NovelToon NovelToon
Meant To Be

Meant To Be

Status: sedang berlangsung
Genre:Angst / Beda Usia / Keluarga / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: nowitsrain

El Gracia Jovanka memang terkenal gila. Di usianya yang masih terbilang muda, ia sudah melanglang buana di dunia malam. Banyak kelab telah dia datangi, untuk sekadar unjuk gigi—meliukkan badan di dance floor demi mendapat applause dari para pengunjung lain.

Moto hidupnya adalah 'I want it, I get it' yang mana hal tersebut membuatnya kerap kali nekat melakukan banyak hal demi mendapatkan apa yang dia inginkan. Dan sejauh ini, dia belum pernah gagal.

Lalu, apa jadinya jika dia tiba-tiba menginginkan Azerya Karelino Gautama, yang hatinya masih tertinggal di masa lalu untuk menjadi pacarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Still Too Young, He Said

...Bagian 6:...

...Still Too Young, He Said ...

...💫💫💫💫💫...

Menjelang jam makan siang, hujan baru reda sepenuhnya. Matahari perlahan menampakkan wujudnya setelah gumpalan awan hitam menghilang dari pandangan. Meski masih malu-malu, sinarnya cukup mampu untuk meredam dingin yang terasa merongrong masuk sampai ke tulang belakang.

Jovanka mengayun langkahnya cepat-cepat keluar dari kafe. Gavin dan istri serta anaknya sudah pulang sejak tadi, mungkin hanya setengah jam berada di kafe. Sementara Karel, entah ke mana perginya lelaki itu setelah mengantarkan kepulangan Gavin dan keluarganya sampai ke parkiran. Dia juga tidak berusaha menyapa Jovanka setelah kembali ke dalam kafe, ngeloyor begitu saja seperti eksistensi Jovanka di sana hanya serupa butiran debu halus tak kasat mata.

Di persimpangan jalan, Jovanka berhenti. Kakinya baru saja menginjak kubangan air, membuat sendal Crocs putih dengan pin kodok berwarna hijau tua yang dia kenakan seketika berubah warna serupa lumpur. Dia berdecak, melepas sendal sebelah kanan yang kemasukan air dan menjungkirkannya hingga air kotor di sana berjatuhan keluar. Setelahnya, Jovanka mengenakan kembali sendal kesayangannya walau masih sambil mendumal.

Beberapa meter lagi dirinya akan tiba di kompleks apartemen. Tapi, yang namanya hari sial memang tidak pernah ada di kalender. Ketika seharusnya dia tinggal berbelok, satu unit mobil SUV malah melaju kencang dari arah berlawanan, ugal-ugalan menghantam genangan air hingga menyiprat membasahi tubuh Jovanka dari bagian bahu sampai ke betisnya.

"Woy, nyetir yang bener!" serunya. Jari tengah di kedua tangannya teracung sempurna, wajahnya merah padam menahan amarah, napasnya tidak beraturan.

Pengemudi mobil ugal-ugalan itu mana peduli? SUV putih keluaran 2023 itu tetap melaju kencang dan tidak butuh waktu lama untuk menghilang dari pandangan.

"Gue tahu dosa gue banyak, tapi kenapa hari Minggu gue sesial ini, sih?!" rutuknya. Kalau sampai beberapa saat lalu dirinya masih dikuasai amarah, sekarang kedua matanya sudah berselimut kabut bening, siap menangis.

Namun, sebelum tangisannya betulan tumpah, seseorang sudah lebih dulu datang memberikan bantuan. Leather jacket yang sempat dia tolak tadi pagi, kini melilit sempurna di pinggang rampingnya. Tangan-tangan sigap juga bergerak cermat membersihkan lengan dan kaki jenjangnya yang kotor, mengusap lembut bagai dirinya adalah sebuah rangka yang rapuh.

"Kemeja lo jadi kotor," cicitnya. Meringis kala menemukan kemeja biru milik Karel sudah berubah warna. Tubuh Karel kini hanya dibalut kaus pas badan warna putih, membuat otot-otot dadanya tercetak jelas. Andai tidak sedang kalut, Jovanka mungkin akan langsung masuk ke pelukannya, membenamkan wajahnya di dada bidang lelaki itu.

"Bisa dicuci," sahut Karel. Setelah menemukan tidak ada lagi noda di lengan dan kaki Jovanka, dia berdiri menyejajari sang gadis.

