NovelToon NovelToon
Tritagonis

Tritagonis

Status: sedang berlangsung
Genre:Pihak Ketiga / Poligami / CEO / Cintamanis / Dark Romance / Cintapertama
Popularitas:700
Nilai: 5
Nama Author: Girl_Rain

Setelah kesalahan yang dilakukan akibat jebakan orang lain, Humaira harus menanggung tahun-tahun penuh penderitaan. Hingga delapan tahun pun terlewati, dan ia kembali dipertemukan sosok pria yang dicintainya.

Pria itu, Farel Erganick. Menikahi sahabatnya sendiri karena berpikir itu adalah kesalahan diperbuat olehnya saat mabuk, namun bertemu wanita yang dicintainya membuat Farel tau kebenaran dibalik kesalahan satu malam delapan tahun lalu.

Indira, sang pelaku perkara mencoba berbagai cara untuk mendapat kembali miliknya. Dan rela melakukan apapun, termasuk berada di antara Farel dan Humaira.

Sebenarnya siapa penjahatnya?

Aku, Kamu, atau Dia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Girl_Rain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16. Usaha Farel

  Perlahan Farel menemukan kesadaran, dan yang pertama dilihatnya ialah atap yang asing. Farel berusaha duduk dan menyadari ada menyelimutinya.

  Sebuah jaket. Ada bau yang menguar dari jaket, dan Farel menghirupnya dalam-dalam.

  "Humaira."

  Farel tertawa kecil. Sikapnya seolah ada yang berbeda saja dari jaket yang ditebak nya milik Humaira, padahal hanya pewangi pakaian yang kebanyakan orang juga membubuhkannya di pakaian.

  Farel memegang kepalanya merasakan denyutan luar biasa. Bayang-bayang apa yang terlihat semalam terlintas di pikirannya, dari pergi ke klub dan berakhir terdampar di toko Humaira.

  "Aku senang kali ini bisa mengingatnya. Humaira pasti ketakutan sekali."

  Wajah Humaira yang menangis sangat tercetak di kepalanya. Meski begitu, melihat ada sesuatu yang menyelimutinya membuat hati Farel menghangat, lantaran Humaira masih peduli padanya.

  Dengan bantuan memegang rak kue perlahan Farel berdiri, walau agak sempoyongan Farel berusaha berjalan dan keluar dari toko.

  Rupanya pergi ke sini sangatlah membantu dirinya dalam menemukan jawaban atas permasalahan yang ruwet. Farel masuk ke dalam mobil yang untunglah tidak dicuri meski kuncinya tidak dicabut, dan meletakkan jaket Humaira atas pangkuannya.

  Mobil pun melaju membelah jalanan raya, dan selang beberapa menit pun memasuki lorong. Sebuah lorong yang sadari dulu Farel ingin ke sini, dan memutar setir ke samping untuk memasuki komplek yang mengarahkannya ke rumah besar bertingkat dua.

  Para santri tercengang melihat mobil mewah yang lewat tanpa minta izin pada harist di gerbang. Beberapa diantara dewan guru ada yang mengejar karena takut yang ke rumah pimpinan adalah orang berbahaya.

  Farel memarkirkan mobil dan keluar menaikkan tangga teras, beberapa pria bergerak cepat mendahului dan membentangkan tangan.

  "Tunggu, Pak. Ada terlalu terburu-buru," kata salah satu dewan guru.

  "Minggir, Aku mau bertemu pimpinan pesantren ini," papar Farel bersikap tegas.

  "Baiklah, Saya akan menanyakan kesediaan Pimpinan untuk menemui Anda," jawab dewan guru lainnya. Dewan guru itu masuk ke dalam rumah, sedangkan Farel masih tidak dibiarkan masuk.

  "السلام علیکم،" ucap dewan guru mendekati Abi Muharram yang sedang duduk di sofa dan menyalaminya.

  وعلیکم سلام. Ada apa, ustadz Aziz?" tanya Abi Muharram.

  "Ada seorang pria di depan yang mau menemui, Pimpinan," kata ustadz Aziz sedikit membungkukkan badannya.

  "Suruh masuk aja," balas Abi Muharram.

  "Apa nggak papa, Pimpinan. Pria itu agak berantakan dan tubuhnya berbau.... alkohol," jelas ustadz Aziz ragu.

  "Enggak papa, suruh masuk aja," titah Abi Muharram santai dan tertawa renyah agar mencairkan suasana yang kaku.

  "Baik, Pimpinan." Ustadz Aziz membungkuk dan mau menyalami Abi Muharram. Kapan lagi 'kan dapat dua kali keberkahan?

  Nas tangannya justru dipukul pelan oleh pimpinan. "Keluar sana. Panggil orang itu."

  Dan ustadz Aziz pun pamit dengan santun.

  "Udah dikasih izin sama, Pimpinan. Silahkan masuk," ujar ustadz Aziz, lalu tersenyum ramah pada Farel.

  "Terima kasih." Farel ingin mulai melangkah, tapi pria di kiri kembali merenggangkan tangan. Farel memberi tatapan penuh tangan.

  "Tunggu sebentar." Dewan guru itu mengeluarkan sisir dari saku samping jubah, dan menyisir rambut Farel yang acak-acakan. Sedangkan dewan guru yang sebelah kanan membantu mengancingkan kemeja putihnya dan merapikan jas.

  "Nah, silahkan masuk."

  Farel berdehem. "Terima kasih." Barulah bisa menapak pada marmer dalam rumah.

