Almahira Rengganis , sendirian di rumah sakit. Tak ada yang peduli. Selain dokter dan perawat. Sementara, suaminya, Hendra Setiawan asik berselingkuh dengan sahabatnya, Sarah Amelia.
Almahira yang jengkel ,balik ke apartemen mereka. Tapi yang didapatkan wanita itu adalah sang suami dan sahabat sedang goyang pargoy. Dan merencanakan mengambil semua uang Almahira.
Tak Terima, Almahira melabrak mereka. Tapi malah ia dibunuh dengan keji oleh Hendra dan Sarah. Tapi saat membuka mata, Almahira telah kembali ke sepuluh tahun yang lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kayhawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 28
Di rooftop.
"Almahira, tolong angkat telponnya. "kata Hendra Setiawan. " ku mohon. "
"Hallo." jawab Almahira di sebrang sana.
"Almahira Rengganis, kita harus bicara. " kata Hendra Setiawan.
"Hari ini aku ijin setengah hari. Emang apa yang mau dibicarakan. " tanya Almahira.
"Jangan pikirkan kata kata Sarah Amelia. " kata Hendra Setiawan.
"Yang mana, soal dia hamil anakmu. " tanya Almahira sambil mendesah kopinya. "atau soal kalian yang akan segera menikah. "lanjutnya.
"Tidak, aku sekarang sudah hampir gila. Aku akan segera memeriksakan DNAnya. " kata Hendra Setiawan.
"Pak Hendra, mau anda memeriksakan DNA atau apa, itu bukan urusan saya. Kedepannya saya tidak akan menerima panggilan selain soal pekerjaan. " kata Almahira.
"Tunggu, kalau begitu, aku mohon satu hal.Jangan cerita soal ini di kantor. Kau pasti juga tak mau ada gosip soal tunanganmu yang menikahi temanmu kan. " kata Hendra Setiawan.
"Bukan tunangan. Tapi mantan tunangan. Ada gosip pun aku tak perduli. Dan aku juga tak ada niat menyebarkannya. Jadi jangan khawatir. Aku harus istirahat. Jadi sudah ya, dah. " Almahira memutuskan sambungan telpon.
"Tunggu." teriak Hendra Setiawan. Tapi sambungan sudah mati.
"Hmmmm, sampai akhir pun ia akan tetap memikirkan dirinya sendiri.Menyedihkan." pikir Almahira.
Hendra Setiawan mencoba menghubungi Sarah Amelia. Dengan prustasi, ia mengisap banyak rokok.
"Sialan." maki Hendra Setiawan.
"Hallo kak. " suara Sarah Amelia di sebrang sana.
"SARAH AMELIA, APA KAU SUDAH GILA. " teriak Hendra Setiawan. "APA YANG KAU KATAKAN PADA ALMAHIRA RENGGANIS. "
"Sebentar nak. Hei Hendra, bisa bisanya kau berteriak pada wanita yang sedang mengandung putramu. " tegur sang ibu ,Liana Herawati,dari sebrang sana.
"Suara ibu. " pikir Hendra Setiawan. "kenapa ibu bersama dengannya. " tanya Hendra Setiawan.
"Nasih tanya, kita perlu bersiap untuk pernikahan kalian kan. " kata sang ibu sambil tersenyum. Sarah Amelia menggandeng tangan wanita itu, sambil ikut mendengarkan pembicaraan mereka.
"Ibu, tidak. Usir dia sekarang juga dari sana. Di mana dia. " seru Hendra Setiawan di sebrang telpon.
"Berisik." bentak Liana Herawati. "kami sudah sampai di rumah.Mulai hari ini ia akan tinggal dengan kita. Dia sedang hamil, mana boleh tinggal sendirian. " ujar nya menutup telpon. "nak, Sambil kita mencari rumah untuk kalian, kau tidur di kamar Hendra dulu, tidak apa apa kan. " kata Liana Herawati pada Sarah Amelia.
"Hmmm, baby Vano bilang tidak apa apa. " kata Sarah Amelia sambil mengusap perutnya.
"Baiklah, ayo masuk. " ajak Liana Herawati.
Sarah Amelia tersenyum puas.
"Hamil." tanya Almahira, waktu mereka pulang dari rumah sakit. Almahira mengantar Sarah Amelia pulang. "bagaimana kalau mereka tau kau bohong. "
"Aku tidak bohong, aku serius. " kata Sarah Amelia.
"Apa, lalu siapa ayah anakmu. Kau tidak pernah bilang, kalau punya pacar." tanya Almahira.