Bibir Jovanka maju dua senti. Bukan karena kesal, tetapi dia sudah tidak tahan hendak menangis. Perlakuan Karel yang beginilah yang membuatnya kebingungan. Bukankah akan lebih mudah bagi mereka berdua kalau Karel bersikap kasar sepenuhnya, dan berhenti peduli pada hal-hal kecil yang terjadi kepada dirinya? Andai Karel mau teguh pada sikap acuhnya, pasti akan lebih mudah untuk menemukan alasan membenci lelaki itu, alih-alih terus mengejarnya seperti anak anjing yang takut kehilangan Tuan.

"I hate you, Azerya." Suaranya hanya terdengar seperti sedang berbisik.

"Tau," sahut Karel. Wajahnya tak beriak, terlampau tenang, bagai aliran air yang diam-diam menghanyutkan. "Dan sebaiknya emang begitu."

Setelah itu, dengan tenang, Karel menyambar tangan Jovanka, membawa langkah mereka terajut beriringan. Selalu begitu. Tindakannya selalu kontras dengan apa yang keluar dari mulutnya. Seolah tubuh itu digerakkan oleh dua kepribadian yang berbeda.

Langkah yang terjalin dilalui tanpa suara. Jovanka membiarkan tangannya digenggam erat oleh Karel, mengabaikan tatapan skeptis orang-orang yang mereka temui di sepanjang lobi, dan pasrah ketika tautan itu terlepas ketika mereka tiba di depan pintu unitnya.

"Ganti baju, terus kasih ke gue baju kotornya, biar gue bawa ke laundry."

"Nggak perlu, biar gue bawa ke sana sendiri."

"Kasih ke gue," Karel bersikeras. "Gue sekalian mau anterin baju-bajunya El yang udah lama kesimpen di lemari. Lusa libur sekolah, dia mau nginep beberapa hari di tempat gue."

To much information dan demi Tuhan Jovanka tidak peduli. Justru, informasi yang Karel bagikan barusan semakin menekankan fakta bahwa lelaki itu masih tinggal di masa lalunya. Seberapa pun Gavin berusaha meyakinkan bahwa perasaan Karel untuk Kalea sudah berubah, Jovanka tetap bisa melihat bahwa Kalea adalah satu-satunya perempuan yang masih begitu dicintai oleh Karel. Mungkin tidak akan pernah ada yang berubah dari hal itu. Ini hanya soal seberapa pintar Karel membungkus semuanya, menyembunyikan perasaannya di balik dalih hubungan keluarga.

"Nggak perlu, nanti gue anterin sendiri." Muak berlama-lama, Jovanka menarik diri lebih dulu. Agak tergesa-gesa menempelkan access card di pintu unitnya, sampai dua kali tidak terbaca.

Tidak ada sambungan kalimat apa pun setelah pintu unitnya terbuka. Jovanka melesak masuk dan segera menutup pintu dan menempelkan punggungnya di sana lekat-lekat. Lalu, sedetik kemudian, air matanya jatuh tanpa bisa ditahan. Jovanka menangis tanpa suara. Bergelut dengan pikirannya sendiri. Mempertanyakan apakah dirinya setidak layak itu untuk dicintai, sampai-sampai harus berjibaku dengan masa lalu Karel?

"Pergi aja kalau mau pergi, tapi ingat satu hal, di luar sana, kamu nggak akan nemu orang lain yang mau sayang sama kamu selain Mama!"

Sekelebat suara ibunya yang datang bukanlah kabar baik. Dada Jovanka semakin sesak. Dia merasa... Seperti sudah dikutuk dengan begitu mutlak oleh seseorang yang melahirkannya ke dunia.

...💞💞💞💞💞...

"Why don't you give her a chance? She's truly in love with you."

"She's still too young." Karel menarik lintingan tembakau dari belah bibirnya, mengapitnya di kedua jari, mengetuk-ngetuk pelan hingga abu-abu halus berjatuhan ke dalam asbak.

Pandangannya terlayang ke depan, pada lalu-lalang kendaraan yang lewat di depan Indomaret tempatnya nongkrong sekarang. Dia mampir ke sini setelah mengantarkan laundry ke tempat langganan, berniat membeli beberapa camilan untuk stok selama Eliana menginap, dan malah berakhir bertemu Marlo-hanya untuk duduk berdua di kursi besi, bertemankan kopi Golda dan membahas soal Jovanka.

