali, sambung Liora di dalam hati.
"Sarapan sudah tersedia. Tidak apa 'kan kalau aku tidak mengantarmu pergi? Biasanya juga kamu cukup diantar oleh istri kesayanganmu itu," ujar Liora lagi acuh, kemudian memilih untuk pergi dari hadapan Dery yang masih menatap kepergiannya.
Entah mengapa Dery merasa ada kekosongan di dalam hatinya ketika melihat perubahan Tiara yang kini tidak lagi perduli padanya.
Sikap acuh wanita itu, justru membuat hatinya merindukan sosok Tiara yang dulu. Tiara yang telah hidup bersama dengannya sejak remaja. Tiara yang polos dan berhati bersih, hingga tidak pernah mengeluh walau diperlakukan buruk selama hidupnya.
Dery tidak sadar jika sikapnya yang tidak pernah bisa menjadi pelindung untuk Tiara lah, yang telah membunuh wanita itu. Tiara tidak serta-merta mati begitu saja, dan membiarkan jiwa Liora untuk menggantikannya. Tiara tentu memiliki tujuan, begitu juga takdir yang merestui semua itu.
Ya, semua ini masihlah rahasia takdir. Entah di mana sekarang jiwa Tiara berada, dan mengapa Liora bisa menggantikannya? Tidak ada satu orang pun di antara keduanya yang mengetahui itu, dan tidak ada yang ingat untuk alasan apa Liora kini menggantikan Tiara.
.
Tiara bertemu dengan Charly seperti biasa, mereka merencanakan semuanya sambil melakukan lari pagi bersama. Untung saja hari ini bukanlah akhir pekan, hingga tidak banyak yang melakukan hal yang sama.
"Kita ganti rencana, aku akan ikut bersamamu untuk mencari bukti tentang pengambilan hak kuasa perusahaan orang tuamu pada Dery," ujar Charly saat mereka berada di tepat yang cukup sepi.
Tiara melebarkan matanya, dia refleks langsung menghentikan angkahnya hingga Chary harus kembali berbalik agar bisa melihat wanita itu.
"Tapi, itu akan sangat sulit, bagaimana caranya kamu masuk ke rumahku, sedangkan di sana penuh dengan anak buah Dery dan Niken?" tanya Tiara bingung.
"Itu hal mudah, bukannya kamu yang memegang kendali atas dapur?" Charly kembali melangkah melanjutkan lari paginya yang disusul oleh Tiara.
"Iya. Tapi, apa hubungannya dengan rencana kita?" tanya Tiara mengernyit bingung.
"Kamu berikan ini pada semua orang yang ada di sana." Charly memberikan sebuah botol berisi cairan bening di dalamnya.
Tiara mengambilnya dengan kerutan yang masih terlihat di keningnya.
"Apa ini?" Tiara tampak memperhatikan dengan seksama botol kecil di tangannya.
"Kamu tidak perlu khawatir, itu bukan sesuatu yang berbahaya. Pokoknya kamu usahakan semua orang meminum itu, dan hubungi aku jika obat itu sudah bereaksi," ujar Charly meyakinkan Tiara.
Tiara menganggukkan kepala sambil terus memperhatikan botol kecil di tangannya, dia kemudian memasukkannya ke dalam saku jaketnya dan melanjutkan lari pagi bersama dengan Charly di sampingnya.
dan setelah itu menghancurkan Roxy dan antek-anteknya..