Menikahkan Suamiku

Menikahkan Suamiku

bab 1

Tut tut tut tut

Berulang kali ku hubungi, tetap bunyi itu yang terdengar. Jam menunjukkan pukul 00.30 wib.Tanggal 10 July 2019.Perasaan jengkel, marah dan sedih berkecamuk dalam diriku. Kemana lelaki s*tan itu.

"Brengs*k." geramku.Sambil duduk di tempat tidur pasien, dengan infus di tangan, aku membuka HP. Menatap pesan yang ku kirim tapi tidak ada balasan satupun. "benar benar keterlaluan. "

"Kenapa tak angkat telponku. "

"Kau tak membayar biaya rumah sakit."

"Kembalikan uang ku, kepar*t."

"Hei Hendra Setiawan, kembalikan uang ku. "

Hmmmm, tak ada satupun balasan. Dasar suami sialan.Apa yang dilakukannya.

****

"Suster Irma, bagaimana kabar pasien dikamar 270." tanya Suster jaga.

"Kondisinya buruk. Wanita yang malang. Kata dokter umurnya tinggal beberapa bulan lagi. Padahal masih sangat muda. Tapi suaminya tidak pernah datang menemani. " kata suster Irma.

"Sungguh malang. " suster jaga ikut bersimpati. "setidaknya mari kita rawat dia dengan baik. Agar ia tenang di akhir hidupnya. Semoga Tuhan memberinya keajaiban. "

"Aku pergi mengeceknya ya.Kasihan dia. Sudah waktunya minum obat. " kata suster Irma. Ia pergi menuju kamar 270,kamar rawat pasien atas nama Almahira Rengganis.30 tahun.

"Selamat pagi mba Almahira, saatnya minum obat. " suara lembut suster Irma sambil membuka pintu. Tapi, kamar itu kosong.Tempat tidur masih berantakan.Selang infus tergeletak di atas meja. Suster Irma segera mencari ke kamar mandi.

"Mba Almahira kemana ya. Tubuhnya kan masih lemah." gumam suster Irma.

Di pinggir jalan, depan rumah sakit Harapan Bunda.Seorang wanita kurus dengan switer coklat, membalut tubuhnya yang memakai seragam pasien. Di kepalanya terdapat topi rajut yang menutupi kepalanya yang telah digundul akibat operasi. Kacamata berbingkai hitam menjadi alat bantu penglihatannya selama ini.Dialah Almahira Rengganis. Berdiri menunggu taksi lewat.Jalanan masih sepi, karena baru pukul 05.00 wib. Udara dingin terasa sampai ke tulang. Tapi begitu memberi kedamaian. Beberapa kelopak bunga jatuh tertiup angin.

"Bunga yang cantik. Disaat aku berjuang dengan sel kanker ini, kalian tetap cantik meskipun layu. " Almahira menyetop taksi biru yang menyalakan lampu, tanda penumpang kosong.

"Selamat pagi, " sapa ramah supir taksi. Senyum kebapakan tersungging menyambut Almahira. Dengan cepat wanita itu membuka pintu penumpang dan duduk manis.

"Jln Kartini pak.Apartement Delima. " kata Almahira.

Senyum pak supir begitu ceria.Tanpa menoleh ia terus bercerita pada Almahira.

"Kau sedang sakit ya. Pasti cepat sembuh.Ini bulan baik. Banyak kebaikan yang akan hadir. " ujar pak supir.

"Tapi aku tak butuh kebaikan. Semua hanya kepalsuan. " ujar Almahira.

"Ah kau jangan pesimis gitu. Selalu ada harapan untuk esok. Yaitu hari ini. Aku pun selalu berharap, putriku yang cantik bahagia. Agar Tuhan menjaganya. " ujar pak supir.

"Iya.Semoga putri paman bahagia. " kata Almahira. Ia teringat kata kata almarhum ayahnya dulu.

flashback on

"Rengganis, kita akan pindah ke Batam. Ayah sudah menjual rumah kita. Kita akan memulai hidup baru di sana. " Kata ayah dengan gembira. saat itu Almahira baru berusia tujuh tahun.

"Iya ayah. Aku senang, semoga kita selalu bahagia di sana nanti ayah." Almahira memeluk ayah nya. Ia tak kalah gembira. Batam adalah kota kecil yang menyenangkan. Dulu pun ayah dan almarhum ibu bertemu di sana. Mereka menikah, lalu kembali ke Jawa. Ayah dan ibu asli Jawa Timur. Dengan modal yang terkumpul, keduanya membuka usaha restoran murah di Surabaya. Tiga tahun menikah, lahirlah Almahira Rengganis. Gadis kecil itu dilimpahi kasih sayang luar biasa oleh kedua orang tuanya.

