Ratu Yang Digulingkan

"Kamu dengar ada berita menarik disini kan?"

Sebelah alisnya naik. Dia yang tadinya malas kini merasa sedikit tertarik.

"Raja membawa seorang gundik!"

Dari yang tadinya tiduran malas diatas kasur penginapan, dia langsung bangun dan duduk. Ingin melebarkan daun telinganya sekali lagi.

"Apa maksudmu?"

"Dasar tulli!"

"Ulangi lagi?" Daniel merasa sedikit marah. Sepupunya itu, Tarrot selalu saja membuatnya naik pitam.

"Si Robert, Raja disini mempunyai gundikk yang dibawa ke istana."

"Dia adalah tipe orang yang tidak bersyukur." Sahut Daniel.

Daniel sudah mengamati Ratu Primora cukup lama. Dia cantik dan anggun. Ratu yang memiliki kecerdasan untuk mengelola banyak hal. Bahkan jika raja nya pergi berperang, dia lah yang memimpin negara menggantikan sang raja.

Tarrot juga setuju dengan pendapat Daniel. "Bagaimana ekspresi Sang Ratu saat ini."

Daniel langsung memasang senyuman main-main nya. "Entahlah, kita akan tahu setelah sampai kan?"

Tarrot ikut tertawa. Kali ini delegasi negaranya mengutus Pangeran Daniel dan Grand Duke Muda Tarrot.

"Kalau aku jadi Robert si bo doh itu, mungkin aku akan sangat bersyukur memiliki pendamping yang sempurna." Kata Daniel bergumam sendirian.

"Mau tau yang lebih heboh lagi?"

Daniel yang tadinya berdiri melihat ke arah jendela, kini berbalik menatap saudaranya itu.

"Gundik itu kabarnya hamil."

"Wah gila jaringan informasi mu." Daniel memujinya.

"Jangan bilang Sang Raja ingin menjadikan anak gundiknya sebagai pewaris?"

Tarrot hanya diam saja.

"Serius?"

"Katakan, darimana sumber informasi mu?"

"Yah... Hanya bermain-main dengan wanita saja."

Daniel yang melihat ada buku di meja melempar setengah bercanda ke arah sepupunya itu.

"Dasar breng sek!"

Tarrot hanya tertawa-tawa saja.

Memang, Tarrot punya hobi untuk berpura-pura sebagai orang biasa. Wajahnya yang menawan digunakan untuk merayu berbagai kalangan wanita. Dia adalah seorang playboy sejati.

"Jangan bilang kau habis main dengan pelayan istana disana!"

"Yah itu adalah rahasia."

Dugaan Daniel ternyata benar. "Dasar gila, suatu hari kamu akan punya masalah dengan kebiasaan mu itu!"

"Kamu juga tahu betul bahwa jadi bangsawan itu merepotkan dan harus menjaga image."

"Lahir saja jadi miskin!"

CK! Daniel kadang tidak seseru seperti Tarrot. Tapi mereka tetap berhubungan baik. Sebagai seorang yang seumuran dan tumbuh menjadi teman sepermainan. Mereka cukup mengerti satu salam lain.

"Yah, undangan kali akan lebih seru kan. Banyak hal akan terjadi di masa mendatang. Aku yakin, kamu hidupmu juga akan berubah."

"Berubah apanya!" Daniel mendengus kesal.

"Hey ayolah... Kau menyukai istri orang!"

"Diam kau dasar mulut bang sat!"

"Hahaha..." Puas menertawakan Daniel. Tarrot punya beranjak pergi. Saat ini, rombongan mereka sebenarnya sudah sampai di Kerajaan. Tapi mereka memilih untuk bermain-main sejenak sebelum memasuki istana.

"Pikiranmu akan pusing kalau memikirkan kisah cinta mu yang bertepuk sebelah tangan. Kenapa tidak main-main saja."

"Mabukkk di siang hari?"

"Hey ayolah..."

Daniel hanya bisa geleng geleng kepala saja. Tarrot, sebagai seorang pewaris Grand Duchy sangat suka bersenang-senang. Dia suka hidup bebas dan melakukan apapun yang dia inginkan. Berbeda dengan Daniel yang kadang masih tau batasan. Tapi dengan ajakan Tarrot yang sedikit gila, sesekali Daniel menyaksikan bagaimana temannya itu menjalani hidup. Bermain dengan perempuan dalam sekali waktu dan minum-minum . Daniel ada untuk menjaga Tarrot, dia cukup bermasalah kalau sudah mabukkk. Tapi bukan berarti dia orang yang jahat. Hanya gaya hidupnya saja yang berantakan.

Mereka pergi ke kasino untuk bersenang-senang.

***

Setelah bersenang-senang sejenak tadi siang, meraka akhirnya memasuki istana sebagai delegasi resmi.

Seperti biasa, yang menyambut mereka adalah sang Ratu. Dia masih saja tidak berubah, cantik dan anggun. Tapi ada yang berubah darinya adalah terlihat sekali di wajahnya bahwa dia sedang punya banyak masalah. Wajahnya terlihat lelah.

"Senang bisa bertemu lagi dengan Yang Mulia Ratu."

Cup... tangan Primora di kecup oleh Tarrot sebagai tanda penghormatan. Begitu pun dengan Daniel.

Primora selalu penuh dengan senyuman ketika menyambut mereka.

"Senang juga bisa bertemu dengan Pangeran Daniel dan Grand Duke Nya Tarrot. Saya harap kalian bisa beristirahat dengan baik disini."

"Sudah beberapa kali kemari, akan kami anggap rumah sendiri." Kata Tarrot setengah bercanda.

Primora masih saja tersenyum. "Grand Duke Muda Tarrot, selalu ramah dan bisa mencairkan suasana. Sangat pandai bersosialisasi, saya khawatir banyak wanita yang sudah terperangkap."

Daniel hampir menahan tawanya.

Sesuai yang dia amati, Ratu Primora adalah orang yang pandai menilai orang.

"Ada banyak tapi bukan Yang Mulia salah satunya, saya jadi kecewa."

"Seorang Ratu harus pandai menilai orang karena itu akan mempengaruhi dalam tindakan."

"Yang Mulia Raja, sangat beruntung memiliki istri seperti anda."

Primora hanya bisa tersenyum.

'Kalau benar dia merasa beruntung, mungkin hubungan kami tidak akan sampai seperti di ujung jurang. Kami akan jadi pasangan ideal dalam menjalan negara ini.'

"Saya juga beruntung bisa menjadi Ratu negara ini."

Tarrot menelan komentarnya. Dia bangga menjadi ratu negeri ini, bukan menjadi istri dari raja negeri ini.

Mungkin ini adalah keretakan yang dia tangkap.

Tarrot melirik sekilas ke arah Daniel. Sepertinya saudara nya akan punya kesempatan di masa depan. Dia hanya merasa kasian dengan saudara sepupunya itu. Dia tidak pernah mengenal cinta, sekalinya jatuh cinta, tapi dengan istri orang.

Kasian.