"Jangan marah ya. Ini anak pak Hendra Setiawan. " kata Sarah Amelia sambil melirik Almahira dengan mata penuh derita. Wkwkwk. "kami sudah memutuskan untuk segera menikah. " ujarnya sambil memegang perutnya. "kau akan memaafkan aku kan. Kita ini sahabat kan. "
"Mustahil." Almahira memegang pelipisnya. "aku, harus pergi lebih dulu."Almahira meninggalkan Sarah Amelia sendirian.
"Maaf Almahira. " kata Sarah Amelia sambil menangis. Ia terus menangis tersedu-sedu. Tapi kemudian berubah jadi seringai tawa penuh ejek kan. "tadi ekspresi nya kaget sekali. Sudah sok keren, tapi akhirnya ia tak bisa berkata kata juga. " Sarah Amelia tertawa terbahak bahak. "Almahira Rengganis, aku paling suka melihatmu terpuruk seperti ini, maksudku saat kau menangis karena aku mengambil semua milikmu. Selama ada aku, jangan harap kau bisa memiliki yang lebih baik daripada aku. "
Sekarang di rumah orang tua Hendra Setiawan.
"Ibu, kenapa tiga hari berturut-turut memasak daging untuk Sarah. Sarah jadi merasa hidup mewah. " kata Sarah Amelia.
"Katanya kalau kau mengidamkan daging, maka anaknya akan laki-laki. " ujar Liana Herawati. "bagaimana supnya."
"Ini sup daging terenak yang pernah ku makan. " kata Sarah Amelia.
"Ya kan, ibu akan mengajari membuatnya. Jadi sering seringlah memasak untuk Hendra. " ujar Liana Herawati tertawa.
Ibu. Ini baru yang di sebut keluarga. Dan sekarang, Sarah Amelia pun merasa senang.
"Ibu, terimakasih atas makanannya. Sarah benar benar kenyang. " kata Sarah Amelia.
"Bagus, ini semua untuk cucuku. " kata Liana Herawati. "sekarang minumlah ini. Ini sari ikan mas, bagus untuk anak laki-laki. " ia menggunting sebungkus jantung hitam, yang mengeluarkan bau sangat amis.
"Ibu, aku tidak bisa. " Sarah Amelia menutup mulutnya.
"Itu mahal loh, langsung teguk habis. " ujar Liana Herawati tertawa senang. Melihat Sarah Amelia menekan hidungnua dan langsung menegak habis sari ikan mas itu. "kalau dimuntahin kau harus minum lagi loh, aku saja tak bisa meminumnya waktu hamil Hendra. "
"BAUNYA AMIS, JADI KAU SENDIRI TAK MAU MINUM INI. " geram Sarah Amelia.
Bell berbunyi.
"Paket." teriak kurir dari luar.
"Astaga, undangannya cantik sekali. " kata Liana Herawati setelah membuka paket itu. "nak sini, lipat bersama ku. "
"Undangan, kami tidak pernah memesannya. " kata Sarah Amelia.
"Waktu mendengar kehamilanmu,ibu langsung memesannya. " kata Liana Herawati. "bagaimana, kau suka nggak. " ia mengambil undangan bergambar warna kuning.
"KAMPUNGAN SEKALI. " pikir Sarah Amelia. "kenapa ia seenaknya memesan kartu undangan pernikahan kami, warnanya kampungan sekali. " geram Sarah Amelia dalam hati.
"Oh iya, ibu juga sudah memilihkan gaun dan baju Jawa. Kau tinggal pakai saja . " kata Liana Herawati.
"Apa, gaun dan baju adat Jawa juga. " Sarah Amelia terkejut.
"Aku sudah menyiapkan semuanya. Karena aku tau kalian pasti kesulitan. " ujar Liana Herawati. "mana mungkin ada ibu mertua sebaik aku kan, kau benar benar beruntung. "
"Ibu, seharusnya aku dan Mas Hendra yang memilih gaunnya. " kata Sarah Amelia panik.
"Hendra sudah sibuk bekerja. Mana mungkin aku membiarkan dia sibuk dengan bepergian lagi di akhir pekan. Kalau kau seenaknya saja, lebih baik tak usah menikah. " ujar Liana Herawati tak senang. "selain itu, hapus kutek merahmu, tidak baik buat baby Vano. "
"Baik, ibu. " Sarah Amelia mengangguk patuh.
Malam harinya.
"Ibu, aku pulang. " seru Hendra Setiawan.
"Mas, sudah pulang. " sambut Sarah Amelia dengan wajah sumringah.
"Ya, " jawab Hendra Setiawan. Ia lalu masuk ke kamar. "Sarah Amelia ini yang seperti ular, lagaknya sudah seperti yang punya rumah saja, tapi hebat juga, ia bisa membujuk ayah untuk membeli rumah sebagai hadiah pengantin baru. Nanti uangnya akan aku gunakan untuk memulihkan saham ku. " pikir Hendra Setiawan.
