Hai, novel ini adalah karya kedua MAY.s
Semoga kalian suka😘
Alex Kenzo Prasetya. Dia adalah mahasiswa yang terkenal badung di kampus, ketua dari geng The Fly yang sering bertingkah usil kepada siapapun yang ia suka. Akan tetapi setelah ia diam diam menyukai gadis cantik yang sering menjadi korban keusilan anak buahnya itu, perlahan ia pun berubah lebih baik dari kebiasaannya.
Aradilla Resty. Gadis itu tak pernah menyangka akan menjadi target keusilan geng The Fly. Yang kemudian setelah tahu jika Alex menyukainya, tentu ia menjadi dilema. Antara memilih pria pilihan papanya, atau menerima pesona berandal kampus itu.
Penasaran? Ikuti terus sampai akhir kisah Alex dan Resty. Dijamin seru loh..
Note: Sedikit ada squel dari novel yang sebelumnya. Biar nanti tidak bingung, silahkan baca dulu Love Of Aurora.
TIDAK MENERIMA BOOM LIKE🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MAY.s, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 29
Resty menatap dingin pada pria yang tengah menunggunya diruang tamu rumahnya. Sedangkan pria itu terus tersenyum melihat kedatangan Resty, lalu beranjak berdiri sambil memberikan titipan mamanya itu.
Resty tak lantas menerimanya. Ia memandang sengit pada kotak yang ia yakin isinya adalah cake atau kue lainnya. Gadis itu memang sedang menunggu penjelasan dari Alex tentang mengapa ia datang ke rumahnya.
Alex meletakkan kembali barang bawaannya itu ke atas meja. Ia paham mungkin Resty kaget dengan kedatangannya.
"Sorry kalau buat kamu nggak nyaman." ucapnya, karena memang wajah Resty saat ini menampilkan raut tidak nyaman.
"Aku datang cuma mau memberikan ini." tunjuknya pada kotak itu.
"Mamaku yang buat. Tadi tiba-tiba nitip gitu. Padahal aku sudah nggak mau, tapi mama memaksa." terangnya, yang sangat membuat Ika terperangah saat mendengar penjelasan Alex.
Dari yang dikatakan Alex berarti mereka berdua, atau Resty, pernah bertemu dengan mamanya Alex. Aah... Ika harus tanya langsung setelah ini kepada Resty.
"Aku sudah chat kamu loh, kalo aku kesini." tutur Alex. Memang sebelumnya Alex telah mengirim pesan kepada Resty, cuma sayangnya pesan itu masih centang abu-abu, itu artinya Resty masih belum membaca pesannya.
Resty meraih ponselnya dari dalam tas kecilnya. Segera ia menekan aplikasi hijau itu untuk memastikan yang dikatakan oleh Alex. Dan rupanya memang benar Alex telah mengiriminya pesan. Sejenak Resty teringat lagi tentang yang Alex katakan tadi dengannya di parkiran kampus.
Gadis itu lantas hanya bisa menghela nafas beratnya, sambil memperhatikan minuman dingin milik Alex yang masih belum tersentuh. Mungkin saja pria itu memang sudah sedari tadi menunggunya.
"Minum dulu, Lex." serunya, sambil lalu beranjak masuk meninggalkan Alex hingga terlupa untuk sekedar mengucapkan terimakasih atas pemberian mamanya itu.
Sedangkan Ika terus menatapnya ketus, lalu kemudian menyusul ke dalam mengekori Resty.
"Resty," tegur Ika, saat sahabatnya itu akan menaiki undakan tangga penghubung lantai atas.
Resty hanya menoleh.
"Kayaknya ngerjain tugasnya undur besok saja ya?" usul Ika. Bukan hanya Resty yang saat ini terlihat seperti hilang mood, dirinya juga merasakan hal yang sama setelah melihat Alex berada disini juga.
"Kenapa nggak jadi?"
"Eh, iya. Aku lupa!" Seketika Ika ngacir tanpa menjawab pertanyaan Resty dahulu.
Resty hanya menatap heran pada Ika yang terkadang suka sulit ditebak apa mau dan rencananya. Yang ia lihat sahabatnya itu sedang menemui Alex lagi.
Akhirnya Resty pun kembali menaiki undakan tangga itu untuk menuju kamarnya. Mencuci muka dan mengganti pakaian yang lebih santai mungkin bisa sedikit mengurangi beban pikirannya saat ini.
"Kamu sudah tahu kan kalau kita satu kelompok tugasnya?" tanya Ika, begitu ia sudah berhadapan dengan Alex.
Alex mengangguk singkat. Ia memang tidak masuk kelas hari ini, tetapi segala kabar mengenai kelas dan tugas Alex tidak pernah ketinggalan info. Sebab ia sudah memiliki orang terpercaya di kelasnya yang selalu memberinya kabar mengenai apapun itu.
"Berhubung kamu sudah banyak dosa sama Resty, maka kamu yang harus kerjakan tugas ini sendiri. Resty sudah cukup sabar ya sama perlakuan kamu. Jadi untuk tugas ini sudah deal kamu yang kerjakan." tutur Ika, sudah tekad dengan keputusannya meski tanpa meminta persetujuan Resty sebelumnya.