Farel menuju ruang tamu dan mendapati abinya Humaira sedang menatapnya terkejut. Apa Abi Humaira mengenalnya?

"Kamu?"

Tanpa basa-basi Farel bersimpuh, lalu secara perlahan mendekatkan dahinya pada marmer yang dingin.

Abi Muharram yang kaget segera menghampiri Farel, sama hal orang-orang yang melihat juga kaget namun tidak melangkah. Abi Muharram ikut bersimpuh. Beliau mencoba mengangkat wajah itu.

"Kumohon, tolong berikan tanggung jawab Humaira pada Saya."

Abi Muharram kembali terkejut atas ucapan Farel. Pria itu mempertahankan posisinya sekuat tenaga. "Apa maksudmu? Bangunlah lebih dulu, dan kita bisa membicarakan sambil duduk di sofa."

Tubuh Farel bergetar antara takut dan bimbing, namun inilah keputusannya. "Saya.... Saya yang telah mempe®kosa Humaira delapan tahun lalu."

Spontan raga Abi Muharram membeku disertai jantung yang dihantam keras.

Farel meraih kaki Abi Muharram. "Maafkan Saya. Saya melakukannya tanpa sadar, tapi Saya sangat mencintai Humaira."

"Menyingkir dariku."

Farel mengangkat wajahnya.

Abi Muharram berdiri dan berbalik berniat pergi, akan tetapi kakinya ditahan oleh Farel.

"Maafkan Saya. Saya akan bertanggung jawab atas Humaira. Izinkan Saya menikahi Humaira," ucap Farel putus asa, dan mata mulai berembun. Diabaikan seperti ini pasti bentuk kemarahan abinya Humaira yang mencoba diredam.

"Kenapa baru sekarang?" kata Abi Muharram menekan perkataannya. Seluruh tubuhnya mengeras dan urat di leher terlihat serta mata yang mengeras. "Kenapa baru sekarang Kamu datang, hah?! Setelah semua hal yang sudah dialami Humaira selama bertahun-tahun, Kamu baru minta maaf sekarang?!"

Abi Muharram berbalik dan menghentakkan kaki hingga pegangan Farel terlepas. Abi Muharram meraup wajahnya. "Rasa malu! Penghinaan! Cacian! Bahkan rasa bersalah karena berpikir menjadi beban bagi orang tuanya! Semua itu dialami Humaira dan membayanginya sampai Humaira tidak berani menunjukkan wajahnya pada publik! استعفر اللہ العظیم! Kamu benar-benar...."

Abi Muharram tak mampu menahan tangisnya. Sosok putri sulungnya terlintas di pikirannya. Tatapan yang tidak lagi memancarkan sinarnya, serta kerutan hitam di bawah mata menunjukkan betapa menderita Humaira. Tubuhnya tetap tampak kurus meski memakai pakaian kebesaran.

Anaknya itu menghindari keluarganya karena perasaan bersalah sampai tidak mau bertemu barang sedetik pun, dan hidup terasing dari orang-orang untuk menebus kesalahannya.

"Saya tidak tau, baru kemarin saya tahu wanita yang saya paksa adalah Humaira. Selama ini saya dibohongi wanita lain, dan mengabaikan Humaira. Karena itu, kali ini berikan saya kesempatan untuk menebus kesalahan pada Humaira." Farel pun menitikkan air mata.

Seorang ayah menangis karena anaknya, dan seorang pria menangis karena wanita yang dicintainya. Begitulah pandangan orang-orang pada dua orang tersebut.

"Saya mohon." Farel kembali merangkak ke bawah kaki abinya Humaira, meski abinya Humaira melangkah mundur. "Saya akan masuk islam, dan akan melakukan apapun yang perlu saya lakukan. Beri restu untuk saya menikahi Humaira."

Suara Farel menjadi serak. Farel mempertemukan wajahnya lagi pada lantai, memohon dengan sungguh-sungguh. Meminta Humaira pada orang yang sudah dari dulu ingin ia temui, namun terhalang pemikiran tidak akan terima karena pasti Humaira bakal dijodohkan dengan orang paham agama.

"Berdirilah. Kamu pikir sujud kamu itu menyenangkanku, justru aku berdosa jika menerima hal yang kepada nabi haram dilakukan."

Farel pun menegakkan badannya, namun tidak berkeinginan berdiri. "Beri Saya tanggung jawab terhadap Humaira. Izinkan Saya menikahi Humaira."

Muka Abi Muharram berpaling. Ini berat, tapi ada keputusan yang perlu diambil. "Baiklah. Aku akan memberikan restuku untuk kamu menikahi Humaira. Tapi kamu harus masuk islam dan belajar agama lebih dulu selama satu bulan disini, itulah syarat dariku."

...🌾🌾🌾🌾...

1
kalea rizuky
hmmmm gass mp
kalea rizuky
anakmu yg jalang kok nyalahin orang oh tua bangka
kalea rizuky: tau ih sebel bgt liat modelan aki2 tolol
total 2 replies
kalea rizuky
Farel ma Indira selama jd istri sering tidur bareng gk thor
@Girl_Rain67: Nggak pernah 😄
total 1 replies
kalea rizuky
Farel uda tau bukan anak nya np g cerai oon amat
kalea rizuky
uda tau kn berarti Rifka bukan anak mu jd jangan sok baik
kalea rizuky
Indira jahat amat lu
@Girl_Rain67: Cinta, Mbak🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!