Saat Almahira berusia lima tahun, sang ibu meninggal kecelakaan bersama nenek dan kakek. Otomatis, hanya ayah lah yang merawat Almahira. Tapi gadis kecil itu tak pernah sedih. Ayah selalu ada untuknya.

flashback end.

Almahira tersenyum. pak supir mengingatkannya pada sang ayah yang telah lama tiada. Mobil sampai di depan apartemen Delima.

"Ini ongkosnya paman. " Almahira menyodorkan uang seratus ribu. Tapi pak supir malah menolak sambil menggenggam tangan Almahira.

"Tak usah bayar. Gratis. Anggap saja itu uang dari seorang ayah yang sangat merindukan putrinya." kata pak supir. "Teruslah berbahagia. "

Taksi meluncur pergi. Almahira menatap sambil tersenyum. Ia membuka tangannya.Sebuah permen kacang jaman dulu terbungkus dengan uang merah.

"Ayah." airmata Almahira menetes. Ia teringat sang ayah yang selalu menyuruhnya tersenyum dan berbahagia. Sambil memberinya permen kacang.

"Anakku, jangan lupa bahagia. Ayah dan ibu akan selalu menjagamu. Ingat itu, Rengganis. " ayah tersenyum penuh kasih sayang.

"Ayah, Ayah, huuuu.. huuuu... aku merindukan mu ayah. " Almahira mengusap airmatanya. Ia membuka bungkus permen kacang.

"Permen kacang ini bisa mengembalikan suasana hati. " terngiang suara sang, ayah. Almahira tersenyum, sambil mengunyah permen kacang.

Kakinya melangkah memasuki gedung apartemen. Masuk lift yang kosong dan menekan angka 15.

"Kemana Hendra hingga tak sempat mengunjungi ku. Sesibuk apa kerja dia

" batin Almahira. Lift sampai di lantai 15.Kamar Almahira ada di ujung. Dengan santai ia berjalan menuju kamarnya. Sebuah kamar dengan dapur dan kamar mandi. Sudah lima tahun Almahira dan Hendra tinggal di situ.

Dua kantong sampah tergeletak di samping pintu.Almahira tahu itu sampah dari kamarnya. Luar biasa si Hendra, sibuk tingkat dewa hingga sampah saja tak sempat membuangnya. Kode kamar masih sama. Tanggal pernikahan mereka. Pintu sedikit terbuka. Saat Almahira ingin mendorongnya, terdengar suara yang sangat familiar di telinganya.

"Aduh Mas. Jangan terlalu kuat. Milikku bisa sakit. " suara manja seorang wanita. Almahira terkejut luar biasa.

"Sarah." Ia menutup mulutnya.Ingin masuk, tapi suara lelaki itu, suaminya sendiri, terdengar merayu.

"Sayang, bila aku tidak memasukimu. Aku selalu rindu. Aku sangat mencintaimu Sarah Amelia. " suara Hendra terdengar. Rasa sakit menusuk jantung Almahira. Airmata mengalir membasahi pipinya. Tak percaya dengan apa yang ia dengar.

"Bagaimana dengan Almahira, sayang. " terdengar suara Sarah.

"Kau jangan khawatir. Sebentar lagi ia akan mati. Dokter yang ku bayar untuk menanganinya telah menyuntik zat beracun di tubuhnya. Ia akan segera mati. Dan kita akan menikah seperti yang kau inginkan Sarah sayang. " ujar Hendra.Terdengar ******* seperti penyatuan dua manusia.

"Aku ingin ia cepat mati, dan kau bisa mendapatkan asuransi itu. Berapa semua klaimnya. " tanya Sarah disertai ******* nakal.

"800 juta rupiah. ahhhh... Sarah. " geram Hendra. Ia terus memompa.

"Besar juga. Kau bisa mengajak ku berlibur. Kita ke raja ampat ya. " kata Sarah.

"Iya sayang.Apa pun maumu. Kita harus sabar... ahhhh... tunggu Almahira bodoh itu mati. Lalu aku akan... " sepertinya Hendra akan sampai.

brak...

Pintu di gebrak dari luar. Kedua makhluk yang sedang bersatu itu terbelalak. Almahira berdiri dengan wajah penuh kemarahan.

"Almahira." jerit keduanya. Sarah langsung membungkus tubuh bug*lnya.Sementara Hendra terjatuh karena terkejut.Ia tak jadi keluar. Si otong menggelantung atuy atuy. wkwkwk.