"Masalah tugas aku sih oke. Cuma ucapan kamu itu musti ralat. Aku nggak pernah ganggu Resty. Ingat itu!" balas Alex, penuh penekanan.
"Cih! Nggak ganggu?" Ika tertawa getir menatap Alex.
"Trus kamu juga mau bilang kalau yang merusak mobil Resty tadi bukan kamu? Ooh... Ya memang bukan kamu sih. Kacung kacung kamu kan yang jalan?" Ika sangat yakin jika yang merusak mobil Resty adalah kelompok dari geng The Fly.
"Mobil Resty rusak lagi?" Alex mengernyitkan keningnya. Hal ini ia memang baru tahu.
"Yang rusak apanya?" lanjutnya.
"Ya kamu tanya sendiri lah sama teman sepaketmu itu."
Alex hanya bisa terdiam. Ia sudah tidak bisa memberikan pembelaannya karena memang ia tidak tahu menahu mengenai apa yang dilakukan oleh ketiga temannya itu seharian ini di kampus.
"Ka, terus terang aku pernah melarang mereka untuk tidak mengganggu Resty. Tapi-- kalau memang mereka mengulanginya lagi, aku akan ngomong lagi sama mereka." tutur Alex, penuh sesal dan sedikit kecewa. Jika benar kasus ini dilakukan oleh ketiga temannya itu, sungguh Alex sudah tidak tahu lagi harus bagaimana dengan mereka.
"Makanya kamu yang kerjakan tugasnya. Sebelum Resty berubah pikiran laporin kasus ini ke pihak berwajib."
Pria itu langsung terhenyak kaget saat mendengar kata pihak berwajib. Separah apa kejadian yang di alami Resty? Sungguh Alex sudah benar-benar geram dan gemas sendiri ingin segera mencerca ketiga temannya itu.
"Assalamu'alaikum,"
Suara seorang pria yang tiba-tiba muncul di ruang tamu itu seketika menghentikan suasana tegang antara Alex dan Ika.
"Wa'alaikum salam, Om..." Ika semangat menjawab salam itu sambil beranjak berdiri dengan penuh senyum diwajahnya.
"Kalian nunggu Resty?" tanya Tommy, karena tidak melihat keberadaan anaknya.
"Iya, Om. Resty barusan masih ke kamarnya." Ika menjelaskan.
"Kita mau ngerjakan tugas kelompok, Om." Alex turut menyahut.
Dan Tommy seketika menatap teman lelaki Resty yang memang baru kali ini mereka saling bertemu.
"Saya Alex, Om." Alex segera menjulurkan tangan kanannya, dan Tommy menyambutnya sebagai awal perkenalan.
"Jadi kamu yang namanya Alex?" Bergantian Tommy menatap Alex dan Ika. Ia jadi teringat tentang nama itu yang pernah dibahas oleh Resty dan Ika saat itu.
Alex hanya mengangguk ramah.
"Om, papanya Resty?" tanya Alex.
Tommy tersenyum tipis. "Iya," sahutnya sambil lalu mempersilahkan Ika dan Alex duduk kembali.
"Kalian kalau mau belajar bisa nempatin gazebo di taman belakang. Baik baik ya..." ujarnya, lalu kemudian beranjak pergi untuk segera mengistirahatkan tubuhnya yang penat sehabis pulang dari kantor.
"Baik, Om." sahut Alex dan Ika bersamaan.
Setelah Tommy sudah hilang dari pandangan, beralih Alex dan Ika kembali saling bertatapan sengit. Gadis itu tidak menyangka jika Alex akan mengatakan mengenai tugas kelompok itu kepada papanya Resty. Dan jika sudah begini tentu mereka harus mengerjakan bersama, padahal sebenarnya ia sangat malas berlama-lama bersama Alex. Dan Ika yakin Resty pasti begitu juga.
Sesaat kemudian Resty muncul diantara mereka. Tatapan Alex dibuat terpana oleh tampilan gadis itu. Kaos yang sedikit longgar namun di padu padankan dengan hotpant sungguh membuatnya semakin seksi dan imut. Paha beningnya terpajang mulus dimata pria itu. Sekuat hati Alex menelan salivanya, menahan gejolak yang tiba tiba menggiurkan setelah melihat pemandangan yang tak pernah ia lihat pada Resty sebelumnya.
Meski Donita juga sering memakai pakaian minim bahan, tapi entah mengapa Alex tak pernah tergoda. Mungkin karena sudah sering dipamerkan hingga membuatnya merasa biasa-biasa saja. Berbeda hal setelah kedua mata itu melihat Resty yang begitu. Benar benar mampu menggoda keimanan jiwanya. Meresahkan!
Sedangkan Resty sebenarnya tak berniat memakai pakaian seperti itu andai ia tahu Alex masih belum pulang. Karena menurutnya pria itu sudah pulang setelah tadi hanya ia cueki saja.
Seketika gadis itu tertunduk malu setelah menyadari tatapan Alex yang tak berhenti menatapnya.
*