Dibalik sikap ceroboh dan somplak di antara ketiga sahabatnya, Zahra menyimpan kisah hidup yang cukup memilukan. Masa kecil bersama Yudha di sebuah Panti Asuhan, membuat Zahra menganggap Yudha sebagai kakak bahkan Zahra sangat mengagumi lelaki itu dan berharap bisa menjadi pendamping hidup Yudha selamanya—kelak.
Di satu sisi, Zahra berusaha menghindar dari Arga karena tidak ingin 'sial' jika berada di dekat lelaki itu. Setelah sebuah penolakan terlontar dari mulut Zahra, Arga memilih untuk pergi.
Namun, bagaimana jika sebuah rahasia tentang Yudha terkuak dan hal itu membuat Zahra kecewa? Akankah Zahra bisa memaafkan Yudha, atau mengejar cinta Arga yang pernah dia tolak sebelumnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29
"Semua yang aku ucapkan benar, Ra! Termasuk cinta Arga padamu. Aku memang mencintaimu, tetapi aku sadar hatimu bukan untukku," ujar Yudha.
"Mas, asal kamu tahu kalau aku juga mencintaimu dan bukan lelaki itu!" Suara Zahra meninggi.
"Tidak, Ra! Bukan perasaan cinta yang kamu miliki untukku, tapi hanyalah sebatas rasa kagum juga karena betapa dekatnya hubungan kita."
Zahra terdiam. Hatinya merasa bimbang. Jujur, Zahra juga tidak menyadari perasaannya sendiri untuk saat ini. Dulu dia menaruh perasaan yang teramat dalam untuk Yudha, tetapi sekarang ... semua terasa berbeda meski bibir Zahra terus saja mengatakan sangat mencintai Yudha.
"Ra ... aku tidak tahu lagi sampai kapan bisa menjagamu. Aku hanya ingin memastikan di saat harus meninggalkanmu kelak, kamu sudah bersama orang yang tepat dan siapa pun yang akan melukaimu sudah aku bereskan."
"Pergi?" tanya Zahra, suaranya sudah mulai melirih. "Kamu mau pergi ke mana, Mas?"
"Jauh! Bahkan sangat jauh, itu sebabnya aku akan memastikan kamu sudah hidup bahagia," ujar Yudha. Zahra menatap Yudha nanar. Entah mengapa dia merasakan sebuah perasaan lain. Ada rasa khawatir yang teramat dalam yang dia rasakan saat ini.
"Sudah malam. Aku harus segera pulang. Ibu Henny pasti sudah menunggu. Aku janji, akan menyelesaikan semuanya dan maaf, Ra ... perbuatanku dengan Sonia sudah menyakitimu." Suara Yudha terdengar berat hingga membuat Zahra menjadi curiga.
"Mas ...." Zahra terdiam saat Yudha mengecup keningnya lama. Bahkan, secara refleks Zahra memejamkan mata menikmati kecupan yang terasa sampai ke hati. Tanpa mengucap sepatah kata, Yudha melangkah pergi, naik ke motor dan pergi begitu saja.
Sementara Zahra hanya berdiri di ambang pintu menatap bayangan Yudha yang baru saja lenyap dari pandangan. Zahra merasa ada sesuatu hal yang disembunyikan Yudha, dan Zahra sangat penasaran dengan hal itu.
"Zae!" panggil Zety mengejutkan Zahra. "Elu baik-baik aja?" tanyanya khawatir.
"Gue baik, dan hanya butuh istirahat." Zahra masuk ke kamar dan meninggalkan Zety tanpa berpamitan. Zety hanya melihat punggung sahabatnya yang perlahan menjauh dari pandangan.
Setelah pintu kamar tertutup rapat, Zahra menghela napas panjang. Dia masih merasa sangat heran dengan sorot mata Yudha yang tampak susah dijelaskan. Bahkan, bayangan wajah Yudha terus saja menari dalam benaknya.
Ketika sedang asyik dengan lamunan, ponsel Zahra tiba-tiba berdering. Kening Zahra mengerut dalam saat menatap layar ponsel dan melihat nomor asing yang sedang menghubungi. Zahra tidak ingin menerima, tetapi dia juga merasa penasaran siapa pemilik nomor tersebut.
"Hallo," sapa Zahra saat panggilan itu sudah terhubung.
"Hai, gadis OG rendahan. Lebih baik sekarang kamu menyingkir dari kehidupan Tuan Arga karena dia adalah milikku dan tidak akan pernah menjadi milikmu!" Suara tegas dari arah seberang mampu membuat jantung Zahra berdegup kencang. Tidak menyangka kalau dirinya akan mendapat terror seperti ini.
"Siapa kamu?" tanya Zahra. Meskipun dia sedikit mengenali suara siapa itu, tetapi Zahra hanya ingin memastikan.
"Kamu yakin tidak mengenaliku? Padahal kita baru saja bertemu belum lama," sahutnya.
"Jangan bilang kalau kamu adalah ...."
"Aku punya pesan untukmu. Tunggu saja." Wanita itu menyela dan mematikan panggilan itu secara sepihak. Zahra mengerutkan kening. Akan tetapi, dia menjadi tidak sabar saat melihat sebuah pesan masuk ke applikasi chat-nya.
Bola mata Zahra membola saat melihat sebuah foto yang membuat jantungnya seolah berhenti berdetak saat ini juga.
"I-ini tidak mungkin." Zahra menutup mulut dan menatap foto tersebut dengan lekat.