"Aku membelikan rumah sebagai hadiah pengantin baru, karena menantuku. " ujar Heru Setiawan waktu itu sambil menyodorkan sebuah kartu.
"Ayah hebat. " seru Sarah Amelia sambil memeluk tangan Heru Setiawan.
"Mas, apa kau sudah tidak marah padaku. " tanya Sarah Amelia. Ia menatap Hendra Setiawan yang sedang berganti pakaian.
"Aku tidak pernah marah padamu. Mungkin aku lelah karena tiba-tiba situasinya mendadak seperti ini. Maafkan aku. " kata Hendra Setiawan mendekati Sarah Amelia.
"Hmmm, baby Vano kata sudah memaafkan ayah. " ujar Sarah Amelia sambil mengusap perutnya. "kalau begitu kau lebih menyukaiku atau Almahira. "tanyanya sambil mengalungkan tangan di leher Hendra Setiawan.
"Kenapa tanya soal itu. Tentu saja istriku. " kata Hendra Setiawan sambil memeluk Sarah Amelia. Wanita itu tersenyum puas di balik bahu Hendra Setiawan.
Di rumah Almahira , gadis itu baru pulang. Ia bermaksud membuka pintu saat suara lift terbuka. Nampak Elang Samudera keluar.
"Oh, pak. " sapa Almahira. "habis dari mana. "
"Dari rumah sakit bersama Quos. " jawab Elang Samudera.
"Apa Quos sakit. Beberapa hari yang lalu saya memberinya makanmakan camilan. Apa karena itu. " tanya Almahira terkejut.
"Tenanglah, kami hanya memeriksa kesehatan. " kata Elang Samudera.
"Oh, memeriksa kesehatan. " kata Almahira lega.
"Dia sudah tujuh tahun, jadi setiap tahun harus cek kesehatan. " kata Elang Samudera.
"Oh ya, dia tidak seperti tujuh tahun. " ujar Almahira. "apa saya boleh memeluk Quos, sebelum masuk, "tanyanya." padahal ia terlihat dingin. Tapi ia merawatnya dengan sangat baik. "batin Almahira.
"Kosong tiga tiga satu. " ujar Elang Samudera.
"Eh." Almahira menatap Elang Samudera yang sedang menggendong Quos.
"Kosong tiga tiga satu, saat aku tak ada, masuklah dengan nomor itu. " kata Elang Samudera.
"Kosong tiga tiga satu.Bulan tiga tanggal tiga satu. Apacitu ulang tahunnya. " pikir Almahira.
"Hari ini kau boleh membawanya bersamamu. " kata Elang Samudera menyerahkan Quos ke pelukan Almahira.
"Sungguh." Almahira berbinar senang. "dia boleh menginap. "
"Ya." jawab Elang Samudera. "karena Quos juga sangat menyukai Almahira Rengganis. "
Malam harinya. Almahira tidur dengan Quos.
"Dulu ada kucing kecil yang cantik seperti mu. Tapi ia menghilang. Tubuhnya kecil dan cantik. Mungkin ada orang yang mengambilnya. " kata Almahira sambil mengelus punggung Quos. Ia teringat pada kucing kecil yang dulu ia beri makan sosis.
Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Almahira mengambil benda yang tergeletak di atas meja dekat lampu tidur itu. Nama Sarah Amelia tertera di sana.
Pengirim Sarah Amelia:Almahira, apa sepulang kerja besok kau senggang. Ada yang ingin ku berikan kepada mu.
"Apa yang ingin ia berikan padaku. " batin Almahira. "Ah, kartu undangan. " pikir Almahira.
Dulu, bagaimana cara Almahira membagikannya. Saat itu acara makan makan. Hendra Setiawan membagikan undangan menggantikan Almahira yang diam membeku. Pernikahan yang tidak diselamati oleh siapapun.
"Wah kalian benar benar menikah, selamat ya pak Hendra Setiawan. " ujar rekan kerja Hendra Setiawan.
"Hei, kok pak Hendra Setiawan bisa menikah dengannya. " bisikan yang lain.
Pengirim Almahira:Ya kita makan malam bersama saja. Aku akan memesan restoran dengan namaku.
Pengirim Sarah Amelia:Baik.Aku akan makan banyak loh. Aku akan datang dengan keponakan mu yang ada di perutku.
"Hahhh, lucunya. Keponakan katanya. " Almahira tertawa kecil membaca pesan Sarah Amelia. "Sarah Amelia, ada yang kau tidak ketahui, Hendra Setiawan tidak bisa punya anak."
semangat kk author