"Bukan karena lo masih belum bisa move on dari cinta pertama lo itu?"

Dengan gerakan cepat, Karel kembali menoleh, menatap pemuda itu lekat-lekat. "Kita nggak sedekat itu untuk lo berani ungkit soal Kalea," peringatnya. Salahkan mulut ember Jovanka yang membeberkan semua, sehingga Marlo yang hanya ditemui beberapa kali di Six Club juga sampai tahu soal kisah cintanya yang kandas.

Ralat. Salahkan dirinya karena tidak cukup pandai menyimpan rahasia, sehingga Jovanka dengan otak cerdiknya bisa menemukan cerita itu dengan begitu mudahnya. Seharusnya dia bisa hidup dengan lebih private dan tidak membagikan terlalu banyak hal di sosial medianya-meski itu di second account sekalipun.

Marlo mengangkat kedua tangannya ke udara, menyerah. "I'm sorry, I crossed the line," ucapnya.

Karel memutuskan untuk tidak membahasnya lebih lanjut. Dia tidak betulan marah atau merasa keberatan jika Marlo membahas soal Kalea. Baginya, kisah itu sudah lewat dan tidak akan lagi membawa rasa sakit ketika diungkit. Hanya saja, dia tidak suka membahasnya bersamaan dengan persoalan Jovanka.

"Tapi, gue yakin seratus persen Jovanka nggak akan berhenti."

"Itu hak dia," sambar Karel. Rokok miliknya akhirnya habis juga. Puntung seukuran kelingking itu lantas dia geletakkan di asbak setelah memastikan baranya padam sempurna. "Segala sesuatu yang dia putuskan, ada dalam tanggung jawab dia. Begitu juga dengan gue. Apa pun yang gue lakukan, apa pun yang gue pilih, semuanya ada dalam kendali gue, nggak seorang pun bisa ikut campur."

"Udah mau gelap, gue duluan ya," pungkasnya. Dua kantong belanja full camilan dia tenteng tanpa kesusahan, meninggalkan Marlo dan segala obrolan penting-tidak-penting mereka di belakang.

Bersambung....

1
Zenun
Emak ama baba nya mah nyantuy🤭
Zenun
Udah mulai buka apartemen, nanti buka hati😁
Zenun
Kamu banyak takutnya Karel, mungkin Jovanka mah udah berserah diri😁
Zenun
asam lambungnya kumat
Zenun
Mingkin Jovanka pingsan di dalam
Zenun
Ayah harus minta maaf sama penyihir🤭
Zenun
Ntar kalo Elliana gede, kamu nikahin lagi
nowitsrain: Takut bgtttt
total 3 replies
Zenun
laaa.. kan ada babe Gavin😁
nowitsrain: Ya gapapa
total 1 replies
Zenun
iya betul Rel, harusnya dia anu ya
Zenun
dirimu minta maaf, malah tambah ngambek😁
Zenun
kayanya lebih ke arah ini😁
nowitsrain: Ssssttt tidak boleh suudzon
total 1 replies
Zenun
Coba jangan dipadamin, biar nanti berkobar api asmara
nowitsrain: Gosong, gosong deh tuh semua
total 1 replies
Zenun
Kan ada kamu, Karel🤭
nowitsrain: Harusnya ditinggal aja ya tuh si nakal
total 1 replies
Zenun
iya tu, tanggung jawab laaa
nowitsrain: Karel be like: coy, ini namanya pura-pura coy
total 1 replies
Zenun
Taklukin anaknya dulu coba😁
nowitsrain: Anaknya Masya Allah begitu 😌😌
total 1 replies
Zenun
Minimal move dulu, Karel🤭
nowitsrain: Udah move on tauu
total 1 replies
Zenun
kau harus menyiapkan seribu satu cara, kalau emang mau lanjut ama perasaan itu
nowitsrain: Awww ide bagussss
total 3 replies
Zenun
Dia santuy begitu karena Gavin sama kaya Karel, belum kelar sama masa lalu🏃‍♀️🏃‍♀️
nowitsrain: Stttt 🤫🤫
total 1 replies
Zenun
Kalo diramahin nanti kebawa perasaan😁
nowitsrain: 😌😌😌😌😌
total 1 replies
Zenun
Minta pijit Kalea enak kali ya
Zenun: hehehe
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!