"Jangan bermimpi!!!!!! Jahan*m seperti mu bisa mengambil uangku. " teriak Almahira dengan berapi-api. "dan kau pelac*r, jal*ng sial*n, wanita tidak tau diri. Sahabat ibl*s.Kau makanlah itu Fir'aun jahan*m."

"Almahira... sayang. Ini tidak seperti yang kau lihat. " Hendra berusaha mendekati Almahira.

"Almahira, berikan suamimu itu padaku.Kau kan akan segera mati. Aku akan menggantikan dirimu mengurusnya. " seru Sarah dengan tubuh tertutup selimut. Sungguh tidak tau malu.

"Ibl*s.Terkutuk." Almahira menarik rambut Sarah. "kurang baik apa aku padamu hah. Wanita miskin yang makan saja harus numpang di rumahku. Bajumu semua aku yang beli. Teganya kau membuka selangk*nganmu pada suamiku. " dengan beringas Almahira mendorong tubuh Sarah ke tembok.

"Sayang." Hendra bergegas menolong Sarah. Ia memeluk tubuh bug*l itu. "Almahira, kenapa kau tega dengan Sarah. Ia sahabat mu. "

"Sahabat????. anj*ng iya. Aku tak punya sahabat seekor anj*ng." maki Almahira.

"Tega kau , dia sedang hamil anakku. " seru Hendra.

"Hah.Hamil.bukannya kau mandul. " tunjuk Almahira pada Hendra.

"Apa." Hendra terkejut. Sarah terbelalak.

"Kau bohong!!!! kau hanya iri. Cepatlah kau mati Almahira. Aku benci padamu. " Sarah melempar Almahira dengan pas bunga. Lalu memukuli kepala Almahira dengan termos yang berisi air panas.

Tubuh Almahira terjatuh. Darah mengalir di bawah kepalanya.

"Hah, Almahira. "Hendra terkejut. Ia ingin menolak Almahira. Bagaimana pun, Almahira adalah istrinya. Mereka pernah saling mencintai. Walaupun dua tahun ini telah di isi dengan penghianatan. Sarah menarik tangan Hendra.

" Dia sudah mati. "bisik Sarah.

" Aku tak tau. "Hendra menggeleng. Ia menatap tubuh Almahira yang tergeletak. Darah makin banyak membasahi lantai.

Mata Almahira berkedip. Ia masih bisa melihat dua ibl*s itu berdiri telanj*ng.Tanpa malu.

" Aku tidak akan pernah memaafkan kalian. "ucap Almahira lirih. Perlahan matanya tertutup. Menyisakan gelap yang panjang.

*****

" Jangan lupa berbahagia, Rengganis. "ayah nampak tersenyum.

" ayah. "Almahira mengulurkan tangan ingin meraih tangan sang ayah.

" Almahira, Almahira. "seseorang menepuk punggungnya. Almahira tergagap. Reflek tangannya meraih kacamata min nya.

" eh. "Almahira terbelalak. Saat mengangkat wajah. Di depannya Gina tersenyum manis. Wanita cantik berwajah keibuan yang ramah. " kak Gina. "

"Kita memang tak ada libur bulan ini. Istirahat yang cukup. " senyum kak Gina mengingatkan Almahira kalau wanita cantik itu sudah mengundurkan diri sepuluh tahun yang lalu. Saat Almahira baru bertunangan dengan Hendra.

"Apa aku di Surga ya. " Bergegas Almahira ke kamar mandi perusahaan.

Almahira membasuh wajah nya di wastafel kamar mandi. Kembali ia tercengang.

"Hah.kok... wajahku muda begini. " menatap wajahnya di cermin wastafel,dengan gugup Almahira mencubit pipinya. Sakit. Ya. Itu yang ia rasakan. Matanya kembali terbelalak saat melihat HP pinknya yang menggantung di leher. Juga tanda pengenal karyawan kantor Unileveren.

"05.10.2009." baca Almahira di layar HP yang berwalpaperkan fotonya dan Hendra. "ahhhkkkkk."

"Kenapa aku bisa kembali ke sepuluh tahun yang lalu. " Almahira memukul kepalanya dengan tangan.

"Kau tidak makan siang, Almahira. " seorang laki-laki berwajah tampan datang membawa secangkit kopi.

Mata Almahira terbelalak melihat lelaki itu. Siapa ya???

Terpopuler

Comments

AbC Home

AbC Home

👣👣👣

2022-11-19

0

Wani Ikhwani

Wani Ikhwani

aku mampir

2022-11-14

1

Tri Widayanti

Tri Widayanti

Nyimak dan like dulu

2022-11-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!